download pdf here
MAKALAH
BIOENERGETIKA
TERNAK
‘Cara Sel Mendapatkan Energi Dalam
Proses Respirasi Aerob
Melalui Perombakan Glukosa’
NAMA :
I MADE ADI SUDARMA
NIM :
1211010006
SEMESTER :
II (DUA)
PRODI :
ILMU PETERNAKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2013
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................. 1
Latar Belakang ...................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................... 2
Sejarah : sel menghasilkan energi untuk aktifitas ................................. 2
Karbohidrat sebagai sumber energi dalam bentuk glukosa .................. 2
Proses metabolime glukosa dalam proses respirasi aerob ...................... 3
Glikolisis ...................................................................................... 5
Oksidasi piruvat .......................................................................... 8
Siklus krebs ................................................................................. 9
Transport electron ...................................................................... 12
Faktor yang mempengaruhi laju respirasi ............................................ 14
Internal ...................................................................................... 14
Eksternal .................................................................................... 15
BAB III
PENUTUP ......................................................................................... 17
Simpulan ............................................................................................. 17
Saran .................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
...................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Sel merupakan unit struktural,
fungsional dan herediter terkecil dari makhluk hidup (Robertis, 1988 dalam
Lukman, 2008). Sel mampu menghasilkan energi untuk kebutuhan aktifitasnya.
Untuk menjalankan fungsinya, sel memproduksi energi melalui kinerja dari
organel-organel sel yang dimilikinya. Organel sel yang cukup berperan penting
dalam proses produksi energi adalah sitoplasma dan mitokondria. Kedua organel
sel ini merupakan tempat diproduksinya energi yang dimulai dari sitoplasma dan
berpindah ke mitokondria.
Dalam menghasilkan energi bagi
aktifitas sel, maka sel membutuhkan bahan baku utama. Salah satu bahan baku
tersebut adalah karbohidrat berupa glukosa. Menurut Irawan (2007) menyatakan
bahwa karbohidrat dalam bentuk glukosa merupakan karbohidrat terpenting terutama dalam kaitannya dengan penyediaan energi di dalam tubuh
makhluk hidup. Hal ini dikarenakan karbohidrat berbentuk glukosa akan mudah
dirombak oleh sel untuk menghasilkan energi dan berbagai jenis karbohidrat
lainnya dapat disimpan dalam tubuh apabila sudah dirombak terlebih dahulu
menjadi glukosa tubuh.
Dalam proses perombakan glukosa
menjadi energi, akan melewati beberapa proses atau tahapan dalam sistem
respirasi aerob (menggunakan oksigen) dan respirasi anaerob (tanpa menggunakan
oksigen). Menurut Keeton (1967) dalam Natalina (2010), menyatakan bahwa proses
respirasi secara sempurna dalam tubuh makhluk hidup terjadi melalui proses
reaksi glikolisis, oksidasi pirufat, siklus Krebs, dan rantai transpor elektron
(fosforilasi oksidatif), dimana keempat proses atau tahapan tersebut akan
menghasilkan suatu produk akhir yang diinginkan berupa ATP yang dapat digunakan
oleh sel untuk berbagai aktifitas yang dikontrol oleh pusat kontrol sel yakni
DNA. Respirasi aerob yang menggunakan bantuan oksigen dalam prosesnya akan menghasilkan
energi yang jauh lebih besar dibandingkan respirasi anaerob. Dalam satu siklus
perombakan satu mol glukosa secara sempurna melalui respirasi aerob akan mampu
menghasilkan energi yang setara dengan 38 ATP.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari
makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara kerja sel memperoleh energi terutama
dalam proses respirasi aerob melalui perombakan glukosa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
: sel menghasilkan energi untuk aktifitas
Sel merupakan unit struktural dan
fungsional yang paling kecil dari makhluk hidup dan sel juga merupakan unit hereditas yang paling
kecil dari makhluk hidup (Robertis, 1988 dalam Lukman, 2008). Sebagai unit
struktural dan fungsional terkecil dari makhluk hidup maka sel akan mampu
menghasilkan energi untuk melakukan berbagai aktifitas yang dilakukan oleh
organel-organel yang terdapat didalam sel seperti mitokondria, kloroplas,
sitoplasma dan lain-lain. Selain itu, sel juga disebut sebagai unit herediter
terkecil karena memiliki materi genetik berupa DNA yang dapat mengendalikan
berbagai aktifitas sel serta menurunkan sifat genetic tersebut kepada
keturunannya.
Menurut Lukman (2008) menyatakan
bahwa terdapat beberapa jenis organisme yang tubuhnya hanya tersusun dari satu
sel (uniseluler), seperti Paramaecium, Euglena dan masih banyak yang lain.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa dalam
evolusi pembentukan enzim-enzim
metabolik maka enzim untuk sintesis molekul-molekul
dasar akan terbentuk lebih
dahulu disusul enzim-enzim yang lain dimana enzim-enzim untuk glikolisis terbentuk lebih
dahulu karena proses
penguraian gula ini (glikolisis) dapat berlangsung tanpa oksigen dan sangat penting dalam menghasilkan
energi (ATP)
yang digunakan untuk aktivitas sel. Hal ini terjadi
kemungkinan dikarenakan unsur oksigen yang masih sedikit pada awal pembentukan
kehidupan di bumi dan energi sangat dibutuhkan untuk aktifitas sel. Dalam teori
evolusi tersebut terdapat adanya fotosintesis yang menggunakan carbon dioksida
dan air serta matahari untuk membentuk glukosa dan oksigen. Dengan bantuan
oksigen inilah dimulai reaksi glikolisis aerob yang mampu memanfaatkan setiap
gram glukosa untuk menghasilkan energy dibandingkan glikolisis tanpa oksigen
(anaerob).
B.
Karbohidrat
sebagai sumber energi dalam bentuk glukosa
Karbohidrat
glukosa merupakan karbohidrat terrpenting
dalam kaitannya dengan penyediaan energi di dalam tubuh
makhluk hidup (Irawan, 2007).
Hal ini dimungkinkan
karena pada manusia, semua jenis
karbohidrat seperti
monosakarida, disakarida maupun polisakarida yang dikonsumsi berlebihan akan diubah menjadi glukosa di dalam hati.
Glukosa inilah yang berperan sebagai salah satu molekul utama bagi
pembentukan energi di dalam tubuh (Irawan, 2007) karena
dapat menghasilkan energi dalam bentuk ATP.
Berdasarkan
bentuknya, molekul glukosa dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu molekul D-glukosa dan L-glukosa
dimana faktor yang menjadi
penentu dari bentuk glukosa ini adalah
posisi gugus hidrogen (-H) dan alkohol (–OH) dalam struktur molekulnya
(Irawan, 2007). Bentuk molekul D dan
L-glukosa dapat dimanfaatkan oleh system kerja tumbuh-tumbuhan, sedangkan pada
manusia hanya dapat memanfaatkan bentuk molekul D-glukosa.
Menurut Irawan (2007) menyatakan
bahwa dalam proses untuk menghasilkan energi, maka metabolisme glukosa akan
berlangsung melalui dua mekanisme utama yakni melalui proses anaerobik dan
proses aerobik. Proses aerobik biasanya terjadi menggunakan enzim sebagai
katalis dalam mitokondria dengan kehadiran oksigen sedangkan proses anaerobik
terjadi tanpa kehadiran oksigen dalam sitoplasma.
Proses metabolisme karbohidrat
glukosa ini juga termasuk dalam proses respirasi. Proses respirasi adalah suatu
proses katabolisme atau disasimilasi di mana energi yang tersimpan dibongkar kembali untuk menyelenggarakan
proses–proses kehidupan (Keeton, 1967 dalam Natalina, 2010). Respirasi juga merupakan
proses oksidasi bahan organik yang terjadi di dalam sel, dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik.
C.
Proses
metabolisme glukosa dalam proses respirasi aerob
Proses
metabolisme glukosa terdiri dari 2 tahapan yakni proses respirasi tanpa oksigen
(glikolisis) dan respirasi oksidatif (Produksi acetil ko-A, siklus krebs dan
transport electron. Menurut Keeton (1967) dalam Natalina (2010), menyatakan
bahwa kebanyakan energi bebas yang tersimpan di dalam pati, protein, dan lemak
masih tersimpan di dalam hasil akhir hidrolisisnya, yaitu glukosa, asam amino,
asam lemak dan gliserol, dan untuk selanjutnya energi tersebut akan dibebaskan
atau dilepaskan melalui proses respirasi, yang terjadi melalui beberapa tahap repirasi, yaitu:
glikolisis, oksidasi pirufat, siklus Krebs, dan transport electron. Berikut
akan dibahas mengenai proses perombakan glukosa menjadi energi yang dirangkum
dari referensi Pratiwi, dkk (2006), Irawan (2007) dan bahan ajar lainnya belum
dipublikasikan.
Glikolisis
Glikolisis
merupakan tahap awal pengubahan glukosa menjadi energi di dalam tubuh makhluk
hidup. Menurut Irawan (2007), proses
glikolisis
ini berlangsung dengan mengunakan bantuan 10 jenis enzim
yang berfungsi sebagai katalis di dalam sitoplasma yang terdapat pada sel eukaryotic.
Hasil dari proses perombakan dalam glikolisis adalah untuk menghasilkan energy
(ATP) dan asam pirufat yang berguna untuk menghasilkan energi yang lebih besar
lagi. Dalam proses Glikolisis,
1 molekul glukosa yang memiliki 6 atom karbon pada rantainya (C6H12O6)
akan terpecah menjadi produk berupa 2 molekul piruvat yang memiliki 3 atom
karbom (C3H4O3) dan 2 molekul ATP serta NADH (1 NADH = 3 ATP) (Irawan, 2007) sehingga pada
akhirnya akan dihasilkan 8 buah molekul ATP (2 molekul digunakan kembali untuk
proses glikolisis berikutnya) dan 2 molekul piruvat serta 2 molekul air. Molekul ATP akan digunakan oleh tubuh
sebagai sumber energy sedangkan molekul piruvat akan digunakan sebagai sumber
utama dalam proses siklus krebs dan transport electron untuk menghasilkan
energy yang lebih besar lagi.
Tahapan reaksi
glikolisis
Menurut
Heru Santoso dan Wahito Nugroho dalam bahan ajar Metabolisme Karbohidrat
menyatakan bahwa reaksi glikolisis mempunyai sembilan tahapan reaksi yang dikatalisis
oleh enzim tertentu dimana dari sembilan tahapan reaksi tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua fase, yaitu fase investasi energi, yaitu dari tahap 1
sampai tahap 4, dan fase pembelanjaan energi, yaitu dari tahap 5 sampai tahap
9.
Adapun
proses reaksi glikolisis dari perombakan glukosa menjadi asam piruvat secara
ringkas adalah sebagai berikut :
1. Pertama-tama, glukosa mendapat tambahan satu gugus fosfat (fosforilasi
dengan menggunakan enzim heksokinase) dari satu molekul ATP, yang kemudian
berubah menjadi ADP, membentuk glukosa 6-fosfat.
2. Setelah itu, glukosa 6-fosfat diubah
oleh enzim menjadi isomernya, yaitu fruktosa 6-fosfat dengan bantuan enzim
fosfoheksosa isomerase.
3. Satu molekul ATP yang lain
memberikan satu gugus fosfatnya kepada fruktosa 6-fosfat, yang membuat ATP
tersebut menjadi ADP dan fruktosa 6-fosfat menjadi fruktosa 1,6-bifosfat dengan
bantuan enzim fosfofruktokinase.
4. Fruktosa 1,6-bifosfat dipecah
menjadi dua senyawa yang saling isomer satu sama lain, yaitu dihidroksi aseton
fosfat dan PGAL (fosfogliseraldehid atau gliseraldehid 3-fosfat) yang
dikatalisir oleh enzim aldolase.
- PGAL dapat berubah menjadi
dihidroksi aseton fosfat dan sebaliknya (reaksi interkonversi) dengan
menggunakan katalisator enzim fosfotriosa isomerase.
- Tahapan-tahapan reaksi diatas itulah
yang disebut dengan fase investasi energi.
5. Selanjutnya, dihidroksi aseton
fosfat dan PGAL masing-masing mengalami oksidasi dan mereduksi NAD+, sehingga
terbentuk NADH, dan mengalami penambahan molekul fosfat anorganik (Pi) sehingga
terbentuk 1,3-bifosfogliserat dengan bantuan enzim gliseraldehid 3-fosfat
dehidrogenase.
6. Kemudian masing-masing 1,3-bifosfogliserat
melepaskan satu gugus fosfatnya dan berubah menjadi 3-fosfogliserat dengan
enzim fosfogliserat kinase, dimana gugus fosfat yang dilepas oleh masing-masing
1,3-difosfogliserat dipindahkan ke dua molekul ADP dan membentuk dua molekul
ATP.
7. Setelah itu, 3-fosfogliserat
mengalami isomerisasi menjadi 2-fosfogliserat dengan bantuan enzim
fosfogliserat mutase.
8. Setelah menjadi 2-fosfogliserat,
sebuah molekul air dari masing-masing 2-fosfogliserat dipisahkan, menghasilkan
fosfoenol piruvat (PEP) dengan bantuan enzim enolase (enzim ini dapat dihambat
oleh fluoride).
9. Terakhir, masing-masing fosfoenol piruvat
melepaskan gugus fosfat terakhirnya dengan bantuan enzim piruvat kinase, yang
kemudian diterima oleh dua molekul ADP untuk membentuk ATP, dan berubah menjadi
asam piruvat.
- Jika tak tersedia oksigen (anaerob),
maka tidak akan terjadi reoksidasi NADH melalui pemindahan unsur ekuivalen
preduksi sehingga piruvat akan direduksi oleh NADH menjadi laktat dengan bantuan
enzim laktat dehidrogenase.
-
Jika
tersedia oksigen (aerob), maka piruvat akan masuk ke mitokondria dan akan
dirombak menjadi asetil-KoA dalam proses reaksi oksidasi piruvat yang kemudian
dilanjutkan dalam siklus asam sitrat (siklus krebs) dan NADH dan FADH yang
terbentuk akan diubah menjadi ATP pada proses rantai transport electron
(fosforilasi oksidatif) hingga total akan terbentuk 38 ATP.
Jadi, setiap pemecahan 1 molekul
glukosa pada reaksi glikolisis akan menghasilkan produk kotor berupa 2 molekul
asam piruvat, 2 molekul NADH, 4 molekul ATP, dan 2 molekul air (Irawan, 2007). Akan
tetapi, karena pada awal reaksi glikolisis telah digunakan 2 molekul ATP,
sehingga hasil bersih yang diperoleh dari reaksi ini adalah 2 molekul asam
piruvat (C3H4O3), 2 molekul NADH, 2 molekul
ATP, dan 2 molekul air.
Pada
tahap selanjutnya, asam piruvat akan diubah menjadi Asetil CoA apabila terdapat
oksigen dalam proses oksidasi piruvat dan sebaliknya jika oksigen tidak
tersedia maka asam piruvat akan diubah menjadi etanol atau asam laktat. Berikut
adalah gambar proses perombakan asam piruvat menjadi etanol dan asam laktat.
Adapun
perbedaan produksi energi antara glikolisis aerob dan anaerob dapat dilihat
pada skema berikut.
-
hasil tingkat substrat :+
4 ATP
-
hasil oksidasi respirasi 2 NADH :+ 6 ATP
-
jumlah :+10
ATP
-
dikurangi untuk aktifasi glukosa dan
fruktosa 6P : - 2 ATP
+ 8 ATP
Pada
glikolisis anaerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:
-
hasil tingkat substrat :+ 4 ATP
-
hasil oksidasi respirasi :+ 0 ATP
-
jumlah :+
4 ATP
-
dikurangi untuk aktifasi glukosa dan
fruktosa 6P : - 2 ATP
+
2 ATP
Oksidasi
Piruvat / Dekarboksilasi Oksidatif
Pada
proses respirasi aeerob ini, dua molekul piruvat yang telah dihasilkan dalam
proses glikolisis akan dioksidasi menjadi Asetil-CoA dan CO yang berlangsung di
dalam sel mitokondria (Irawan, 2007). Jalur ini merupakan penghubung antara
glikolisis dengan siklus Kreb’s. Proses ini dapat berlangsung dengan bantuan
multi enzim 2 pyruvate dehydrogenase
complex (PDC) melalui 5 urutan reaksi yang melibatkan 3 jenis enzim
serta 5 jenis coenzim. 3 jenis enzim yang terlibat dalam reaksi ini adalah
enzim Pyruvate Dehydrogenase (E1), dihydrolipoyl transacetylase (E2) &
dihydrolipoyl dehydrogenase (E3), sedangkan coenzim yang telibat dalam reaksi
ini adalah TPP, NAD+, FAD, CoA & Lipoate. Gambar 03. memperlihatkan secara
sederhana proses konversi piruvat. Dari gambar ini juga dapat dilihat bahwa
proses konversi piruvat tidak hanya akan menghasilkan CO dan Acetyl-CoA namun juga akan menghasilkan
produk samping berupa NADH yang memiliki nilai energi ekivalen
dengan 3 x ATP.
Rangkaian reaksi
kimia yang terjadi dalam lintasan oksidasi piruvat adalah sebagai berikut:
1. Dengan
adanya TPP (thiamine diphosphate), piruvat didekarboksilasi menjadi
hidroksietil TPP yang terikat oleh komponen kompleks enzim Pyruvate Dehydrogenase
(E1). Produk sisa yang dihasilkan adalah CO2.
2. Hidroksietil
TPP bertemu dengan lipoate teroksidasi, dengan bantuan enzim dihydrolipoyl
transacetylase (E2) akan membentuk asetil lipoamid, selanjutnya TPP lepas.
3. Selanjutnya
dengan adanya CoA-SH, asetil lipoamid akan diubah menjadi asetil KoA, dengan
hasil sampingan berupa lipoamid tereduksi.
4. Siklus
ini selesai jika lipoamid tereduksi direoksidasi oleh flavoprotein yang
mengandung FAD dengan bantuan enzim dihydrolipoyl dehydrogenase (E3).
5. Flavoprotein
tereduksi dioksidasi oleh NAD+, sehingga memindahkan ekuivalen
pereduksi kepada rantai respirasi.
Secara
sederhana, reaksi oksidasi piruvat adalah sebagai berikut :
Piruvat + NAD+ + KoA Ă
Asetil CoA + NADH + H+ + CO2
Jadi, setiap oksidasi 1 molekul asam
piruvat pada tahapan dekarboksilasi oksidatif akan dihasilkan produk kotor
berupa 1 molekul Asetil CoA, 1 molekul NADH, 1 molekul CO2, dan 1
molekul H+. Dan karena pada proses glikolisis menghasilkan 2 molekul
asam piruvat maka total dihasilkan 2 molekul Asetil CoA, dan 2 molekul NADH. Molekul
Asetil CoA yang dihasilkan akan masuk kedalam tahapan repirasi aerob berikutnya
yakni siklus Kreb’s.
Siklus
Kreb’s / Siklus Asam Sitrat
Molekul
Acetyl CoA yang merupakan produk akhir dari proses oksidasi piruvat akan masuk
kedalam Siklus Asam Sitrat. Secara sederhana persamaan reaksi untuk 1 Siklus
Asam Sitrat (Citric Acid Cycle) dapat dituliskan :
Asetil CoA +
oxaloacetate + 3NAD+ + GDP + Pi + FAD Ă oxaloacetate +
2CO2 + FADH2 +3NADH + 3H+ + GTP
Siklus
ini merupakan tahap akhir dari proses metabolisme energi glukosa. Proses
konversi yang terjadi pada siklus asam sitrat berlangsung secara aerobik di
dalam mitokondria dengan bantuan 8 jenis enzim. Inti dari proses yang terjadi pada
siklus ini adalah untuk mengubah 2 atom karbon yang terikat didalam molekul
Acetyl-CoA menjadi 2 molekul karbon dioksida
(C2O), membebaskan koenzim A serta memindahkan energi yang
dihasilkan pada siklus ini ke dalam
senyawa NADH, FADH2 dan GTP. Selain menghasilkan C2O dan GTP,
dari persamaan reaksi dapat terlihat
bahwa satu putaran Siklus Asam Sitrat juga akan
menghasilkan molekul NADH & molekul FADH2. Untuk
melanjutkan proses metabolisme energi, kedua molekul ini kemudian akan diproses
kembali secara aerobik di dalam membran sel mitokondria melalui proses rantai
transpor elektron untuk menghasilkan produk akhir berupa ATP dan air (H2O).
Reaksi-reaksi
pada siklus asam sitrat diuraikan sebagai berikut:
1. Kondensasi
Gugus berkarbon 2 (Asetil
CoA), bergabung dengan molekul berkarbon 4 (oksaloasetat), membentuk molekul
berkarbon 6 (asam sitrat). Reaksi ini dikatalisir oleh sitrat sintase.
Asetil KoA + Oksaloasetat + H2O Ă
Sitrat + KoA
2. isomerasi
Sitrat dikonversi menjadi isositrat oleh enzim
akonitase (akonitat hidratase) yang mengandung besi Fe2+. Konversi
berlangsung dalam 2 tahap, yaitu: dehidrasi menjadi sis-akonitat dan rehidrasi
menjadi isositrat.
3. oksidasi
pertama
Isositrat mengalami dehidrogenasi menjadi
oksalosuksinat dibantu enzim isositrat dehidrogenase, yang bergantung NAD+.
Isositrat
+ NAD+ « Oksalosuksinat «
µ–ketoglutarat
+ CO2 + NADH + H+ (terikat enzim)
Kemudian terjadi
dekarboksilasi menjadi µ–ketoglutarat yang juga dikatalisir oleh
enzim isositrat dehidrogenase. Mn2+ atau Mg2+ berperan
penting dalam reaksi dekarboksilasi.
4. Oksidasi
kedua
µ–ketoglutarat
mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi suksinil KoA dengan bantuan kompleks
µ–ketoglutarat
dehidrogenase, dengan kofaktor misalnya TDP ,
lipoat, NAD+, FAD serta KoA.
µ–ketoglutarat + NAD+ +
KoA Ă Suksinil KoA + CO2 +
NADH + H+
5. Suksinil
KoA berubah menjadi suksinat dengan bantuan suksinat tiokinase (suksinil KoA
sintetase).
Suksinil
KoA + Pi + ADP « Suksinat + ATP + KoA
6. Suksinat
mengalami dehidrogenasi menjadi fumarat dengan peran suksinat dehidrogenase
yang mengandung FAD.
Suksinat
+ FAD «
Fumarat + FADH2
7. Fumarat
mendapatkan penambahan air menjadi malat dengan bantuan enzim fumarase (fumarat
hidratase)
Fumarat
+ H2O « L-malat
8. Malat
mengalami hidrogensi menjadi oksaloasetat dengan katalisator malat
dehidrogenase, suatu reaksi yang memerlukan NAD+.
L-Malat
+ NAD+ « oksaloasetat + NADH + H+
Energi yang
dihasilkan dalam siklus asam sitrat
Pada
proses oksidasi Asetil CoA, dihasilkan 3 molekul NADH dan 1 FADH2.
Sejumlah ekuivalen pereduksi dipindahkan ke rantai respirasi dalam membran
interna mitokondria. Ekuivalen pereduksi NADH menghasilkan 3 ikatan fosfat
berenergi tinggi (esterifikasi ADP menjadi ATP). FADH2 menghasilkan
2 ikatan fosfat berenergi tinggi. Fosfat berenergi tinggi juga dihasilkan pada
tingkat siklus (tingkat substrat) saat suksinil CoA diubah menjadi suksinat.
Dengan demikian
rincian energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat adalah:
1. Tiga molekul
NADH, menghasilkan :
3 X 3ATP = 9ATP
2. Satu molekul
FADH2, menghasilkan :
1 x 2ATP = 2ATP
3.
Pada tingkat substrat = 1ATP
Jumlah =
12ATP
Jadi,
dalam satu siklus Kreb’s akan menghasilkan energi sebesar 12 ATP yang diperoleh
dalam bentuk 1 molekul ATP, 1 molekul FADH2 dan 3 molekul NADH
dimana molekul tersebut akan masuk ke tahapan selanjutnya untuk diubah menjadi
ATP. Karena dalam proses oksidasi piruvat diperoleh 2 molekul asam piruvat maka
total produksi energi perombakan 1 molekul glukosa dalam reaksi siklus Kreb’s
adalah sebesar 24 ATP.
Proses
/Rantai Transpor Elektron
Proses konversi molekul
FADH2 dan NADH yang
dihasilkan dalam proses glikolisis, oksidasi piruvat dan siklus asam sitrat menjadi energi dikenal sebagai
proses fosforilasi oksidatif atau juga dikenal dengan nama rantai transpor
elektron (electron transport chain). Di dalam proses ini, elektron-elektron
yang terkandung didalam molekul NADH & FADH2 ini akan
dipindahkan ke dalam aseptor utama yaitu
oksigen (O2). Pada akhir tahapan proses ini, elektron yang terdapat
di dalam molekul NADH akan mampu untuk menghasilkan 3 buah molekul ATP
sedangkan elektron yang terdapat dalam molekul FADH akan menghasilkan 2 buah molekul ATP (Irawan,
2007).
Kalau kita
hubungkan jalur glikolisis, oksidasi piruvat dan siklus Kreb’s, akan dapat kita
ketahui bahwa 1 mol glukosa jika dibakar sempurna (aerob) akan menghasilkan
energi dengan rincian sebagai berikut:
Tahapan proses respirasi seluler
|
Energi yang dihasilkan
|
|
Secara langsung
|
Secara tidak langsung melalui
sistem transport elektron
|
|
Glikolisis
|
2 ATP
|
2 NADH = 6 ATP
|
Oksidasi Piruvat
|
-
|
2 NADH = 6 ATP
|
Siklus Kreb’s
|
2 ATP
|
6 NADH = 18 ATP
2 FADH2 = 4 ATP
|
Total perombakan 1 mol glukosa
secara sempurna (aerob)
|
4 ATP
|
34 ATP
|
38
ATP
|
Energi
Metabolisme Glukosa
Secara keseluruhan proses
metabolisme Glukosa akan menghasilkan produk samping berupa karbon dioksida (CO2)
dan air (H2O). Karbon dioksida dihasilkan dari siklus Asam Sitrat
sedangkan air (H2O)
dihasilkan dari proses rantai transport
elektron. Melalui proses metabolisme, energi kemudian akan dihasilkan dalam bentuk ATP
dan kalor panas.
Terbentuknya ATP dan
kalor panas inilah
yang merupakan inti
dari proses metabolisme energi.
Melalui proses Glikolisis, Siklus Asam Sitrat dan proses Rantai Transpor
Elektron, sel-sel yang tedapat di dalam tubuh akan mampu untuk mengunakan dan
menyimpan energi yang dikandung dalam bahan makanan sebagai energi ATP. Secara
umum proses metabolisme secara aerobik akan mampu untuk menghasilkan energi
yang lebih besar dibandingkan dengan
proses secara anaerobik.
Dalam proses metabolisme secara aerobik,
ATP akan terbentuk sebanyak 38 buah sedangkan proses anaerobik hanya akan
menghasilkan 2 buah ATP. Ikatan yang
terdapat dalam molekul ATP ini akan mampu untuk menghasilkan energi sebesar 7.3
kilokalor per molnya (Irawan, 2007).
D.
Faktor
yang mempengaruhi laju respirasi
Respirasi sangat dibutuhkan oleh
makhluk hidup untuk dapat terus hidup dengan jalan memproduksi energi untuk
melakukan aktifitasnya. Salah satu respirasi yang mampu menghasilkan energi
yang cukup besar adalah respirasi aerob. Laju atau tingkat kecepatan respirasi
untuk mengurai suatu molekul kompleks seperti glukosa menjadi senyawa sederhana
dan energi dipengaruhi oleh beberapa aspek. Aspek tersebut perlu diketahui agar
dapat digunakan dalam menentukan laju respirasi aerob pada tumbuhan yang diinginkan.
Menurut Nawawi (2010) dalam
Subianto (2011) dan Pantastico (1993) dalam Rangkuti (2010) menyatakan bahwa laju
repirasi ditentukan oleh 2 faktor utama yakni faktor internal (ketersediaan
substrat, macam sel / jaringan, ukuran dan tebal produk) dan eksternal (cahaya,
temperature, oksigen dan kerusakan sel/produk). Adapun faktor – faktor tersebut
adalah sebagai berikut.
Faktor
internal
Ketersediaan
substrat
Menurut Pradana (2008) dalam
Rangkuti (2010), menyatakan bahwa laju respirasi sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan substrat yang dimiliki oleh tumbuhan tersebut. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa buah-buahan yang banyak mengandung karbohidrat akan memiliki
laju respirasi yang semakin cepat. Hal ini dimungkinkan karena dengan tingginya
ketersediaan substrat pada tumbuhan tersebut maka akan meningkatkan ketersedian
komponen utama yang dibutuhkan dalam proses respirasi tersebut seperti
ketersediaan molekul glukosa yang akan dirombak untuk menghasilkan energi bagi
sel.
Macam sel /
jaringan
Menurut Nawawi (2010) dalam
Subianto (2011), menyatakan bahwa sel meristematis, buah yang masak, dan biji
yang sedang berkembang akan memiliki laju repirasi yang tinggi. Hal yang serupa dikemukakan oleh Pantastico
(1993) dalam Rangkuti (2010), yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat
perkembangan organ, maka akan semakin banyak jumlah CO2 yang dihasilkan. Hal ini dimungkinkan karena
pada buah yang masak terkandung substrat berupa karbohidrat yang cukup banyak
sehingga laju respirasi akan meningkat, sedangkan pada biji yang sedang
berkembang akan memiliki laju respirasi yang tinggi karena sel tumbuhan
tersebut membutuhkan energi yang cukup banyak untuk aktifitas selnya yang
tinggi pada tahap perkembangan. Hasil dari proses respirasi yang tinggi tersebut
akan menghasilkan karbondioksida dan air dalam jumlah yang cukup banyak sebagai
hasil akhir dalam proses respirasi sel.
Ukuran dan tebal
produk
Menurut Pantastico (1993) dalam
Rangkuti (2010), menyatakan bahwa produk yang lebih kecil ukurannya dan lapisan
kulit yang tebal akan memiliki laju respirasi yang lebih rendah dibandingkan
dengan produk yang lebih besar ukurannya dan lapisan kulit yang tipis. Hal ini
dimungkinkan karena produk yang lebih kecil ukurannya memiliki jumlah luas
permukaan yang lebih kecil yang berhubungan dengan udara sehingga pemasukkan
oksigen dari luarpun lebih sedikit disbanding dengan produk yang lebih besar
yang memliki luas permukaan yang lebih besar. Pada tumbuhan yang memiliki kulit
yang tebalpun akan lebih sulit ditembus oleh oksigen ke dalam sel sehingga
kebutuhan optimal O2 dalam proses respirasi aerob pun tidak maksimal
dibandingkan pada produk dengan kulit yang tipis.
Tipe dan umur
tumbuhan
Masing-masing jenis tumbuhan
memiliki perbedaan metabolisme sehingga kebutuhan tumbuhan untuk berespirasipun akan berbeda-beda.
Pada tumbuhan muda biasanya memiliki laju respirasi yang lebih tinggi dibanding
tumbuhan yang tua. Hal ini dikarenakan tumbuhan yang masih muda akan memiliki
sel yang aktif bekerja dan aktif memproduksi substrat berupa karbohidrat maupun
merombaknya untuk mendapatkan energi dalam pertumbuhan dan aktifitas sel
tersebut.
Enzim
Ketersediaan enzim dalam tubuh
tumbuhan sangat penting diperlukan karena reaksi kimia yang berlangsung dalam
proses respirasi aerob membutuhkan katalisator untuk mempercepat keberlangsungan
reaksi kimia tersebut sehingga dapat diperoleh energi yang dibutuhkan oleh
tumbuhan dalam bentuk ATP.
Faktor
eksternal
Cahaya dan
temperature.
Menurut Nawawi (2010) dalam
Subianto (2011), menyatakan bahwa cahaya mempengaruhi laju respirasi secara
tidak langsung melalui pembentukan glukosa. Faktor cahaya dan temperature juga
diangkat oleh Pantastico (1993) dalam Rangkuti (2010), yang menyatakan bahwa umumnya laju respirasi meningkat 2-2,5 kali tiap
kenaikan suhu sebesar 10°C. Hal ini diperkirakan karena adanya percepatan
pembentukan glukosa dengan bantuan cahaya sinar matahari sehingga ketersediaan
substrat karbohidrat dalam bentuk glukosa yang cukup banyak tersebut akan
dirombak lebih cepat oleh sel untuk menghasilkan energi dibandingkan pada
ketersediaan glukosa yang rendah ketika panas matahari yang dibutuhkan dalam proses
fotosintesis rendah.
Oksigen
Menurut Nawawi (2010) dalam
Subianto (2011), menyatakan bahwa ketersediaan oksigen yang rendah akan
mereduksi laju repirasi aerob. Hal yang sama dikemukakan oleh Pantastico (1993)
dalam Rangkuti (2010), yang menyatakan bahwa semakin tinggi kadar oksigen,
maka laju respirasi semakin cepat. Hal
ini dimungkinkan karena ketersediaan oksigen akan sangat dibutuhkan dalam
proses repirasi aerob dalam tahapan oksidasi piruvat menjadi sumber energi yang
tinggi dan molekul Asetil CoA serta tahapan siklus Krebs untuk menghasilkan
sumber energi yang sangat besar. Apabila ketersediaan oksigen berkurang atau
habis maka asam piruvat yang dihasilkan oleh tahapan glikolisis akan diubah
menjadi asam laktat atau etanol dengan energi yang rendah dan laju respirasipun
akan menurun.
Kerusakan sel /
produk
Menurut Nawawi (2010) dalam
Subianto (2011), menyatakan bahwa kerusakan mekanis, penyakit, gigitan
serangga, herbisida dapat meningkatkan laju respirasi. Hal yang sama
dikemukakan oleh Pantastico (1993) dalam Rangkuti (2010), yang menyatakan bahwa
kerusakan atau luka pada produk dapat memacu terjadinya respirasi, sehingga
umur simpan produk semakin pendek. Hal ini dimungkinkan karena kerusakan
mekanis pada sel atau produk tumbuhan akan mengakibatkan sel bereaksi untuk
menghasilkan energi bagi sel dalam penyembuhan terhadap produk yang luka/rusak
atau melawan sel yang terkena penyakit sehingga laju respirasi akan meningkat
untuk menghasilkan energi bagi sel dalam kegiatan tersebut.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sel melakukan perombakan bahan
makanan menggunakan energi dan enzim untuk menghasilkan energi (ATP) yang lebih
besar. Proses respirasi aerob yang terdiri dari tahapan glikolisis, oksidasi
piruvat, siklus krebs dan transport electron mampu menghasilkan energi dalam
jumlah besar (38 ATP) dengan menggunakan energi dalam jumlah kecil (2 ATP).
B.
Saran
Dibutuhkan
studi literature yang lebih banyak dalam memahami konsep katabolisme sel untuk
menghasilkan energy dalam aktifitasnya serta faktor yang mempengaruhinya.
DAFTAR PUSTAKA
Irawan M.
Anwari. 2007. Glukosa & Metabolisme Energi. Sports Science Brief. Volume 01.
No. 06.
Lukman Aprizal. 2008. Evolusi Sel Sebagai Dasar
Perkembangan Makhluk Hidup Saat Ini. Biospecies Journal.
Volume 1. No. 2. Hlm 67 – 72.
Natalina. 2010. Respirasi
Pada Tumbuhan (Respirasi Aerob). Jurnal Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Fak.
Mipa. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Pratiwi D.A.,
Sri Maryati, Srikini, Suharno, dan Bambang S. 2006. Biologi SMA Jilid 3 untuk
Kelas XII. Buku Ajar. Penerbit Erlangga.
Rangkuti Rahmi.
2010. Pengaruh Komposisi Udara Ruang Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Terung
Belanda Selama Penyimpanan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara. Sumatera.
Subianto Tommy
Kurniawan. 2011. Respirasi. Praktikum Fisiologi Tanaman. Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya. Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar