MAKALAH
BIONOMIKA TERNAK
‘Bionomika dalam Ekosistem, Ternak
dan Manusia’
by Made Adi Sudarma
Ilmu Peternakan - Pps Undana
Ilmu Peternakan - Pps Undana
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini,
pemeliharaan ternak tidak terlepas dari penerapan ilmu-ilmu pengetahuan yang
tentu saja sangat menunjang keberlangsungan pemeliharaan ternak tersebut. Salah
satu ilmu pengetahuan yang perlu dipelajari dalam sistem pemeliharaan ternak
adalah bionomika.
Bionomika adalah
suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang proses-proses biologi yang terdapat
dalam tubuh ternak yang diterapkan dalam ilmu ekonomi. Dalam perjalanannya, bionomika
sangat diperlukan dimana dalam setiap usaha peternakan mempunyai tujuan yang
sama yaitu untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal ini dapat
dimungkinkan dalam bionomika karena dipelajari bagaimana menggunakan input
seminimal mungkin dalam menajemen proses biologi untuk menghasilkan output yang
maksimal.
Dalam tahap awal
pembelajaran bionomika, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti
ekosistem lingkungan, sumber daya ternak dan integrasi secara terpadu,
pertumbuhan ternak hingga sistem endokrin yang berlangsung dalam proses biologi
ternak. Semua hal-hal tersebut tidak bisa terlepas satu sama lain tetapi
merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan dibutuhkan manajemen dari
peternak atau manusia untuk mengelolanya.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui kajian mengenai bionomika dan
sejauh mana dampak bionomika dalam kehidupan ternak.
C.
Metode pengambilan data
Metode
pangambilan data yang digunakan yaitu metode pengumpulan data dari berbagai
sumber yang dijadikan referensi dalam pembuatan makalah ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
Bionomika merupakan suatu kajian
mengenai proses biologi ternak yang diterapkan dalam ilmu ekonomi. Di dalam bionomika
dipelajari bagaimana menggunakan input seefisien mungkin di dalam kelangsungan
proses biologi sehingga dapat diperoleh suatu output yang maksimal yang
menguntungkan peternak. Didalam ilmu bionomika diperlukan pengembangan ilmu
pengetahuan terutama mengenai proses biologi dan input yang diperlukan untuk
menghasilkan output yang diinginkan. Berikut akan dibahas mengenai hal – hal
yang mempengaruhi input dan proses biologi tersebut sebagai berikut.
HUBUNGAN
ANTARA KOMPONEN EKOSISTEM DAN SUMBER DAYA TERNAK
Ekosistem adalah sustu sistem
ekologi (ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara organism dengan
lingkungannya dan yang lainnya) yang terbentuk oleh hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan
hidup yang saling mempengaruhi. Di dalam ekosistem terdapat dua komponen utama
pembentuk ekosistem yaitu komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup
(abiotik). Kedua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi
membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya pada suatu ekosistem akuarium,
ekosistem ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang terapung di air
sebagai komponen biotik sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air,
pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air (Soemarno, 2007).
Berikut akan dibahas mengenai komponen biotik dan abiotik yang dirangkum
berdasarkan beberapa sumber (Afghanaus, 2012; Agik, 2011; Melisacahya, 2009;
dan Zaifbio, 2010).
Komponen
Biotik
Komponen biotik adalah komponen
ekosistem yang terdiri atas makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan, manusia dan
mikroorganisme. Di dalam ekosistem setiap organisme mempunyai kedudukan, tugas atau fungsi tertentu yang erat
kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan akan makanan. Hal ini menyebabkan
terjadinya keseimbangan di dalam ekosistem. Fungsi atau kedudukan organisme di
dalam ekosistem disebut nisia. Berdasarkan nisianya, organisme dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu produsen, konsumen, dan pengurai.
1.
Produsen
Gambar 1. Aliran Energi dalam Piramida
Makanan
2. Konsumen
Konsumen berarti pemakai, yaitu organisme yang tidak dapat
menyusun/membuat zat makanannya sendiri (organism heterotrof), tetapi memakai
atau menggunakan zat makanan yang dibuat organisme lain. Organisme lain
tersebut bisa berupa tumbuhan, hewan, ataupun sisa-sisa organisme. Yang
termasuk konsumen adalah hampir semua golongan hewan, tumbuhan yang tidak
berklorofil, dan manusia. Contoh tumbuhan konsumen yaitu tali putri dan bunga
bangkai (Rafflesia). Konsumen sangat bergantung pada produsen, begitu juga
sebaliknya. Konsumen (tingkat I) membutuhkan makanan dari produsen. Konsumen juga
mempengaruhi kelangsungan hidup produsen dimana karbon dioksida dari sisa
pernapasan hewan dan manusia dibutuhkan tumbuhan untuk proses fotosintesis.
Selain itu, konsumen juga berperan sebagai penyeimbang didalam populasi.
Berdasarkan jenis makanannya, konsumen dikelompokkan menjadi
tiga yakni: a) pemakan tumbuhan (herbivora), misalnya
kambing, kerbau, kelini dan sapi; b) pemakan daging (karnivora), misalnya
harimau, burung elang, dan serigala; c) pemakan tumbuhan dan daging (omnivore),
misalnya ayam, itik, dan orang hutan.
Berdasarkan tingkatan makanannya, konsumen dapat dibagi
sebagai berikut : organisme yang secara langsung mengambil zat makanan dari
tumbuhan hijau adalah herbivora seperti sapi, kerbau, kambing, domba, kelinci
dll. Oleh karena itu, herbivora sering disebut konsumen tingkat pertama.
Hidupnya sangat bergantung pada tumbuhan secara langsung. Karnivora yang
mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora disebut konsumen tingkat kedua.
Selanjutnya, karnivora yang memakan konsumen tingkat kedua disebut konsumen
tingkat ke tiga. Apabila ada konsumen yang memakan konsumen tingkat ketiga maka
disebut konsumen tingkat keempat, dan seterusnya.
3. Pengurai
Pengurai atau dekomposer adalah komponen biotik yang berfungsi
menguraikan sampah atau sisa-sisa makhuk hidup yang mati atau dengan kata lain
mengurangi bahan organik yang berasal dari organisme yang telah mati ataupun
hasil pembuangan sisa pencernaan. Pada suatu ketika semua kehidupan akan mati.
Bagian tumbuhan seperti daun, buah, dan ranting akan jatuh berguguran menjadi
sampah. Hewan dan manusia akan mati menjadi bangkai. Kotoran sisa pencernaan
juga akan menumpuk mengotori lingkungan. Apabila tidak ada organisme pengurai,
mungkin kita tidak akan mendapatkan lingkungan yang sehat untuk hidup. Seluruh
permukaan bumi penuh sampah dan bangkai. Namun, berkat jasa pengurai, sebagaian
besar sampah, kotoran, dan bangkai telah lumat menjadi hara tanah. Jadi, pengurai
berfungsi sebagai penghubung peredaran zat dari konsumen ke produsen. Zat yang
telah diambil oleh konsumen dari produsen akan kembali lagi ke produsen melalui
proses penguraian oleh pengurai. Dengan peristiwa pembusukan ini, zat-zat yang
dulu menjadi bagian dari tumbuhan dan hewan diuraikan dan dirombak. Hasilnya
digunakan oleh tumbuhan untuk membuat makanan.
Dengan adanya organisme pengurai, hara tanah yang
terus-menerus dihisap oleh tanah akan diganti kembali, yaitu berasal dari hasil
penguraian organisme pengurai. Penguraian bahan organik tersebut melalui
beberapa tahapan. Pertama, hewan-hewan kecil pemakan sampah (detritivor)
menceraiberaikan sampah sisa organisme. Melalui kegiatan itu akan dihasilkan
sampah-sampah yang ukurannya lebih halus. Kedua, setelah sampah halus lembap
bercampur air, bakteri dan jamur saprofit (hidup
pada sampah atau sisa mahluk hidup) akan mengurai sampah halus tersebut
melalui proses fermentasi. Hasilnya adalah sisa-sisa organisme tersebut akan
terurai kembali menjadi unsur-unsur penyusunnya. Dengan demikian, jelaslah
bahwa peranan komponen pengurai atau dekomposer adalah mengambalikan hara kedalam
tanah.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa semua kehidupan
yang ada di alam semesta atau tak langsung mempunyai menfaat yang besar bagi
kehidupan manusia. Dengan bantuan tumbuhan, kita mendapatkan karbohidrat dan
oksigen. Dengan bantuan hewan, kita mendapatkan protein bermutu tinggi.
Berbagai hewan dan mikroorganisme pengurai membantu manusia dalam mengatasi
sampah sisa organisme sekaligus mengembalikan hara dalam tanah. Dengan
demikian, kesuburan tanah akan tetap terjamin.
Pada tanah yang subur tumbuhan akan menghasilkan bunga, buah,
biji, dan bagian lain yang berguna bagi organisme lain. Dengan demikian
kesinambungan proses ekosistem akan tetap terjamin. Semua proses terebut akan
terus berlangsung jika komponen ekosistem berada dalam keadaan seimbang. Dalam
lingkungan seimbang, tak akan terjadi guncangan ekosistem sehingga semua proses
ekosistem akan berlangsung secara berkesinambungan dan teratur. Untuk menjaga
agar semua proses itu tetap berlangsung dengan baik dan teratur, manusia
sebagai sutradara dalam pengelolaan lingkungan harus berperan aktif dalam
menjaga dan melestarikan keseimbangan lingkungan.
Komponen
abiotik
Komponen
abiotik adalah komponen ekosistem yang terdiri dari semua benda yang tak hidup
yang terdapat disekitar makhluk hidup.komponen abiotik yang berpengaruh pada
ekosistem, antara lain:
1.
Cahaya Matahari
Cahaya
matahari merupakan faktor abiotik yang terpenting untuk menunjang
kehidupan di bumi dimana Cahaya
matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan di bumi ini. Cahaya matahari merupakan sumber energi bagi tumbuhan yang diperlukan dalam
proses fotosintesis. Cahaya matahari juga memberikan rasa hangat untuk semua
makhluk. Namun, penyebaran
cahaya di bumi belum merata.Oleh karena itu, organisme harus menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang intensitas dan kualitas cahaya yang berbeda.
2.
Udara
Udara merupakan lingkungan abiotik yang
berupa gas. Gas itu berbentuk atmosfer yang melingkupi makhluk hidup. Oksigen, karbon
dioksida, dan nitrogen merupakan gas yang paling pentung bagi kehidupan makhluk
hidup. Hewan dan
manusia menggunakan oksigen yang terdapat di udara untuk bernapas dan
mengeluarkan karbon dioksida ke udara. Sedangkan, tumbuhan mengambil karbon
dioksida dari udara untuk proses fotosintesis dan menghasilkan oksigen sebagai
produk sampingan. Oksigen ini dilepaskan ke udara untuk digunakan oleh semua
makhluk hidup. Dengan demikian, terjadilah perputaran zat yang berlangsung
terus menerus. Peristiwa ini menunjukkan adanya saling ketergantungan dan
saling membutuhkan antara makhluk hidup dan lingkungannya.
3.
Suhu
Suhu sangat mempengaruhi lingkungan dan kehidupan makhluk
hidup di lingkungan tersebut. Setiap makhluk hidup
memerlukan suhu optimum untuk kegiatan metabolisme dan perkembangbiakannya. Ada
makhluk hidup yang mampu hidup di lingkungan dengan suhu rendah, ada pula
makhluk hidup yang mampu hidup di lingkungan dengan suhu tinggi.
4.
Air
Air merupakan faktor abiotik yang sangat penting untuk
menunjang suatu kehidupan. Semua sel dan jaringan terdiri atas air. Air
merupakan media pelarut zat-zat yang dibutuhkan dan media pengangkut dalam
tubuh hewan dan tumbuhan. Air juga merupakan suatu bentuk habitat bagi makhluk
hidup, seperti: danau, sungai, dan laut. Air sangat mempengaruhi proses
kehidupan. Hal-hal penting pada air yang
mempengaruri kehidupan makhluk hidup adalah suhu air, kadar mineral air, salinitas,
arus air, penguapan, dan kedalaman air.
5.
Tanah
Tanah
berfungsi sebagai tempat hidup berbagai makhluk hidup dalam suatu
ekosistem. Di dalam tanah terdapat zat hara yang merupakan mineral penting
untuk mempertahankan proses di dalam tubuh, terutama bagi tumbuhan. Jenis tanah
yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup di dalamnya berbeda. Sifat-sifat fisik tanah yang berperan
dalam ekosistem meliputi tekstur, kematangan, dan kemapuan menahan air.
INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM
Komponen-komponen dalam ekosistem saling berinteraksi.
Interaksi ini dibedakan menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
1. Interaksi Antarorganisme
Setiap
individu tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu berinteraksi dengan
individu sejenis atau lain jenis, baik dalam satu komunitas atau dengan
komunitas lain. Interaksi antarorganisme dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, yaitu:
a.
Parasitisme
Parasitisme adalah hubungan antara dua organisme yang
berbeda jenis, yang satu untung dan yang lain dirugikan. Contohnya benalu
dengan inangnya. Benalu mampu berfotosintesis karena memiliki zat hijau daun, tetapi
benalu menyerap air dari inangnya. Hal ini menyebabkan pertumbuhan inang yang
ditumpangi menjadi terganggu karena kebutuhan air untuk fotosintesis berkurang
sehingga makanan yang dihasilkan sedikit. Jika benalu makin tumbuh dan
berkembang, maka inang dapat mengalami kematian.
b.
Komensalisme
Komensalisme adalah hubungan antara dua organisme yang
berbeda jenis, yang satu untung dan yang lain tidak dirugikan. Contohnya
anggrek dengan pohon yang ditumpanginya. Anggrek hanya menempel pada pohon yang
ditumpanginya untuk mendapatkan sinar matahari. Pohon yang ditumpangi anggrek
tidak mengalami kerugian apapun.
c.
Mutualisme
Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda jenis yang saling
menguntungkan. Contohnya bunga dan lebah. Bunga menghasilkan madu yang disukai
lebah dan lebah membantu penyerbukan bunga. Oleh karena itu, keduanya
memperoleh keuntungan.
d.
Predasi
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa
(predator). Bila mangsa tidak ada, maka pemangsa tidak dapat hidup. Sebaliknya,
bila pemangsa tidak ada, maka populasi mangsa akan meningkat. Oleh karena itu,
predator menjadi pengontrol populasi hewan yang dimangsa. Hubungan predasi ini
sangat erat karena saling mempengaruhi. Predasi menyebabkan terjadinya
peristiwa makan dan dimakan yang membentuk rantai makanan. Hal ini menyebabkan
keseimbangan populasi makhluk hidup di alam.
2. Interaksi Antarpopulasi
Interaksi antarpopulasi dapat terjadi secara langsung
atau tidak langsung. Contoh interaksi antarpopulasi adalah kompetisi. Kompetisi
merupakan interaksi yang memiliki kepentingan yang sama sehingga terjadi
persaingan antarpopulasi. Misalnya, persaingan antara populasi singa dengan
harimau yang memperebutkan makanan.
3. Interaksi antara Komponen Biotik dan
Abiotik
Dalam suatu ekosistem, komponen abiotik berpengaruh atau
menentukan jenis makhluk hidup yang sesuai dengan lingkungannya. Sebaliknya,
komponen biotikpun berpengaruh pada komponen abiotik.
Keseimbangan ekosistem
Antara
komponen-komponen suatu ekosistem selalu terjadi hubungan saling
ketergantungan. Jika di dalam suatu ekosistem terjadi perubahan populasi suatu
makhluk hidup, akan berpengaruh terhadap populasi mekhluk hidup lainnya.
Demikian pula kalau terjadi perubahan lingkungan abiotiknya, komponen biotik yang ada di dalamnya akan berubah
pula. Seandainya terjadi musim kemarau penjang sehingga banyak tumbuhan hijau
yang mati, populasi konsumen pertama akan mengalami peenurunan. Penurunan itu
akan diikuti oleh turunnya populasi konsumen kedua, ketiga, dan seterusnya.
Apabila, musim hujan tiba, populasi tumbuhan hijau akan meningkat lagi. Hal itu
akan merangsang meningkatnya hewan konsumen pertama, kedua dan seterusnya
sehingga dapat terjadi keseimbangan.
Ekostem
dikatakan seimbang apabila komposisi di antara komponen-komponen tersebut dalam
keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang, keberadaannya dapat bertahan lama
atau kesinambungannya dapat terpelihara. Perubahan ekosistem dapat mempengaruhi
keseimbangannya. Perubahan ekosistem dapat terjadi secara alami serta dapat
pula karena aktivitas dan tindakan manusia. Perubahan ekosistem secara alami
dapat terjadi karena adanya gangguan alam. Misalnya gunung meletus, kebakaran
hutan, dan perubahan musim. Perubahan ekosistem juga dapat terjadi karena
tindakan manusia. Manusia merupakan salah satu komponen biotik dalam suatu
ekosistem. Manusia mempunyai peranan dan tanggung jawab terhadap pengelolaan
ekosistem. Akan tetapi, manusia juga dapat merusak ekosistem.
Semula
manusia menggunakan DDT untuk membasmi hama wereng dan walang sangit yang
menyerang tanaman padi. Ternyata yang terbunuh tidak hanya walang sangit,
tetapi juga hewan pemakan walang sangit dan hewan pemakan wereng. Akibatnya
populasi burung pemakan wereng menurun. Menurunnya populasi burung pemakan
wereng menyebabkan naiknya populasi wereng. Karena pengontrolan tidak ada lagi
maka populasinya meledak sehingga menimbulkan petaka bagi petani, yaitu ribuan
hektar tanaman padi tidak dapat dipanen. Jelaslah bahwa antara
komponen-komponen dalam ekosistem seperti produsen, konsumen, dan pengurai
harus dijaga keseimbangannya. Hanya dengan cara itulah proses kehidupan
berbagai komponen biotik di dalam suatu ekosistem akan berjalan secara wajar.
Untuk menjaga keseimbangan pada
ekosistem, maka harus terjadi peristiwa makan dan dimakan. Hal ini bertujuan
untuk mengendalikan populasi suatu organisme. Peristiwa makan dan dimakan antar
makhluk hidup dalam suatu ekosistem membentuk rantai makanan dan jarring-jaring
makanan.
1. Rantai Makanan
Proses
makan dan dimakan terjadi dalam suatu ekosistem. Dalam suatu ekosistem terjadi
peristiwa makan dan dimakan dalam suatu garis lurus yang disebut rantai
makanan. Rantai makanan ini terjadi jika satu jenis produsen dimakan oleh satu
jenis konsumen pertama, konsumen pertama dimakan oleh satu jenis konsumen
kedua, dan seterusnya. Konsumen yang menjadi pemakan terakhir disebut konsumen
puncak. Rantai makanan terjadi di berbagai ekosistem. Di antara rantai makanan
tersebut terdapat pengurai, karena pada akhirnya semua makhluk hidup akan mati
dan diuraikan oleh pengurai.
2.
Jaring-Jaring
Makanan
Di
alam ini satu produsen tidak hanya dimakan oleh satu jenis konsumen pertama.
Tetapi, bisa dimakan oleh lebih dari satu jenis konsumen pertama, satu jenis
konsumen pertama dapat dimakan lebih dari satu jenis konsumen kedua dan
seterusnya.
3.
Piramida
Makanan
Dalam ekosistem yang seimbang jumlah
produsen lebih banyak daripada jumlah konsumen tingkat I, jumlah konsumen
tingkat II lebih banyak daripada konsumen tingkat III, demikian seterusnya. Hal
ini disebabkan oleh hilangnya energi pada setiap tingkatan makanan. Jika
rantai makanan digambarkan dari produsen sampai konsumen tingkat tinggi, maka
akan terbentuk suatu piramida makanan (gambar 1.)
Komponen –
komponen yang terdapat dalam suatu sistem ekosistem tersebut harus dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan sumber daya ternak yang kita miliki. Misalnya ternak
sapi yang merupakan ternak herbivora membutuhkan zat nutrisi yang baik bagi
pertumbuhannya melalui tumbuhan-tumbuhan. Dengan memanjamenen lingkungan
abiotik yang ideal bagi ekosistem ternak sapi maka bukan hal yang mustahil
untuk mendapatkan output yang diinginkan. Hal ini dikarenakan sumber energi
utama ternak sapi dapat diperolehnya dari rumput atau tanaman legume yang
tumbuh subur dengan intensitas matahari yang cukup dan air serta kesuburan
tanah yang memadai dan ternak akan menunjukkan performans yang terbaik apabila
lingkungan seperti suhu dan kelembaban yang juga sesuai bagi pertumbuhan ternak
tersebut. Selain manajemen lingkungan abiotik yang ideal bagi ekosistem ternak
sapi, juga diperlukan integrasi tanaman pertanian atau tanaman lainnya yang
dapat menunjang output yang diinginkan.
PENGELOLAAN
SUMBER DAYA TERNAK SECARA TERPADU
Pengelolaan sumber daya ternak
secara terpadu dapat dilakukan dengan memanfaatkan komponen-komponen ekosistem
ternak yang ada seperti rerumputan, ternak sapi, pengurai, dan lingkungannya.
Didalam pengelolaan tersebut dibutuhkan adanya campur tangan manusia sehingga
tidak terjadi interaksi antar komponen biotik yang tidak menguntungkan seperti
adanya kekurangan rumput yang mengakibatkan menurunnya populasi ternak.
Pengelolaan
sumber daya secara terpadu dapat berupa pengintegrasian tanaman pertanian
didalam proses biologi ternak sebagai input untuk menghasilkan output yang
maksimal. Selain itu, juga dapat dilakukan penanganan limbah ternak agar tidak
terjadi polusi dengan jalan introduksi teknologi biogas dan efektif
mikroorganime 4 (EM4) untuk pembuatan pupuk yang berguna bagi kesuburan lahan
pertanian.
Sistem integrasi
tanaman ternak terdiri dari komponen budidaya tanaman, budidaya ternak dan
pengolahan limbah. Penerapan teknologi pada masing-masing komponen
merupakan faktor penentu keberhasilan
sistem integrasi tersebut. Agar sistem integrasi berjalan dengan baik dan dapat
meningkatkan produktifitas pertanian maka petani harus menguasai dan menerapkan
inovasi teknologi (Pasandaran,
et. All, 2005).
Ada
berbagai macam jenis integrasi ternak dengan tanaman pertanian atau perkebunan
secara terpadu misalnya seperti yang dinyatakan oleh Suryanti (2011) bahwa ada
pola integrasi yang saling menguntungkan antara ternak sapi dan tanaman kakao
dimana limbah sapi yang sudah difermentasikan dapat dijadikan pupuk bagi
tanaman kakao dan limbah kulit kakao yang dicincang dan difermentasikan
menggunakan kapang dapat dijadikan sebagai pakan tambahan bagi ternak sapi di
kecamatan Harau.
Menurut
Sunarso (2003) konsep zero waste dalam integrasi ternak – pertanian (crop
livestock system; CLS) merupakan alternative terbaik dalam ekosistem pertanian
guna menjamin kesinambungan ketersediaan pakan dimana program mixed farming
merupakan contoh ekosistem yang sangat baik dengan adanya manusia yang
mengelola lahan, tanaman dan ternak (soil-plant-animal) merupakan
penyelenggaraan proses biologis alami terpadu dalam suatu sistem usaha tani.
Selain itu, aspek tanaman pada ternak (pakan) sebagai bagian dari sub ekosistem
darat dapat ditingkatkan potensi dan kegunaannya melalui beberapa teknologi
manipulasi untuk tujuan produktif baik secara fisik, kimiaei, biologic maupun
gabungan diantara ketiganya, misalnya secara tunggal melalui proses amoniasi,
fermentasi, maupun amoniasi – fermentasi; sedangkan pada limbah industri
pertanian sebagai pakan konsentrat maupun ransum lengkap. Model integrasi dapat
menjamin kontinuitas, kuantitas, kualitas serta keseimbangan gizi pakan yang
diperlukan. Pemanfaatan energi panas dalam bentul biogas, dan perbaikan
kesuburan tanah malalui pemanfaatannya sebagai kompos/pupuk organik.
Menurut
Atmodjo (2007) integrasi ternak dan tanaman tidak terbatas pada budidaya tanaman
padi dengan sapi saja, namun juga dapat dikembangkan integrasi dalam sistem
lahan kering dan perkebunan. Semuanya tergantung dari usaha pertanian yang
dikembangkan setempat, sehingga limbah pertaniannya dapat bervariasi seperti misalnya limbah jerami padi dilahan sawah,
limbah jerami jagung dilahan kering, bahkan di Brebes limbah tanaman bawang
merahpun dapat digunakan untuk pengembangan ternak. Sistem
tumpangsari tanaman dan ternak banyak juga dipraktekkan di daerah perkebunan.
Tujuan sistem ini adalah untuk pemanfaatan lahan secara optimal. Di dalam sistem tumpangsari ini tanaman
perkebunan sebagai komponen utama dan tanaman rumput dan ternak yang merumput
di atasnya merupakan komponen kedua.
Keuntungan-keuntungan dari sistem ini antara lain : (1) Dari tanaman
perkebunannya dapat menjamin tersedianya tanaman peneduh bagi ternak, sehingga
dapat mengurangi stress karena panas, (2) meningkatkan kesuburan tanah melalui
proses kembaliya air seni dan kotoran padatan ke dalam tanah, (3) meningkatkan
kualitas pakan ternak, serta membatasi pertumbuhan gulma, (5) meningkatkan
hasil tanaman perkebunan dan (6) meningkatkan keuntungan ekonomis termasuk
hasil ternaknya. Sebenarnya sistem pertanian terpadu ini juga dapat
dintegrasikan antara ternak unggas dengan tanaman pangan, hotikultura. Kotoran
unggas cukup potensial dimanfaatkan sebagai pupuk, misalnya kandungan hara
dalam kotoran ayam hara N cukup tinggi sebesar 2,6 %, P 3,1 % dan K 2,4 %.
Sistem pertanian terpadu ini dapat menjamin produksi pupuk organik, sehingga
dapat menjamin pemeliharaan kesuburan tanah.
Masih
banyak paket integrasi ternak dan tanaman pertanian atau perkebunan lainnya
seperti paket integrasi sapi – nenas, kambing – singkong, sapi – tebu, kambing
– coklat, sapi – sawit, sapi – jerami, sapi – jagung, itik – sawah, dll yang
semuanya juga bersinergi dengan program zero waste sehingga terjadi siklus daur
ulang secara berkesinambungan yang selanjutnya hasil daur ulang tersebut
dimanfaatkan untuk peningkatan efisiensi usaha dan nilai tambah ekonomi bagi
usaha-usaha yang diintegrasikan (Sinar Tani, 2006)
PERTUMBUHAN
TERNAK POTONG
Dalam
hidupnya ternak mengalami pertumbuhan yang cukup penting dan menarik untuk
diperhatikan dimana dengan memanajemen pertumbuhan ternak akan dapat diperoleh
output yang maksimal karena dalam pertumbuhan itulah terdapat berbagai proses
biologi yang akan dimanipulasi. Berikut hal-hal penting yang perlu diperhatikan
dalam pertumbuhan ternak potong yang diringkas dari sumber Darmarapeka, 2011.
Proses
Pertumbuhan
Proses pertumbuhan merupakan suatu
proses pertambahan berat hidup pada seekor ternak yang dimulai sejak terjadinya
fertilisasi, yaitu saat bersatunya sel telur dengan spermatozoa sehingga
terbentuk zygote, kemudian tumbuh menjadi embrio, foetus, dan selanjutnya lahir
sebagai anak serta berakhir pada saat mengalami kematian yang alami sebagai
akibat proses penuaan . Pada proses pertumbuhan dapat dibedakan dalam 2
(dua) pengertian, yaitu :
1. Pertambahan (growth).
Pertumbuhan dalam arti pertambahan (growth)
mempunyai pengertian sebagai pertambahan yang meliputi ukuran dan bobot dari
suatu jaringan, misalnya jaringan daging, jaringan tulang dan jaringan syaraf.
Dalam proses pertambahan ini gejala pertumbuhan dari suatu organ atau individu
ditandai dengan sel-selnya bertambah banyak jumlahnya (proses perbanyakan sel)
yang sering disebut dengan istilah hyperplasia dan bertambah
besar sel-selnya atau proses prubahan bentuk sel, yang disebut dengan
istilah hyperthropia.
2. Perkembangan (development)
Pertumbuhan dalam arti perkembangan
(development) mempunyai pengertian sebagai perubahan dari bentuk badan (body
shape) atau konformasinya. Hal ini dapat terlihat jelas pada mahluk
berderajad tinggi, misalnya perkembangan mental yang diikuti dengan
perkembangan bentuk tubuhnya. Dengan kata lain, secara singkat proses
perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan bentuk, struktur dam
konformasinya.
Pola pertumbuhan secara keseluruhan,
yaitu sejak fase embrional sampai dengan pertumbuhan yang maksimum yaitu pada
saat dicapainya dewasa tubuh merupakan proses yang cepat dan mempunyai pola
yang tetap dan apabila digambarkan dalam suatu diagram atau kurva maka akan
berbentuk sigmoid ( letter S; S Shape Curve).
Kurva sigmoid akan dapat terjadi apabila seekor ternak tumbuh dalam lingkungan
yang optimal, namun apabila seekor ternak yang pada waktu masih muda pernah mengalami
kekurangan makanan, maka pertumbuhannya akan terhambat dan pertambahan berat
badannya rendah, sehingga kurva sigmoid tidak akan tercapai. Kurva sigmoid
tersebut dapat digambarkan apabila dilakukan penimbangan berat badan dari
seekor ternak pada selang waktu tertentu dan perubahan berat badan tersebut
digambar dalam suatu diagram maka akan terlihat sebagai kurva yang berbentuk
sigmoid.
Fase-Fase
Pertumbuhan
Pada proses pertumbuhan yang
berlangsung mulai dari saat fertilisasi sampai dengan ternak mengalami kematian
sebagai akibat proses penuaan dapat terbagi dalam 3 (tiga) fase berdasarkan
pada kecepatan pertumbuhannya, yaitu :
1.
Fase
stasioner/ fase initial/ fase latent.
Pada fase ini dimulai dari masa
embrional sampai dengan foetus berumur 2/3 masa kebuntingan, misalnya untuk sapi sampai
foetus berumur 6 bulan dalam kandungan. Dalam fase ini belum terlihat dengan
jelas pertumbuhannya apabila dibandingkan dengan pertumbuhan secara keseluruhan
akan tetapi persentase kecepatan tumbuh (persentage growth rate)
adalah tinggi. Hal ini disebabkan bahwa walaupun rata-rata pertambahan berat
harian (Average Daily Gain) relatif rendah tetapi berat hidupnya juga
rendah sehingga perbandingan antara rata-rata pertambahan berat harian (Average
Daily Gain) dengan berat hidupnya menjadi tinggi.
2.
Fase
eksponensial/ fase logaritmis.
Fase ini terbagi menjadi dua bagian,
yaitu (a) bagian pertama, dimulai dari umur foetus 1/3 akhir masa kebuntingan
sampai dengan dicapainya umur dewasa kelamin (pubertas), misalnya pada
sapi dari umur 3 bulan menjelang lahir sampai dengan umur pubertas yaitu 7-8
bulan. Pada fase bagian ini merupakan fase pertumbuhan yang memiliki kecepatan
tumbuh paling cepat sehingga dapat dilihat dengan jelas kecepatan
pertumbuhannya. Pada umumnya rata-rata pertambahan berat badan harian (Average
Daily Gain) maksimum dicapai pada saat menjelang pubertas yang
disebut maximum growth rate, (b) bagian kedua, dimulai saat
pubertas sampai tercapainya ukuran tubuh yang maksimal, yaitu pada sapi sampai
umur 7-8 tahun. Pada fase bagian ini merupakan fase yang proses pertumbuhannya
berangsur-angsur kecepatannya berkurang sampai suatu saat tidak terjadi
proses pertumbuhan.
Rata-rata pertambahan berat badan
harian (Average Daily Gain) akan mencapai titik nol (ADG = 0) pada saat
dewasa tubuh maksimum dan pada saat itulah ternak tidak mengalami kenaikan
berat badan lagi bahkan dapat terjadi penyusutan berat badan. Pada fase
eksponensial/logaritmis ini grafik persentase kecepatan tumbuh (persentage
growth rate) menunjukan kecenderungan menurun dan hal ini disebabkan
meskipun rata-rata pertambahan berat badan harian (Average Daily Gain)
besar tetapi berat hidupnya mempunyai kenaikan yang lebih besar dibandingkan
dengan Rata-rata pertambahan berat badan harian (Average Daily Gain) itu
sendiri.
3.
Fase
regresi.
Fase ini merupakan kelanjutan dari
fase sebelumnya dan berakhir sampai dengan terjadinya kematian yang alami. Pada
fase ini tidak terjadi pertumbuhan, bahkan memungkinkan terjadi adanya suatu
penyusutan berat atau ukuran sehingga dikatakan fase regresi. Setelah
pertumbuhan maksimum dicapai, maka proses pertumbuhan dapat dikatakan berhenti
tetapi dilanjutkan dengan proses lain dari kehidupan yang meliputi proses
regenerasi, reparasi, reproduksi, dll. Pada saat berat maksimal dicapai, berat
tersebut bertahan sampai kemudian berkurang dan apabila mulai berumur sangat
tua terlihat mengalami penyusutan berat yang nyata dan saat itulah terjadi
kecepatan pertumbuhan yang negatif.
Proses
pertumbuhan apabila ditinjau dari ruang lingkup kehidupan ternak, maka
dapat dibagi dalam 2 (dua) periode waktu yaitu :
1.
Pertumbuhan
pre-natal.
Pertumbuhan pre-natal merupakan
pertumbuhan pada periode waktu selama masih embrio, yang kemudian tumbuh berkembang
menjadi foetus. Dengan kata lain, pertumbuhan pre-natal merupakan pertumbuhan
pada periode waktu hidup dalam kandungan. Pada periode ini pertumbuhan
foetus yang terbesar mulai dari 2/3 akhir masa kebuntingan, oleh karena itu
hendaknya mulai saat itu pemberian makanan induk diusahakan sebaik mungkin
karena pada pertumbuhan pre-natal ini banyak dipengaruhi oleh kondisi induk
melalui fungsi dari placenta. Sebagai contoh pada induk ternak perah yang
sedang bunting akan dilakukan suatu periode kering kandang (tidak diperah)
mulai umur kebuntingan 7 bulan dengan maksud agar air susu tidak diperah lagi
dan energi dari air susu dipergunakan untuk memulihkan kondisi serta untuk
mensuplai makanan foetus yang relatif pertumbuhannya cepat.
2.
Pertumbuhan
post-natal
Pertumbuhan post-natal dimulai dari
saat dilahirkan sampai dengan terjadinya kematian secara alami. Pada saat lahir
sampai dengan saat penyapihan terjadi pertumbuhan yang relatif cepat dan
kemudian setelah umur sapih mengalami penurunan sedikit. Kecepatan pertumbuhan
anak sejak dilahirkan sampai dengan disapih sangat bergantung kepada atau
banyak ditentukan oleh produksi air susu induk, disamping adanya pengaruh
dari makanan dan lingkungan. Dengan kata lain, pertumbuhan selama periode
laktasi banyak dipengaruhi oleh faktor induk (maternal factor). Pada
saat menjelang dewasa kelamin (pubertas) terjadi pertumbuhan yang cepat
kembali, sedang pada saat menjelang dewasa tubuh (mature), laju
pertumbuhan relatif lambat dan sesudah itu pemeliharaan ternak potong pada
umumnya sudah tidak menghasilkan kenaikan berat badan lagi. Pada ternak sapi
dewasa kelamin (pubertas) dicapai pada umur lebih kurang 8 bulan,
sedangkan dewasa tubuh (mature) dimana maksimum ukuran tubuhnya
tercapai yaitu kira-kira pada umur 6-8 tahun.
Indikator
Pertumbuhan.
Pertumbuhan
selalu terjadi dalam setiap mahluk hidup dan dimulai dari saat pembuahan serta
berakhir sampai dengan saat mahluk mengalami kematian yang alami. Ditinjau dari
aspek produksi, maka terjadinya pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan terjadinya
perubahan-perubahan, antara lain :
1. Perubahan ukuran badan, yaitu
apabila ternak terlihat semakin bertambah tinggi dan panjang. Misal seekor sapi
pada saat dilahirkan tingginya 75 cm dan pada saat umur sapih tingginya
mencapai 105 cm, maka terjadi pertambahan tinggi badan 30 cm.
2. Perubahan berat badan, yaitu ternak
akan selalu bertambah berat yang dapat diketahui apabila dilakukan penimbangan
dalam periode waktu tertentu. Misalnya seekor sapi pada saat lahir berat
badannya 25 kg dan saat mencapai umur sapih memiliki berat badan 90 kg, maka
terjadi pertambahan berat badan 65 kg.
3. Perubahan bentuk badan ternak, yang
dapat diketahui apabila dilakukan pengamatan pertumbuhan pada seekor ternak
dimana seekor ternak pada waktu masih kecil terlihat bahwa kakinya panjang,
tetapi setelah dewasa terlihat kakinya lebih pendek, dsb.
Faktor Yang Berpengaruh Pada
Pertumbuhan
Kecepatan
pertumbuhan untuk masing-masing ternak tidak akan selalu sama dan
hal ini disebabkan pengaruh dari beberapa faktor, antara lain :
1. Aspek genetik
Bangsa ternak yang dikategorikan
sebagai bangsa yang besar maka akan memiliki kecepatan tumbuh yang lebih
besar dibandingkan dengan bangsa ternak yang tergolong kecil. Perbedaan dalam
tingkat sel antara embrio dari bangsa kecil (lokal) dengan bangsa besar
(unggul) sudah terjadi 48 jam setelah fertilisasi. Beberapa contoh bangsa sapi
yang dikategorikan sebagai bangsa sapi unggul yang terdapat diindonesia, antara
lain sapi simmental, hereford, angus, limousin, dan brahman.
2. Aspek makanan
Pertumbuhan ternak secara optimum
dapat tercapai apabila faktor makanan mengandung semua zat gizi
(nutrisi; nutrient) yang diperlukan oleh tubuh (protein, energi,
vitamin, mineral) serta diberikan dalam jumlah yang cukup dan seimbang sesuai
dengan jenis ternak, periode pertumbuhannya (umur, berat) dan tujuan
pemeliharaan. Perbedaan tingkat pemberian nutrisi pada semua umur sejak fase
foetus bukan hanya mengubah pertumbuhan secara umum, tetapi juga mempengaruhi
jaringan dan berbagai organ. Dengan demikian, ternak dengan tingkat pemberian
nutrisi yang berbeda walaupun bangsa, umur dan beratnya sama akan sangat
berbeda dalam bentuk dan konformasinya. Ternak yang diberi makanan dibawah
tingkatan kebutuhan hidup pokoknya (submaintenance) maka berbagai
jaringan dalam tubuh akan dipakai untuk mensuplai energi dan protein untuk
hidup pokoknya.
3. Aspek hormonal
Pertumbuhan diatur oleh hormon
pertumbuhan yang mempunyai fungsi untuk memacu sel tubuh agar berkembang dan
membesar. Hormon pertumbuhan dari pituitary akan merangsang pertumbuhan yang
pengaruhnya melalui sejumlah peptida serum dan somatomedium, sedangkan hormon
lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan misalnya androgen, estrogen, hormon
tiroid dari glukokortikoid bekerjanya dengan mengubah produksi dan aktivitas
somato medium.
4. Jenis kelamin
Hormon kelamin dapat berfungsi
sebagai hormon pertumbuhan dengan memacu sel tubuh agar berkembang dan membesar
sebagaimana hormon pertumbuhan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pertumbuhan urat daging ternak jantan cenderung lebih besar daripada
pertumbuhan urat daging ternak betina. Hal ini merupakan refleksi perbedaan
dalam ukuran badan secara keseluruhan dipengaruhi oleh jenis kelamin.
5. Aspek lingkungan
Suhu lingkungan yang secara normal
dapat ditoleransi oleh organisme berkisar antara 0 – 40o C, tetapi kisaran suhu lingkungan yang ideal
untuk pertumbuhan ternak secara optimal adalah 18 – 22o C. Persoalan regulasi panas pada ternak
mempunyai kepentingan ekonomis, dimana sapi dan domba cenderung mempertahankan
suhu tubuhnya pada level konstan yang optimum untuk aktivitas biologisnya.
Mengekpos ternak pada suhu panas atau dingin dalam waktu yang lama akan
melibatkan perubahan hormon yang spesifik terhadap kedua stress tersebut,
tetapi mengekpos ternak secara mendadak terhadap suhu panas dan dingin sangat
berbahaya karena akan menimbulkan reaksi yang kompleks dari sistem endokrin
yang disebut general adaptation syndrome. Ternak sapi yang tinggal
di daerah beriklim dingin pada umumnya akan memiliki tubuh yang kompak dengan
kaki dan leher yang pendek dan ditutupi oleh bulu yang panjang. Ternak sapi
yang dipelihara di daerah beiklim sedang akan mempunyai kerangka yang relatif
kurang kompak. Ternak sapi yang berasal dari daerah panas (tropis) akan
mempunyai kerangka persegi, anggota badan yang lebih besar dan terdapat lipatan
kulit yang menggantung antara kerongkongan dan dada serta memiliki bulu yang
sangat pendek.
Kecepatan pertumbuhan ternak perlu
diketahui karena dapat digunakan untuk menentukan produksi daging dan terutama
sangat penting sebagai pedoman atau kriteria seleksi untuk ternak bakalan yang
akan digemukkan. Sebagai contoh pada ternak sapi didapat keterangan dari kurva
pertumbuhannya, yaitu bahwa agar memperoleh hasil yang baik untuk memproduksi
daging maka hendaknya dipilih sapi yang setidaknya masih dalam proses
pertumbuhan, yaitu sapi-sapi yang umurnya berkisar antara 1 – 3 tahun.
Hal ini sesuai dengan penelitian
Kurniawan (2008) yang menyatakan bahwa pola
pertumbuhan sapi perah FH wilayah kerja bagian barat di KPSBU
Lembang menunjukkan pola sigmoid yang sejak lahir atau umur kurang dari 1 bulan
mengalami kenaikan kecepatan pertumbuhan yang besar, kemudian mencapai
kecepatan pertumbuhan maksimum dan
percepatan pertumbuhan nol pada umur sekitar 9,58 bulan, lalu secara
perlahan mengalami kecepatan pertumbuhan
yang makin melambat sampai mencapai pertumbuhan
hampir konstan pada umur sekitar lebih dari 52 bulan. Bobot badan
mengalami pertumbuhan yang lambat
dibandingkan pertumbuhan ukuran tubuh dengan nilai koefisien pertumbuhan relatif kurang dari satu
(b<1). Nilai b<1 menunjukkan kecepatan pertumbuhan ukuran tubuh lebih
kecil dibandingkan bobot badan.
Pertumbuhan yang cepat tidak berarti
selalu harus pada kondisi ternak sebelum pubertas, karena ternak dewasapun
dalam keadaan sehat namun memiliki kondisi tubuh kurus yang diakibatkan
mengalami stress karena pengaruh makanan, iklim dsb., dapat pula tumbuh dengan
cepat setelah mendapatkan perbaikan. Hal ini dikenal dengan istilah pertumbuhan
dipercepat atau pertumbuhan kompensasi (Compensatory growth).
SISTEM
ENDOKRIN
Sistem endokrin adalah suatu sistem
kelenjar dan struktur lain yang mengeluarkan sekresi internal atau hormone yang
dilepaskan secara langsung kedalam sistem sirkulasi yang mempengaruhi
metabolism dan proses tubuh lainnya. Signal yang dikirimkan oleh sistem
endokrin menggunakan sistem amplitude-modulated yang menentukan kekuatan dari
signal dan besarnya respon. Besarnya konsentrasi hormone akan menguatkan signal
dan respon yang besar. Sedangkan sedikitnya konsentrasi hormone akan melemahkan
signal dan respon yang kecil. Berikut beberapa hal yang berhubungan dengan sistem
endokrin yang di rangkum dari sumber utama dalam http://id.scribd.com/doc/76836066/4-laporan-kasus.
Kelenjar-kelenjar endokrin di dalam
tubuh manusia adalah : hipothalamus, pituitary / hipofisis, thyroid, parathyroid,
adrenal, pancreatic islets, ovaries & testes, pineal gland, dan thymus.
Struktur dan Fungsi Kelenjar Endokrin
Hipotalamus
Hipotalamus
terletak pada dasar forebrain dibawah talamus dan berasal dari dinding lateral
third ventricle. Hipotlamus merupakan penghubung utama antara sistem saraf dan
sistem endokrin. Hipotalamus mensekresi GRH, TRH, CRH, MSH, MIF.
Kelenjar
ini merupakan pengatur dari kelenjar pituitary. Hypothalamus mengatur aktivitas
kelenjar pituitary dengan mensekresi 5 releasing hormone (berfungsi untuk
menstimulasi sekresi hormon pada kelenjar anterior pituitary) dan 2 inhibiting
hormone (berfungsi untuk menghambat sekresi hormon pada kelenjar anterior
pituitary) (nama-nama releasing & inhibiting hormon tersebut terdapat pada
tabel "hormones of the anterior pituitary")
Hipofisis / Pituitari
Hipofisis berasal dari kata hypo = di bawah
dan physis = pertumbuhan atau disebut kelenjar pituitari, berbobot ± 0,5 gr,
berdiameter 1-1,5 cm dan ukuran normalnya pada manusia ± 10 x 13 x 6 mm.
Hipofisis terletak pada hypophyseal fossa di sela tursika dari tulang sfenoid.
Hipofis terdiri atas 2 kelenjar yaitu, anterior (adenohipofisis) dan posterior (neurohipofisis)
yang secara anatomis disatukan tetapi memiliki fungsi yang berbeda.
1.
Adenohipofisis
Berkembang dari
atap mulut, terdiri atas pars distalis, pars tuberalis, dan pars intermedia.
Komponen pars distalis adalah deretan sel epitel yang saling bersilangan dengan
kapiler, terdiri dari 3 jenis sel : kromofob dan 2 jenis kromofil (basofil dan
asidofil). Kromofob berwarna pucat yang berfungsi sebagai fagosit dan
menghasilkan hormon prolactin, asidofil berwarna merah yang mengandung
somatotrop (menghasilkan HGH) serta mamotrop, dan Basofil berwarna biru yang
mengandung gonadotrop, (menghasilkan FSH dan LH) corticotrop (menghasilkan ACTH
dan MSH), dan tirotrop(menghasilkan TSH)
2.
Neurohipofisis
Berkembang dari jaringan saraf, terdiri atas
pars nervosa, infundibulum yang lebih kecil (tangkai neural). Mengandung neuro
secretory cell yang mensekresi vaopresin dan oksitosin.
Fisiologi Kelenjar Hipofisis
Terdapat hypophyseal portal system, yaitu
suatu sistem yang menghubungkan hormone hypothalamus ke anterior pituitary. Mekanismenya :
-
Neurosecretory
cell yang terdapat di hypothalamus mensintesis releasing & inhibiting
hormone
-
Hormone
tersebut kemudian disimpan dalam vesicle yang akan mengalami exocytosis jika
distimulasi oleh nerve impuls
-
Setelah mengalami
exocytosis, hormone yang telah keluar dari vesicle berdifusi ke primary plexus
lalu mengalir bersama darah ke vena portal menuju secondary plexus.
Sekresi dari hormon anterior pituitary diatur
melalui 2 cara :
1.
Releasing
& inhibiting hormone --> Neurosecretory cell pada hypothalamus
mensekresi releasing hormone yang berfungsi untuk menstimulasi sekresi hormon
pada kelenjar anterior pituitary & inhibiting hormone yang berfungsi untuk
menghambat sekresi hormon pada kelenjar anterior pituitary
2.
Negative feedback
--> adalah suatu proses dimana hormone yang dihasilkan oleh suatu kelenjar
dapat menghambat sekresi dari kelenjar-kelenjar yang terdapat di atasnya.
Hormon-hormon yang dihasilkan kelenjar
anterior pituitary :
1.
Human
Growth Hormone (HGH, disebut juga somatotropin) & Insulinlike Growth
Factors (IGFs, disebut juga somatomedin)
Hormon ini merupakan hormon kelenjar anterior
pituitary terbanyak.Fungsi utamanya yaitu HGH meningkatkan sekresi IGFs,
sedangkan IGFs akan menyebabkan perkembangan sel dengan meningkatkan
pengambilan asam amino ke dalam sel dan mempercepat sintesis protein sehingga
meningkatkan laju pertumbuhan tulang dan otot skelet pada masa anak-anak dan
remaja. Pada orang dewasa, HGH dan IGFs berfungsi menjaga massa otot dan tulang
dan meningkatkan penyembuhan cedera serta perbaikan jaringan.
2.
Thyroid
Stimulating Hormone (TSH, disebut juga thyrotropin)
Berfungsi
menstimulasi sintesis & sekresi dari dua thyroid hormone : triiodothyronine
(T3) dan thyroxine (T4)
3.
Follicle
Stimulating Hormone (FSH)
Pada wanita
berfungsi memulai perkembangan folikel ovarium di tiap bulan.FSH juga
menstimulasi sel-sel folikel untuk mensekresi estrogen. Pada pria berfungsi
untuk menstimulasi produksi sperma di testis.
4.
Luteinizing
Hormone (LH)
Pada wanita
berfungsi merangsang ovulasi, pelepasan oocyte sekunder, menstimulasi
pembentukan corpus luteum, dan sekresi progesteron oleh corpus luteum.LH
bersama FSH menstimulasi sekresi estrogen oleh sel-sel ovarium. Pada pria
berfungsi menstimulasi sel di testis untuk mensekresi testosterone.
5.
Prolaktin
(PRL)
Berfungsi
bersama-sama dengan hormon lainnya untuk memulai dan menjaga sekresi ASI oleh
kelenjar mammary.Pengeluaran ASI sendiri bergantung pada hormon oxytocin yang
dikeluarkan kelenjar posterior pituitary.
6.
Adrenocorticotropic
Hormone (ACTH, disebut juga corticotropin)
Berfungsi
mengontrol sekresi & produksi hormon cortisol & glucocorticoid lainnya
oleh kelenjar adrenal cortex.
7.
Melanosit
Stimulating Hormone (MSH)
Pada amphibi berfungsi meningkatkan pigmentasi
kulit, tetapi pada manusia fungsinya belum diketahui.
Posterior
pituitary gland (neurohypophysis)
Kelenjar ini tidak mensintesis hormon, tetapi hanya
menyimpan dan mengeluarkan 2 hormon. Mekanisme penyimpanan dan pengeluarannya :
-
Pada hypothalamus,
terdapat sel neurosecretory yang berada dalam paraventricular nucleus dan
supraoptic nucleus
-
Axon
dari keduanya membentuk hypothalamohypophyseal tract
-
Paraventricular
nucleus mensintesis hormon oxytocin dan supraoptic nucleus mensintesis Anti
Diuretic Hormone (ADH, disebut juga vasopressin)
-
Setelah
disintesis, hormon tersebut dikemas dalam vesicle yang akan bergerak ke axon
terminal di posterior pituitary.Nerve impuls kemudian menstimulasi Vesicle
sehingga vesicle tersebut mengalami exocytosis dan melepaskan hormon oxytocin
dan hormon ADH
-
Hormon
yang dilepaskan tersebut kemudian masuk ke capillary plexus of infundibular
process untuk kemudian didistribusikan ke sel target.
Hormon-hormon pada posterior pituitary :
1. Oxytocin
Pada wanita, hormon ini membantu ketika saat melahirkan
yaitu dengan memperkuat kontraksi sel otot polos pada dinding uterus dan ketika
setelah melahirkan, yaitu dengan menstimulasi pengeluaran ASI dari kelenjar
mammary. Fungsi hormon oxytocin pada pria dan wanita yang tidak hamil belum
diketahui.
2. Anti Diuretic Hormone (ADH, disebut juga
vasopressin)
Berfungsi mengurangi produksi urine.ADH menyebabkan
ginjal mengembalikan lebih banyak air ke darah, sehingga mengurangi volume
urine.ADH juga mengurangi hilangnya air melalui keringat dan menyebabkan
vasokontriksi (berkerut)-nya arteriol sehingga meningkatkan tekanan darah.
Kelenjar Tiroid
Kelenjar
tiroid terletak di daerah servikal, anterior terhadap laring, terdiri atas dua
lobus yang dihubungkan oleh isthmus. Kelenjar tiroid meruakan kelenjar palin
besar dan terletak paling permukaan. Disebut juga kelenjar gondok.
Jaringan
tiroid terdiri atas ribuan folikel yang mengandung koloid. Koloid adalah suatu
glikoprotein atau bulatan berepitel selapis dengan lumen berisikan suatu substansi
gelatinosa. Terdiri dari folikel-folikel dan selnya berbentuk kuboid. Terdiri
dari sel folikel yang berfungsi menghasilkan hormon T3 dan T4, serta sel
parafolikular yang berfungsi sebagai penghasil kalsitonin dan ukurannya lebih
besar serta intinya berpilas lebih pucat dibandingkan sel folikel.
Parathyroid gland menempel pada permukaan posterior dari
lateral lobus pada kelenjar thyroid dan terpisah dalam ukuran yang kecil,
berbentuk gumpalan dan terdiri atas 4 kelenjar. Kelenjar parathyroid berukuran 3×6 mm dan berat ±40mg.
biasanya, terdapat pada bagian superior dan inferior dari kelenjar parathyroid
yang menempel pada setiap lateral lobus thyroid.
Secara histology kelenjar parathyroid
memiliki 2 jenis sel yang tersusun secara berderet
1. Sel principal (chief cells)
Sel yang mendominasi kelenjar parathyroid ini
berbentuk polygonal kecil dengan inti vesicular. Terdapt granula-granula yang
tidak teratur dengan diameter 200-400 nm didalam sitoplasmanya. Dimana glanula
tersebut mensekresi hormone parathyroid yang berupa polipeptida dalam bentuk
aslinya.
2. Sel oxyphil
Sel oxyphil memiliki jumlah yang lebih
sedikit dari sel principal. Memiliki jumlah yang lebih besar daripada sel
principal. Dalam sitoplasmanya terdapat banyak mitokondria dengan Krista yang
berlimpah. Fungsi dari sel oxyphil masih belum diketahui dengan jelas.
Fisiologi Kelenjar Parathiroid
Mengandung
2 jenis sel, yaitu chief cell (disebut juga principal cell) yang mensekresi
hormon parathyroid (PTH, disebut juga parathormon) dan oxyphil cell yang
fungsinya belum diketahui. Hormon parathyroid bersama dengan hormon calcitonin
(hormon yang dihasilkan kelenjarthyroid) berfungsi mengatur kadar kalsium dalam
darah.
Kelenjar
Tymus
Kelenjar tymus terdapat di mediastinum, dibelakang
sternum dan diantara paru-paru. Hormone yang diproduksi oleh tymus adalah thymosin, thymic humoral factor (THF),
thymic factor (TF), dan thymopoietin.
Dimana hormone-hormonnya membantu untuk pematangan dari T-cell (tipe dari
sel darah putih yang berguna untuk menghancurkan microba dan substansi asing),
juga memperlambat penuaan.
Tymus diselubingi oleh lapisan jaringan ikat yang menahan
kedua lobus dengan sangat erat. Terdapat capsule
connective tissue yang memisahkan kedua lobus juga trabeculae yang merupan perpanjangan dari capsule. Pada
masing-masing lobus terdapat bagian luar yang berwarna gelap karena mengandung
t-cell yang lebih banyak dan disebut outher
cortex dan yang lebih cerah disebut central
medulla.
Outher cortex terdiri dari t-cell yang berjumlah banyak, cell
dendritic yang menyebar, epithelial
cell,dan macrophages. Dimana t-cell yang belum matang akan
migrasi dari bone marrow menuju outher cortex dan nantinya akan dimatangkan di
kelenjar thymus selanjutnya dendritic cell juga membantu dalam proses
pematangan. Dinamakan dendritic cell karena selnya panjang dan bercabang serta
menyerupai dendrite dari cell neuron. Dendritic cell juga dapat ditemukan pada
getah bening yang berguna untuk respon imun. Epithelial cell pada outher cortex
memiliki inti berbentuk oval dan mempunyai proses yang sangat panjang dan
menyediakan rangka untuk ±50 t-cell juga membantu pematangan t-cell dengan
mengeluarkan tymic hormone. Tetapi hanya 2% saja t-cell yang dapat bertahan di
outher coertex dan sisanya mati. Kemudian, macrophages berguna untuk
membersihkan debris dari sel-sel yang mati dan t-cell yang masih bertahan masuk
ke central medulla.
Central medulla memiliki komponen yang sama dengan outher
cortex hanya saja t-cellnya lebih menyebar dan sudah matang. Beberapa dari
epithelial cellnya tersusun menjadi concentric layer yang terdiri dari sel-sel
epitel gepeng yang berdegenerasi dan terisi oleh keratohyalin granules dan keratin.
Kelompok dari bagian ini dinamakan thymic
(hassal’s) corpuscles. Walaupun perannya
belum diketahui hassal corpuscles ini berguna untuk menyediakan tempat untuk
t-cell yang sudah mati di medulla. Kemudian t-cell meninggalkan tymus melalui
darah dan bermigrasi menuju jaringan limpatik lainnya.
Pada
bayi ukuran tymus lebih besar ±70g. setelah pubertas adipose dan areolar
connective tissue mulai menggantikan jaringan tymus. Ketika seseorang sudah
dewasa, akan mulai mengecil dan pada usia lanjut beratnya hanya 3gr. Sebelum
tymus atropi, tymus akan menempati secondary lymphatic organ dan jaringan
bersama t-cell.
Tymus
berperan pada imunitas. Kelenjar ini mensekresi hormon thymosin, thymic humoral
factor (THF), thymic factor (TF), dan thymopoietin.Hormon-hormon ini berfungsi
meningkatakan maturasi dari sel T (sel T merupakan tipe leukosit yang
menghancurkan substansi asing).
Kelenjar
Adrenal
Kelenjar adrenal merupakan sepasang organ yang terletak
pada bagian atas setiap ginjal dan membentuk piramida datar. Pada orang dewasa,
suatu kelenjar adrenal memiliki tinggi 3-5 cm, lebar 2-3 cm, dan ketebalan
hamper mencapai 1cm dengan berat 3,5-5 gr.
Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat kolagen
dan dibedakan menjadi 2 bagian, cortex
adrenal berada pada bagian perifer berwarna kuning dimana 80-90% darinya
terdiri atas kelenjar. Bagian kecil yaitu medulla adrenal terdapat pada bagian tengah berwarna coklat
kemerahan. Kelenjar adrenal layaknya kelenjar tyroid terdiri dari banyak
pembuluh darah.
Cortex adrenal menghasilkan hormone steroid yang sangat
penting bagi manusia dan memiliki 3 buah lapisan dimana masing-masing lapisan
mensekresi hormone yang berbeda. Bagian luar yang tepat berada dibawah jaringan
ikat merupakan zona glomerulosa. Sel-sel yang berada didalamnya
merupakan sel silindris atau pyramidal yang berhimpitan, membentuk deretan
buntar atau melengkung yang dikelilingi oleh kapiler dan mengsekresikan hormone mineralokortikoid terutama aldosteron
yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit (magnesium,
kalium dan air). Bagian tengah adalah zona
fasikulata yang merupakan bagian terluas dan terdiri dari sel-sel lurus
yang membentuk deretan setebal satu atau dua sel dan tegak lurus terhadap
permukaan organ, berbentuk poliphedral dengan tetesan lipid disitoplasmanya.
Sel-sel fasikulata juga tampak terdapat banyak vakuol sehingga disebut
spongiosit dan pada umumnya mengsekresi glokokortikoid
dan kortisol yang berfungsi untuk
mengatur metabolism karbohidrat, protein, dan lemak. Sel-sel pada bagian dalam
adalah zona retikularis yang merupakan cortex adrenal terdalam
dan terdapat antara zona fasikulata dan medulla adrenal. Tersusun atas deretan
sel yang tidak teratur dan membentuk seperti anyaman. Lapisan ini memiliki
ukuran yang lebih kecil daripada lapisan lainnya dan mengsekresi sedikit
hormone steroid sex yaitu endrogen
terutama dehidroepiadrosteron dan estrogen.
Medulla adrenal merupakan regioa dalam pada kelenjar
adrenal. Medulla adrenal terdiri atas sel-sel parenkim poliphedral tersusun
berupa deretan yang ditunjang oleh serat reticular. Terdapat beberapa sel
ganglion parasimpatis. Sel-sel perenkim medulla berasal dari sel Krista
neuralis seperti halnya neuron pasca-ganglionok dari ganglion simpatis dan
parasimpatis. Medulla adrenal menghasilkan tiga buah hormone catecholamine yaitu norepenephrine,
epinephrine, dan sejumlah dopamine .
Fisiologi Kelenjar Adrenal
Kelenjar ini terbagi menjadi 2 region, yaitu adrenal
cortex dan adrenal medulla.
adrenal cortex
Terbagi
3 zona :
1.
Zona glomerulosa (zona
terluar)
Sel-sel
pada zona ini mensekresi hormon mineralocorticoid (berfungsi mengatur
keseimbangan mineral).Yang termasuk hormon mineralocorticoid yaitu hormon
aldosteron.Sekresi hormon aldosteron ini dikendalikan oleh RAA pathway (Renin
Angiotensin Aldosteron pathway), mekanismenya :
2.
Zona fasciculata (zona
tangah)
Sel-sel
pada zona ini mensekresi hormon glucocorticoid (berfungsi mengatur keseimbangan
glukosa).Yang termasuk hormon glucocorticoid yaitu hormon cortisol,
corticosterone, dan cortison. Mekanisme sekresi hormon glucocorticoid :
3.
Zona reticularis (zona
terdalam)
Sel-sel
pada zona ini mensekresi hormon androgen (sex hormon).
adrenal medulla
Sel yang menghasilkan hormon pada adrenal medulla
disebut sel chromaffin.Hormon yang disekresi yaitu epineprin (disebut juga
adrenaline) dan norepineprin (disebut juga noradrenaline). Hormon-hormon ini
berfungsi dalam gerak simpatis.
Kelenjar Pankreas
Pankreas merupakan organ pipih yang
panjangnya 12,5-15 cm, terletak di lengkungan dari duodenum, bagian pertama
pada usus halus, dan terdiri dari kepala, body, dan ekor yang tersusun
berkelompok yang disebut acini. Acini
menghasilkan enzim digestive, yg mana mengalir ke GI tract melewati network
saluran.
Tipe-tipe sel Pankreas islets:
-
Alpha atau sel A membentuk 17 % dari sel
pankreatic islets dan mensekresi glukagon (meningkatkan kadar gula darah).
-
Beta atau sel B membnetuk 70% dari sel pankreatic
islet vdan mensekresi insulin (menurunkan kadar gula darah).
-
Delta atau sel D membnetuk 7% dari sel panktreatic
islet dan mensekresi somatostatin (identic terhadap hormon pertumbuhan yang
menghambat sekresi hormon oleh hipothalamus). Somatostatin bertidakk sebagai cara
paracrine untuk menghambat pelepasan insulin dan glukagon dari sel alfa dan
beta yang berdekatan. Selain itu bertindak juga sebagai sirkulasi hormon untuk
penyerapan nutrisi dari GI tract.
-
Sel F membentuk sisanya dari sel pankreatic islets
dan mensekresi polipetida pankreatic (menghambat sekresi somatosin, kontraksi
kantung empedu, dan sekresi enzim2 digestive oleh pankreas)
Histologi Kelenjar Pankeas
Pankreas
adalah kelenjar campuran eksokrin-endokrin yang menghasilkan enzim pencernaan
dan hormon. Enzim ditimbun dan dilepaskan oleh sel dari bagian eksokrin, yang
tersusun dalam asini. Sedangkan hormon disintesis oleh kelompok sel epitel
endokrin, yang dikenal sebagai pulau langerhan.
a.
Bagian Eksokrin
Pancreas
dapat digolongkan sebagai kelenjar besar, berlobulus, tubuloasinosa kompleks.
Asinus
Asinus berbentuk tubular, dikelilingi lamina basal dan terdiri atas 5-8 sel berbentuk piramid yang tersusun mengelilingi lumen sempit. Tidak terdapat sel mioepitel. Di antara asini, terdapat jaringan ikat halus mengandung pembuluh darah, pembuluh limf, saraf dan saluran keluar. Sebuah asinus pancreas terdiri dari sel-sel zimogen (penghasil protein). Ductus ekskretorius meluas ke dalam setiap asinus dan tampak sebagai sel sentroasinar yang terpulas pucat di dalam lumennya. Produksi sekresi asini dikeluarkan melalui ductus interkalaris (intralobular) yang kemudian berlanjut sebagai ductus interlobular.
Asinus
Asinus berbentuk tubular, dikelilingi lamina basal dan terdiri atas 5-8 sel berbentuk piramid yang tersusun mengelilingi lumen sempit. Tidak terdapat sel mioepitel. Di antara asini, terdapat jaringan ikat halus mengandung pembuluh darah, pembuluh limf, saraf dan saluran keluar. Sebuah asinus pancreas terdiri dari sel-sel zimogen (penghasil protein). Ductus ekskretorius meluas ke dalam setiap asinus dan tampak sebagai sel sentroasinar yang terpulas pucat di dalam lumennya. Produksi sekresi asini dikeluarkan melalui ductus interkalaris (intralobular) yang kemudian berlanjut sebagai ductus interlobular.
b.
Bagian Endokrin
Bagian
endokrin pancreas, yaitu pulau langerhans,
tersebar di seluruh pancreas dan tampak sebagai massa bundar, tidak teratur,
terdiri atas sel pucat dengan banyak pembuluh darah. Pulau ini dipisahkan oleh
jaringan retikular tipis dari jaringan eksokrin di sekitarnya dengan sedikit
serat-serat retikulin di dalam pulau.
Dengan
cara pulasan khusus dapat dibedakan menjadi:
1. Sel A = penghasil glukagon
Terletak
di tepi pulau. Mengandung
gelembung sekretoris dengan ukuran 250nm. Batas inti kadang tidak
teratur.
2. Sel B = penghasil insulin
Terletak
di bagian lebih dalam atau lebih di pusat pulau. Mengandung kristaloid romboid
atau poligonal di tengah. Mitokondria kecil bundar dan banyak.
3. Sel
D = penghasil somatostatin
Terletak di bagian mana saja dari pulau, umumnya
berdekatan dengan sel A. Mengandung gelembung sekretoris ukuran 300-350 nm
dengan granula homogen.
4.
Sel F
Terlihat pucat, umumnya tidak bergranula dan terletak di
tengah di antara sel B.
Pankreas juga memiliki jaringan kapiler luas,
yang penting untuk sekresi. Sekresi pankreas terutama dikendalikan oleh 2
hormon, yaitu sekretin dan kalesistokinin (pankreoenzim), yang mana dihasilkan
oleh sel-sel enteroendokrin mukosa duodenum. Sekretin merangsang produksi
sekret yang banyak mengandung air, dengan aktivitas enzim yang rendah dan kaya
akan bikarbonat. Kolesistokinin merangsang sekresi cairan yang berjumlah lebih
sedikit namun kaya akan enzim
Kelenjar Testis dan
Ovarium
Testis
o Kelenjar yang berbentuk oval yang terletak di
dalam skrotum, dengan panjangnya 5 cm dan diameter 2,5 cm. Setiap testis
(tunggal) memiliki berat kurang lebih 10-15 gram. Testis berkembnag dari dekat
ginjal, di bagian posterior abdomen, dan biasanya dscentnya (penurunannya) ke
skrotum melewati kanal inguinal ketika pertengahan 7 bulan akhir dari
perkembangan fetus. Bagian-bagiannya :
-
Tunika vaginalis yaitu membran serous, yang diperoleh dari
peritoneum. Sekumpulan cairan serous di tunika ini disebut hydrocele.
-
Tunika albuginea, yaitu bagian internal dari tunika vaginalis
yang merupakan serabut kapsul putih padat (dense white fibrous capsule) yang
tersusun atas jarinagn ikat padat irregular. Tunika ini memanjang ke dalam
membentuk septa yang emmbagi testis menjandi rangkaian kompartement internal,
yang disebut lobules. Tiap 200-300 lobules mengandung 1-3 tubulus coiled yang
disebut tubulus seminiferus (dimana sperma dihasilkan).
o Hormon utama yang dihasilkan adalah
testoteron, yaitu androgen atau hormon sex pria. Testoterons mengatur produksi
sperma dan merangsang perkembangan dan pertahanan karakteristik sex sekunder
pria. Testis juga menghasilkan inhibin, yaitu yang menghambat sekresi FSH.
Ovarium
Ovarium merupakan gonads wanita; sepasang
kelenjar yang menyerupai kacang almonds yang tidak terbungkus. Terletak pada
dinding samping rongga pelvis posterir dalam sebuah ceruk dangkal, yaitu fosa
ovarian dan melekat pada mesovarium ligamentum latum uteri.
Permukaan ovarium ditutupi oleh epitel
selapis gepeng atau selapis kuboid, yaitu epitel germinativum. Di bawah epitel
germinativum terdapat selapis jaringan ikat padat yaitu tunika albuginea, yang
mana menyebabkan warna ovarium menjadi keputihan. Di bawah tunika albuginea
terdapat daerah korteks, yaitu daerah yang di tempati oleh folikel ovarium
dengan oositnya. Bagian terdalam ovarium adalah daerah medula.Tidak ada batas
yang tegas antara daerah korteks dan medula. Secara detail :
-
Germinal
epithelium merupakan lapisan dari epitel selapis yang melapisi permukaan ovary.
-
Tunica
albuginea merupakan whitish capsule dari jaringan ikat padat yang terletak pada
bagian dalam dari GE
-
Ovarian
cortex merupakan daerah yang lebih dalam ke tunica albuginea. Terdiri dari
ovarian follicleyang dikelilingi oleh jaringan ikat irregular yang mengandung
sel2 otot polos “scattered”.
-
Ovarian
medulla terletak bagian dalam dari ovarian cortex. Batas antara OC dengan OM
tidak jelas, tetapi OM tersusun atas jarinagn ikat longgar yang mengandung
pembuluh darah, pembuluh limfa, dan saraf.
-
Ovarian
Follicle terletak di cortex dan terdiri atas oocytes pada tahap2 perkembangan
tertentu dan juga sel2 yang mengelilingi OF disebut sel folikuler.
-
Folikel
matang (Grrafian) merupakan besar, folikel yang berisi cairan yang siap untuk
pecah dan expels oosit sekundernya
-
Korpus
luteum mengandung “remnants” folikel matan setelah ovulasi. Corpus luteum
menghasilkan progesterons, estrogens, relaxin, dan inhibin hingga degenerasinya
menjadi jaringan fibrous yang disebut korpus albikans.
Kelenjar Pineal
Kelenjar ini dikenal juga epifisis serebri atau badan pineal. Kelenjar
ini terbentuk dari jaringan saraf dan terletak di ujung posterior ventrikel
ketiga otak di atas langit-langit (atap) diensephalon. Kelenjar ini dilapisi
oleh kapsula yang dibentuk oleh piameter. Kelenjar ini memeiliki kumpulan
neuroglia dan sel-sel sekretory yang disebut pinealosit. Kelenjar pineal
mensekresi melatonin, yaitu suatu hormon amine yang diperoleh dari serotonin,
dan meletonin sebagian besar dilepaskan pada saat gelapa dan hanya sedikit yang
dilepaskan pada saat terang (sunlight). Simpatetic postganglion axons dari
superior cervikal ganglion memanajng ke kelenjar pineal dan membentuk hubungan
sinaptic dengan pinealosit. Dalam gelap (darkness), norepinephrine dilepaskan
oleh serabut2 simpatetic yang merangsang sintesis dan sekresi melatonin.
Pineal dilapisi ileh piameter.Dari piameter,
terdapat septa (sekat) jaringan ikat, dengan pembuluh darah dan serabut saraf
tak bermielin, dan akan menembus jaringan pineal. Kemudian septa tersebut
bersama kapiler mengelilingi deretan sel dan folikel, yang nantinya akan
membentuk lobulus yang tidak teratur.
Kelenjar pineal terdiri atas beberapa jenis
sel terutama pinealosit dan astrosit.
a)
Pinealosit,
memiliki sitoplasma yang sedikit basofilik dengan inti besar atk teratur atau
berlobus dan anak inti yang jelas. Sel pinealosit akan menghasilkan melatonin.
b) Astrosit, memiliki inti panjang yang terulas
lebih gelap daripada sel-sel parenkim. Selain itu, memiliki cabang-cabang
sitoplasma panjang yang mengandung banyak filamen intermediate. Astrosit
terdapat di antara deretan pinealosit dan dan dalam daerah perivaskular.
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan
pembahasan diatas dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut :
- Bionomika
merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang proses biologi ternak yang
diterapkan dalam ilmu ekonomi sehingga dapat memanfaatkan input seminimal dalam
pengelolaan proses biologi untuk menghasilkan output yang maksimal.
- Didalam
mempelajari bionomika ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan seperti
ekosistem, sumber daya ternak, pemanfaatan sumber daya yang ada secara terpadu,
pertumbuhan ternak dan sistem endokrin yang ada dalam tubuh ternak yang
kesemuanya saling bekerja sama dan mempengaruhi kehidupan ternak dalam
menunjukkan performansnya.
Saran
Masih dibutuhkan pengkajian materi bionomika
yang tepat dan terarah sehingga terdapat keterpaduan dan sinergis diantara
materi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2012. Sistem Endokrin. Laporan kasus.
dalam http://id.scribd.com/doc/ 76836066/4-laporan-kasus.
Atmojo Suntoro Wongso. 2007. Pertanian Organik,
Integrasi Ternak Dan Tanaman. Dekan Fakultas Pertanian UNS. Solo. Publikasi
Solo Pos, Rabu 07 Maret 2007.
http://afghanaus.com/komponen-biotik/
http://damarapeka.wordpress.com/2011/07/14/pertumbuhan-ternak-potong-2/
http://melisacahya.blogspot.com/2009/11/ekosistem-1.html
http://my.opera.com/agik47/blog/2011/12/04/komponen-ekosistem-peran-dan-interaksinya
http://zaifbio.wordpress.com/category/biologi-umum/
Soemarno. 2007. Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem
Pertanian. Bahan Ajar MK Ekologi, Hal. 1-43.
Kurniawan Nia. 2008. Pola Dan Estimasi Pertumbuhan
Sapi Perah Friesian-Holstein Betina Di Wilayah Kerja Bagian Barat Kpsbu Lembang. Skripsi. IPB.
Bogor.
Pasandaran, Effendi. Djayanegara, Andi. Kariyasa, Ketut.
Kasryno. Faisal. 2006. Integrasi Tanaman Ternak di Indonesia. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Sinar Tani. Paket-Paket Integrasi Usaha Tani Dan
Ternak. Ed. 14-20.
Sunarso. 2003. Pakan Ruminansia Dalam Sistem
Integrasi Ternak – Pertanian. Pidato Pengukuhan Peresmian Penerimaan Jabatan
Guru Besar. Semarang. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Hal. 1-64.
Suryanti Reni. 2011. Artikel Penerapan Integrasi
Usaha Tanaman dan Ternak serta Kebutuhan Penyuluhan Pertanian (Kasus Integrasi
Usaha Kakao dan Sapi di Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota). Program
Pasca Sarjana Universitas Andalas, Hal 1-36.
makasih atas infonya
BalasHapussama-sama,, :D
BalasHapusThank You and that i have a swell give: When To Renovate House house renovation stardew
BalasHapus