Kamis, 28 Februari 2013

Tugas Metodologi Penelitian tentang : Rumusan Masalah Penelitian

AdiDharma17
Tugas Metodologi Penelitian
Rumusan Masalah Penelitian
by Made Sudarma
Pps Undana
M. Sudarma

Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang
Pernyataan masalah:
Minyak biji kapuk merupakan sumber asam lemak yang banyak terdapat di sebagian wilayah Jawa Tengah. Saat ini, produk peternakan seperti suplementasi lipida sangat penting bagi ternak ruminansia terutama asam lemak tidak jenuh yang dapat mempengaruhi pola fermentasi ruminal yang mengarah pada efisiensi energi. Namun di sisi lain, suplementasi lipida dapat berbahaya bagi konsumen terkait tingginya kandungan asam lemak jenuh rantai panjang pada produk tersebut.
Dr. MM : Ok

Pertanyaan penelitian:
  • -          Apakah terdapat pengaruh pengolahan minyak biji kapuk terhadap tingkat efisiensi energi pada ternak ruminansia?
  • -          Apakah terdapat pengaruh pengolahan minyak biji kapuk terhadap penurunan kejenuhan asam lemak ruminal?
Dr. MM : perlu diperbaiki

  • -          Apakah terdapat pengaruh PEMBERIAN minyak biji kapuk terhadap tingkat efisiensi energi pada ternak ruminansia?
  • -          Apakah terdapat pengaruh PEMBERIAN minyak biji kapuk terhadap penurunan kejenuhan asam lemak ruminal?

Tugas Bioenergetika : Sel, Fotosintesis dan Hukum Thermodinamika

Tugas Bioenergetika
by Made Sudarma

M. Sudarma
wednesday,  27 February 2013

SEL

1.    Pengertian sel
Sel merupakan unit terkecil tubuh makhluk hidup. Baik secara struktural maupun fungsional. Sel terdiri dari membran sel, sitoplasma, nukleus dan organel-organel lain yang masing-masing mempunyai fungsi khusus dan secara terpadu menyusun sistem yang kompak. Setiap sel bergantung pada sel-sel yang lain untuk melakukan fungsi-fungsi yang tidak dapat dilakukan sendiri contohnya adalah sel saraf dengan cepat meneruskan sinar listrik ke dalam tubuh tetapi bergantung seluruhnya pada sel-sel darah merah untuk memberikan kepadanya oksigen yang amat diperlukannya. Meskipun tipe sel itu bermacam-macam, terdapat persamaan tertentu pada sifat-sifat bentuk dan fungsional yang lazim bagi kebanyakan sel. Pada umumnya sel itu bersifat mikroskopis, misalnya ovum dari bangsa burung dari beberapa alga. Besarnya dibatasi oleh membran. Suatu sel yang sangat aktif melakukan metabolisme tidak akan mempunyai volume yang besar. Dua bagian yang pokok dari sel adalah sitoplasma dan nukleus. Sitoplasma sebagai suatu zat cair yang kental yang berfungsi bagi sel, mitokondria, badan golgi, kloroplas, sentriol, glanula, dan pigmen.

Materi Kuliah Produksi Ternak Unggas III: industri pakan ternak di Indonesia

AdiDharma17


Industri pakan ternak di Indonesia
By Y.L Henuk and Made Sudarma
Journal review
Thursday, 28 February 2013
By ICRA Indonesia Research, December 2012
Summary
·      Animal  feed  industry  in  Indonesia  is  still  attractive  as  the  level  of  per capita consumption of chicken and eggs is still very low
·      More  than  90%  of  animal  feed  consumption  is  attributable  to  poultry industry
·      Fluctuation  in  the  US  dollar’s  (USD)  exchange  rates  against  the Indonesian   rupiah   (IDR)   could   have   a   significant   bearing   on   the performance of animal feed industry
·      Integrated companies with a large scale of business will be more efficient and thus have a better credit profile against the non-integrated and small players
·      Scale  of  production  will  also  play  a  key  role  to  determine  the  market position, another important competitive factor in the industry
·      Other key success factors for the industry include diversification in terms of   suppliers,   locations,   markets,   and   customers,   and   operating management to control cost and expenditures

Materi Kuliah Produksi Ternak Unggas II : sistem pemilihan makanan oleh ternak unggas

AdiDharma17


Sistem pemilihan makanan oleh ternak unggas
By Y. L. Henuk and Made Sudarma
Review Journal
Thursday, 21 February 2013
By Y.L. Henuk and J.G. Dingle
Worlds Poultry Science Journal, Vol. 58, June 2002. pp.199-207
(World’s Poultry Science Association 2002)
Abstract
Poultry can be managed under different feeding systems, depending on the husbandry skills and the feed available. These systems include the following: (1) a complete dry feed offered as a mash ad libitum; (2) the same feed offered as pellets or crumbles ad libitum; (3) a complete feed with added whole grain; (4) a complete wet feed given once or twice a day; (5) a complete feed offered on a restricted basis; (6) choice feeding. Of all these, an interesting alternative to offering complete diets is choice feeding which can be applied on both a small or large commercial scale. Under choice feeding or ‘free-choice feeding’ birds are usually offered a choice between three types of feedstuffs: (a) an energy source (e.g. maize, rice bran, sorghum or wheat); (b) a protein source (e.g.soyabean meal, meat meal, fish meal or coconut meal) plus vitamins and minerals and (c), in the case of laying hens, calcium in granular form (i.e. oyster-shell grit). This system differs from the modern commercial practice of offering a complete diet comprising energy and protein sources, ground and mixed together. Under the complete diet system, birds are mainly only able to exercise their appetite for energy. When the environmental temperature varies, the birds either over- or under-consume protein and calcium. The basic principle behind practising choice feeding with laying hens is that individual hens are able to select from the various feed ingredients on offer and compose their own diet, according to their actual needs and production capacity. A choice-feeding system is of particular importance to small poultry producers in developing countries, such as Indonesia, because it can substantially reduce the cost of feed. The system is flexible and can be constructed in such a way that the various needs of a flock of different breeds, including village chickens, under different climates can be met. The system also offers a more effective way to use home- produced grain, such as maize, and by-products, such as rice bran, in developing countries. Because oyster-shell grit is readily available in developing countries at lower cost than limestone, the use of cheaper oyster-shell grit can further benefit small-holders in these countries. These benefits apart, simpler equipment suffices when designing and building a feed mixer on the farm, and transport costs are lower. If whole (unground) grain is used, the intake of which is accompanied by increased efficiency of feed utilisation, the costs of grinding, mixing and many of the handling procedures associated with mash and pellet preparation are eliminated. The choice feedstuffs can all be offered in the current feed distribution systems, either by mixing the ingredients first or by using a bulk bin divided into three compartments.
Keywords : choice feeding, economic advantage, laying hens, performance

Materi Kuliah Produksi Ternak Unggas I : Sistem Peternakan Unggas

AdiDharma17

Sistem peternakan unggas

By Y. L. Henuk and Made Sudarma

Review Journal
thursday, 14 February 2013 
Systems of poultry husbandry” by C.A. Bailey, S.Y.F.G.Dillak, S. S. Sembiring, and Y.L. Henuk on the 5th International Seminar on Tropical Animal Production, pp.335-341  (Community Empowerment and Tropical Animal Industry),
 October 19-22, 2010, Yogyakarta, Indonesia
Abstract
There are many systems employed in poultry husbandry but each represents an aconomic method of poultry production under a given situation. The type, the area and location of a farm partly determine the system to be adopted. The economic status, time and the understanding of the farmer also help to determine which system is used. For a poultry husbandry system to be considered as less intensive, or an ‘alternative system’, it should be: (1) less confining – birds kept in cages should have more room to get up and lie down fully; (2) less crowded – birds in pens should be kept in smaller groups and with more floor area per bird; and (3) better able to meet the bird’s food and perching requirements. The systems which are most suited to small scale poultry husbandry are: (1) free range, in which the birds can roam at will over an extensive area; (2) intensive, in which the birds are wholly confined, such as the deep-litter system; and (3) semi-intensive, in which the birds are partially confined, but have at least occasional access to an outside run or scratching shed or straw yard. Among them, the extensive systems or the traditional systems are not only favoured by a small minority of farmers, but already have a place in many developing countries.
Key words: poultry husbandry, cages, barn system, free range


Rabu, 20 Februari 2013

Separasi Spermatozoa

AdiDharma17


SEPARATION SPERMATOZOA X AND Y USING ALBUMIN WITH DIFFERENT LEVEL AS MEDIUM SEPARATION IN BOAR’S SPERM
I MADE ADI SUDARMA, WILMINTJE MARLENE NALLEY, DAN HENDERLINA LAURA L. BELLI
Laboratorium Biologi Reproduksi dan Kesehatan Hewan, Fakultas Peternakan, Undana
Jl. Bumi II, No.1, Oesapa Selatan – Kupang, e-mail : adi_dharma17@yahoo.com


separation sperm process

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan albumin dengan level yang berbeda terhadap separasi spermatozoa X dan Y sebagai media pemisah spermatozoa babi. Separasi spermatozoa menggunakan konsentrasi albumin yang berbeda dengan empat perlakuan yaitu perbandingan fraksi atas dan bawah 10 dan 30%, 10 dan 40%, 10 dan 50%, serta 10 dan 60% selama 1 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi spermatozoa X terbanyak terdapat pada fraksi atas untuk semua perlakuan, demikian juga pada spermatozoa Y terbanyak terdapat pada fraksi bawah untuk semua perlakuan. Proporsi spermatozoa X : Y dari semen segar (51,68 : 48,32±2,66) berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan setiap perlakuan pada fraksi atas P1(74,02 : 25,98±5,65); P2(64,14 : 35,86±3,41); P3(62,29 : 37,71±3,98); dan P4(59,26 : 40,74±4,33)) dan fraksi bawah P1(38,13 : 61,87±7,69); P2(35,48 : 64,52±6,11); P3(30,37 : 69,63±4,93); dan P4(26,41 : 73,59±4,54)). Viabilitas dan abnormalitas spermatozoa hasil separasi tidak berbeda nyata antar perlakuan. Konsentrasi spermatozoa hasil separasi terbanyak terdapat pada fraksi atas dibanding fraksi bawah setiap perlakuan. Spermatozoa babi tidak tahan terhadap serangkaian perlakuan dari proses pencucian hingga proses separasi didalam medium albumin yang mengakibatkan menurunnya tingkat motilitas spermatozoa dari 73±3% menjadi 6,5±0,58% pada fraksi atas perlakuan pertama hingga 3±0,82% pada fraksi bawah perlakuan keempat pada tahap akhir separasi. Simpulan yang dapat diambil adalah perlakuan terbaik untuk mendapatkan spermatozoa X terdapat pada konsentrasi 10 dan 30% sedangkan untuk mendapatkan spermatozoa Y terdapat pada konsentrasi 10 dan 60%, spermatozoa hasil separasi baik fraksi atas maupun bawah memiliki motilitas yang sangat rendah.
Kata kunci : spermatozoa babi, separasi, albumin, motilitas

Selasa, 19 Februari 2013

Materi Kuliah Bioenergetika Ternak : Bioenergetika dan Metabolisme

AdiDharma17


BIOENERGETIK TERNAK
By J. F. Bale-Therik, Made Sudarma and Matilda Sadipun
Animal Husbandry, Post Graduated Program of Nusa Cendana University
Matilda Sadipun
Wednesday, 20 February 2013
Materi I
Bioenergetik dan Metabolisme
v Bioenergetik adalah studi tentang proses bagaimana sel menggunakan, menyimpan dan melepaskan energi.
v Metabolisme adalah proses yang terjadi dalam makhluk hidup yang membutuhkan dan memanfaatkan energi bebas untuk melaksakan berbagai macam fungsi.
v Semua makhluk hidup membutuhkan penyediaan energi yang tetap dari lingkungan (Hk. Thermodinamika)
v Organisme hidup memperoleh energi bebas dari matahari melalui fotosintesis, yaitu :
v energi cahaya + CO2 dan H2O menjadi karbohidrat + O2
Proses Fotosintesis
v Energi dari matahari dikonversi menjadi energi kimia dalam makanan via tumbuh-tumbuhan yang meliputi proses :
-     Absorbsi sinar melalui pigmen kloroplas
-     Produksi ATP (fosforilasi)
-     Sintesis glukosa dari CO2 dan H2O
v Energi berasal dari molekul bahan makanan yang dikonsumsi
v Bahan makanan dirombak menjadi molekul yang lebih kecil dan mudah larut sebelum dapat dimanfaatkan oleh sel
v Molekul-molekul ini dapat dirombak lebih lanjut untuk mendapatkan :
-     Energi bagi sel
-     Digunakan sebagai bahan baku dalam sintesis makromolekul dalam sel (2-4 atom carbon)
Sel mengekstraksi energi
v Sel mengekstraksi sel dari lingkungan
-     Autotrof : mengambil energi dari sinar matahari pada proses fotosintesis via tumbuh-tumbuhan dan makroorganisme berklorofil
-     Heterotrof : mengambil molekul berenergi / organik dari substrat / makanan diantaranya dari sel autotrof.
v Sel mengsintesis makromolekul untuk menunjang aktifitas hidupnya (gerak dinamik, pembelaan sel, reaksi-reaksi spesifik, dll).

Preview

v Kegiatan molekul dihadapkan pada dua pilihan:
-     Bahan baku pembuatan gula, asam lemak, gliserol, dan asam amino yang kemudian disusun menjadi komponen makromolekul dari sel dhi polisakarida, lipid dan protein.
Tahapan metabolisme ini, dimana molekul besar yang kompleks dibuat dari molekul kecil dan sederhana disebut anabolisme
-     Molekul yang mengandung 2-4 atom carbon dirombak lebih lanjut dhi menjadi molekul anorganik yang sederhana seperti CO2, H2O dan NH3.
Tahapan metabolisme dimana molekul kompleks yang kaya energi dirombak menjadi molekul sederhana yang miskin energi disebut katabolisme.
v Energi untuk sel
-     Energi panas tidak dapat dimanfaatkan oleh sel
-     Sel memanfatkan energi bebas.

Catatan:
Diharapkan dapat membaca dan memperluas pengetahuan melalui referensi tentang sel dan hukum thermodinamika.
Tugas:
Bautlah paper tentang sel dan fotosintesis. Segala sesuatu yang merupakan hasil diskusi kelompok dikumpulkan hari ini dan yang belum dimengerti dibuat papernya untuk dikumpulkan minggu depan. (Mas)

Materi Kuliah Metodologi Penelitian : Perumusan Masalah

AdiDharma17

Metodologi Penelitian
By Marthen L. Mulik, Made Sudarma, and Yelly Mulik
Prodi Ilmu Peternakan, Pps Undana

Y. Mulik
Saturday, 16 February 2013
Pertemuan I
Metode Penelitian merupakan langkah / prosedur ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan suatu data yang akurat dan berguna bagi peneliti, khalayak ramai, maupun pengembangan ilmu pengetahuan.
Adapun langkah / prosedur ilmiah tersebut adalah :
-          Perumusan masalah
-          Perumusan hipotesis
-          Perumusan tujuan
-          Perumusan kerangka penelitian
-          Penentuan variabel-variabel penelitian
-          Perumusan instrument penelitian
-          Jenis data dan alat analisis data (Jenis data seperti nominal, rasio, kategori, ordinal; alat analisis data berhubungan dengan desain penelitian