Sabtu, 25 Mei 2013

PEMILIHAN SISTEM PEMELIHARAAN, BIBIT, PAKAN DAN PENANGANAN PENYAKIT AYAM KAMPUNG DI NTT

AdiDharma17

download pdf here



INTENSIFIKASI PEMELIHARAAN AYAM KAMPUNG
Pemilihan Sistem Pemeliharaan, Bibit, Pakan dan
Penanganan Penyakit Ayam Kampung di NTT
Oleh
I Made Adi Sudarma
PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN
Program Pascasarjana – Undana, Kupang. 2013



PENDAHULUAN
Latar belakang
·       Ternak ayam kampung merupakan ternak unggas yang potensial dipelihara di NTT.
·       Ternak ayam kampung sangat menyentuh kehidupan masyarakat Indonesia termasuk NTT dimana 98,5% RT beternak ayam kampung dibanding 1,5% yang beternak ayam ras, itupun 90% hanya sebagai pekerja di peternakan bukan pemilik usaha (Zulkarnain, 2008)
·       Pemeliharaan ternak ayam kampung masih bersifat ekstensif tradisional yang ditandai dengan produktivitas rendah, pemeliharaan lama dan mortalitas tinggi.
Tujuan
·       Teknik intensifikasi usaha ternak ayam kampung yang dapat dipraktekkan oleh masyarakat di NTT.

PEMBAHASAN
Ternak ayam kampung
·       Memiliki peranan penting dalam menunjang pendapatan dan konsumsi RT (terutama pada saat tamu datang berkunjung) dan ritual keagamaan.
·       Keunggulan : cita rasa dan tekstur khas, daging lebih alami dan bebas antibiotik serta rendah kolesterol, harga mahal, kandungan nutrisi tinggi, pemeliharaan mudah, perkembangan merata, multi fungsi (Zulkarnain, 2008 dan Maryuki, 2012).
·       Kekurangan : waktu pemeliharaan lama, mortalitas anak tinggi (hingga 100%), produktifitas rendah, standar bibit dan nutrisi belum baku, sifat liar dan berisik (Zulkarnain, 2008, Piay dkk., 2011 dan Maryuki, 2012.
Sistem pemeliharaan
·       3 sistem pemeliharaan : ekstensif (2-20); semi intensif (ratusan ekor) dan intensif (ribuan ekor) (Henuk, 2013)

Tabel performans produksi ternak ayam kampung
Ukuran produksi
Sistem produksi ayam kampung
Ekstensif
Semi intensif
Intensif
Produksi telur/ekor/tahun
Produksi telur (%)
Frekuensi bertelur (kali/tahun)
Berat telur (gram)
Konsumsi pakan harian (gram)
Konversi pakan
Tingkat kematian umur <6 m (%)
Total tingkat kematian
47
13
3
39-48
<60
>10
50-56
>15
59
29
6
39-48
60-68
8-10
34-42
15
146
40
7
39-43
80-100
4,9-6,4
<27
<6
Sumber : Diwyanto dkk., 1996 dalam Henuk, 2013
Pemilihan bibit
·       Syarat bibit minimal : Permentan nomor 49 tahun 2006
·       Pemilihan tergantung modal dan tujuan produksi (bibit, pedaging, telur)
·       Bibit pedaging ayam kampung – ALPU bisa panen 6 minggu dan perkembangan yang seragam (Alex, 2011)
·       Perbaikan kualitas bibit : IB atau kawin alam (1:10)
·       Jenis bibit : ayam lokal asli atau persilangan : Pelung dan Kampung bisa panen 12 minggu (Iskandar, 2006)
·       Adanya invasi PT CP : FS ayam kampung super KS 808
Pemilihan pakan
·       Standar pakan bibit menurut permentan : protein kasar 15-21%, energi 2750-2900 kkal ME/kg ransum, Kalsium 1-2,5%, Phospor 0,6-0,7%, aa Lysine 0,4-0,9 dan aa Methionin 0,4, kandungan aflatoksin dalam pakan tidak lebih dari 20 ppb
·       Pertumbuhan anak ayam umur 4 minggu pertama sangat riskan, sehingga kebutuhan protein kasar minimal harus sebesar 17% dan energi metabolis sebesar 2600 kkal/kg (Gufroni, 2010)
·       untuk pertumbuhan, energi :2,73 kkal/gram kenaikan BB sedangkan proteinnya :0,31 g/ gram BB (Ariesta, 2011)
·       pemilihan pakan : bahan pakan tunggal dan ganda yang melimpah (tunggal: pk 19%; ganda : pk 19% dan 15%; Iskandar, 2012;) menyusun dari beberapa jenis pakan (Us, 2006) dan menggunakan pakan komplit (Alex, 2011).
·       Bahan pakan : nabati, hewani, komersial, tanaman obat
Penanganan penyakit
·       Penyakit ayam kampung : ND, AI, IBD; paling sering menyerang: ND/tetelo: mortality 10-100% (Henuk, 2013)
·       Tanpa vaksinasi tubuh unggas masih bisa produksi titer antobodi ND (proaktif  33,33%, aktif 63,69%, tidak aktif 2,98%). Fenomena: saat wabah ND, ±50% mati, masih ada yang bertahan hidup (Alfahriani, 2003)
·       Vaksinasi ND : 4,4,4. Titer antibodi naik satu bulan kemudian, vaksinasi kedua memperlihatkan kenaikan BB dan titer antibodi yg tinggi (Sari, 2001 dan Basrial, 2002)
·       Parasit cacing A. galli, di usus halus, penyerapan zat nutrisi terganggu, penggunaan bubuk bawang putih 7,5% (zat aktif dialilsufida sbg antelmintika dan allicin sbg zat pembunuh parasit) efektif meningkatkan konsumsi ransum pada ternak ayam yang terserang parasit cacing A. galli (Hastuti, 2008)
·       Penggunaan berbagai tanaman obat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan produksi (Ludji dkk., 2010)
Diskusi
·       pemilihan sistem pemeliharaan :ekstensif / semi / intensif
·       pemilihan bibit :sejenis/persilangan, IB/KA, lokal/unggul
produksi :bibit / pedaging / telur
·       pemilihan pakan :bahan pakan tunggal/ ransum/ komersil
setujukah anada apabila di NTT tidak dapat menggunakan pakan local sebagai ransum ayam kampung maka lebih baik beralih ke usaha ayam ras?
·       untungkah penggunaan tanaman obat tuk ayam kampng?
·       Apa solusi dan rentetan tindakan yang dapat anda masukkan untuk pengembangan ayam kampung di NTT?
·       Infasi PT CP :ayam Kampung Super : apakah dapat mematikan usaha pet. Rakyat di NTT? Berikan solusi :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar