Selasa, 20 November 2012

Bionomika dalam Ekosistem, Ternak dan Manusia

AdiDharma17



MAKALAH
BIONOMIKA TERNAK
‘Bionomika dalam Ekosistem, Ternak dan Manusia’
by Made Adi Sudarma
Ilmu Peternakan - Pps Undana


                        
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Dewasa ini, pemeliharaan ternak tidak terlepas dari penerapan ilmu-ilmu pengetahuan yang tentu saja sangat menunjang keberlangsungan pemeliharaan ternak tersebut. Salah satu ilmu pengetahuan yang perlu dipelajari dalam sistem pemeliharaan ternak adalah bionomika.
Bionomika adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang proses-proses biologi yang terdapat dalam tubuh ternak yang diterapkan dalam ilmu ekonomi. Dalam perjalanannya, bionomika sangat diperlukan dimana dalam setiap usaha peternakan mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal ini dapat dimungkinkan dalam bionomika karena dipelajari bagaimana menggunakan input seminimal mungkin dalam menajemen proses biologi untuk menghasilkan output yang maksimal.
Dalam tahap awal pembelajaran bionomika, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti ekosistem lingkungan, sumber daya ternak dan integrasi secara terpadu, pertumbuhan ternak hingga sistem endokrin yang berlangsung dalam proses biologi ternak. Semua hal-hal tersebut tidak bisa terlepas satu sama lain tetapi merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan dibutuhkan manajemen dari peternak atau manusia untuk mengelolanya.
B.  Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui kajian mengenai bionomika dan sejauh mana dampak bionomika dalam kehidupan ternak.
C.  Metode pengambilan data
Metode pangambilan data yang digunakan yaitu metode pengumpulan data dari berbagai sumber yang dijadikan referensi dalam pembuatan makalah ini.



BAB II
PEMBAHASAN


Bionomika merupakan suatu kajian mengenai proses biologi ternak yang diterapkan dalam ilmu ekonomi. Di dalam bionomika dipelajari bagaimana menggunakan input seefisien mungkin di dalam kelangsungan proses biologi sehingga dapat diperoleh suatu output yang maksimal yang menguntungkan peternak. Didalam ilmu bionomika diperlukan pengembangan ilmu pengetahuan terutama mengenai proses biologi dan input yang diperlukan untuk menghasilkan output yang diinginkan. Berikut akan dibahas mengenai hal – hal yang mempengaruhi input dan proses biologi tersebut sebagai berikut.
HUBUNGAN ANTARA KOMPONEN EKOSISTEM DAN SUMBER DAYA TERNAK
Ekosistem adalah sustu sistem ekologi (ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara organism dengan lingkungannya dan yang lainnya) yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Di dalam ekosistem terdapat dua komponen utama pembentuk ekosistem yaitu komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik). Kedua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang terapung di air sebagai komponen biotik sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air (Soemarno, 2007). Berikut akan dibahas mengenai komponen biotik dan abiotik yang dirangkum berdasarkan beberapa sumber (Afghanaus, 2012; Agik, 2011; Melisacahya, 2009; dan Zaifbio, 2010).
Komponen Biotik
Komponen biotik adalah komponen ekosistem yang terdiri atas makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan, manusia dan mikroorganisme. Di dalam ekosistem setiap organisme mempunyai kedudukan, tugas atau fungsi tertentu yang erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan akan makanan. Hal ini menyebabkan terjadinya keseimbangan di dalam ekosistem. Fungsi atau kedudukan organisme di dalam ekosistem disebut nisia. Berdasarkan nisianya, organisme dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu produsen, konsumen, dan pengurai.
1.    Produsen
Kata produsen berarti penghasil, yaitu organisme yang mampu menghasilkan zat makanannya sendiri sehingga disebut organisme autotrof. Termasuk kelompok itu terutama adalah tumbuhan hijau atau tumbuhan yang telah mempunyai klorofil. Klorofil merupakan bagian dari sel yang dapat memanfaatkan energi cahaya matahari untuk mengubah air dan karbon dioksida (CO2) menjadi senyawa karbohidrat di dalam proses fotosintesis. Karbohidat itulah yang akan digunakan sebagai bahan makanan utama oleh tumbuhan atupun organisme lain (konsumen tingkat I) untuk proses hidupnya. Di dalam ekosistem perairan, komponen biotik yang berfungsi sebagai produsen adalah berbagai jenis alga dan fitoplankton, yang merupakan tumbuhan hijau yang amat kecil yang melayang-layang di dalam air. Fitoplankton selalu menghasilkan berton-ton makanan yang menjadi sumber makanan bagi hewan-hewan air yang lain.



Gambar 1. Aliran Energi dalam Piramida Makanan
2.    Konsumen
Konsumen berarti pemakai, yaitu organisme yang tidak dapat menyusun/membuat zat makanannya sendiri (organism heterotrof), tetapi memakai atau menggunakan zat makanan yang dibuat organisme lain. Organisme lain tersebut bisa berupa tumbuhan, hewan, ataupun sisa-sisa organisme. Yang termasuk konsumen adalah hampir semua golongan hewan, tumbuhan yang tidak berklorofil, dan manusia. Contoh tumbuhan konsumen yaitu tali putri dan bunga bangkai (Rafflesia). Konsumen sangat bergantung pada produsen, begitu juga sebaliknya. Konsumen (tingkat I) membutuhkan makanan dari produsen. Konsumen juga mempengaruhi kelangsungan hidup produsen dimana karbon dioksida dari sisa pernapasan hewan dan manusia dibutuhkan tumbuhan untuk proses fotosintesis. Selain itu, konsumen juga berperan sebagai penyeimbang didalam populasi.
Berdasarkan jenis makanannya, konsumen dikelompokkan menjadi tiga yakni: a) pemakan tumbuhan (herbivora), misalnya kambing, kerbau, kelini dan sapi; b) pemakan daging (karnivora), misalnya harimau, burung elang, dan serigala; c) pemakan tumbuhan dan daging (omnivore), misalnya ayam, itik, dan orang hutan.
Berdasarkan tingkatan makanannya, konsumen dapat dibagi sebagai berikut : organisme yang secara langsung mengambil zat makanan dari tumbuhan hijau adalah herbivora seperti sapi, kerbau, kambing, domba, kelinci dll. Oleh karena itu, herbivora sering disebut konsumen tingkat pertama. Hidupnya sangat bergantung pada tumbuhan secara langsung. Karnivora yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora disebut konsumen tingkat kedua. Selanjutnya, karnivora yang memakan konsumen tingkat kedua disebut konsumen tingkat ke tiga. Apabila ada konsumen yang memakan konsumen tingkat ketiga maka disebut konsumen tingkat keempat, dan seterusnya.
3.    Pengurai
Pengurai atau dekomposer adalah komponen biotik yang berfungsi menguraikan sampah atau sisa-sisa makhuk hidup yang mati atau dengan kata lain mengurangi bahan organik yang berasal dari organisme yang telah mati ataupun hasil pembuangan sisa pencernaan. Pada suatu ketika semua kehidupan akan mati. Bagian tumbuhan seperti daun, buah, dan ranting akan jatuh berguguran menjadi sampah. Hewan dan manusia akan mati menjadi bangkai. Kotoran sisa pencernaan juga akan menumpuk mengotori lingkungan. Apabila tidak ada organisme pengurai, mungkin kita tidak akan mendapatkan lingkungan yang sehat untuk hidup. Seluruh permukaan bumi penuh sampah dan bangkai. Namun, berkat jasa pengurai, sebagaian besar sampah, kotoran, dan bangkai telah lumat menjadi hara tanah. Jadi, pengurai berfungsi sebagai penghubung peredaran zat dari konsumen ke produsen. Zat yang telah diambil oleh konsumen dari produsen akan kembali lagi ke produsen melalui proses penguraian oleh pengurai. Dengan peristiwa pembusukan ini, zat-zat yang dulu menjadi bagian dari tumbuhan dan hewan diuraikan dan dirombak. Hasilnya digunakan oleh tumbuhan untuk membuat makanan.
Dengan adanya organisme pengurai, hara tanah yang terus-menerus dihisap oleh tanah akan diganti kembali, yaitu berasal dari hasil penguraian organisme pengurai. Penguraian bahan organik tersebut melalui beberapa tahapan. Pertama, hewan-hewan kecil pemakan sampah (detritivor) menceraiberaikan sampah sisa organisme. Melalui kegiatan itu akan dihasilkan sampah-sampah yang ukurannya lebih halus. Kedua, setelah sampah halus lembap bercampur air, bakteri dan jamur saprofit (hidup pada sampah atau sisa mahluk hidup) akan mengurai sampah halus tersebut melalui proses fermentasi. Hasilnya adalah sisa-sisa organisme tersebut akan terurai kembali menjadi unsur-unsur penyusunnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa peranan komponen pengurai atau dekomposer adalah mengambalikan hara kedalam tanah.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa semua kehidupan yang ada di alam semesta atau tak langsung mempunyai menfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Dengan bantuan tumbuhan, kita mendapatkan karbohidrat dan oksigen. Dengan bantuan hewan, kita mendapatkan protein bermutu tinggi. Berbagai hewan dan mikroorganisme pengurai membantu manusia dalam mengatasi sampah sisa organisme sekaligus mengembalikan hara dalam tanah. Dengan demikian, kesuburan tanah akan tetap terjamin.
Pada tanah yang subur tumbuhan akan menghasilkan bunga, buah, biji, dan bagian lain yang berguna bagi organisme lain. Dengan demikian kesinambungan proses ekosistem akan tetap terjamin. Semua proses terebut akan terus berlangsung jika komponen ekosistem berada dalam keadaan seimbang. Dalam lingkungan seimbang, tak akan terjadi guncangan ekosistem sehingga semua proses ekosistem akan berlangsung secara berkesinambungan dan teratur. Untuk menjaga agar semua proses itu tetap berlangsung dengan baik dan teratur, manusia sebagai sutradara dalam pengelolaan lingkungan harus berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan keseimbangan lingkungan.
Komponen abiotik
Komponen abiotik adalah komponen ekosistem yang terdiri dari semua benda yang tak hidup yang terdapat disekitar makhluk hidup.komponen abiotik yang berpengaruh pada ekosistem, antara lain:
1.    Cahaya Matahari
Cahaya matahari merupakan faktor abiotik yang terpenting untuk  menunjang kehidupan di bumi dimana Cahaya matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan di bumi ini. Cahaya matahari merupakan sumber energi bagi tumbuhan yang diperlukan dalam proses fotosintesis. Cahaya matahari juga memberikan rasa hangat untuk semua makhluk. Namun, penyebaran cahaya di bumi belum merata.Oleh karena itu, organisme harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang intensitas dan kualitas cahaya yang berbeda.
2.    Udara
Udara merupakan lingkungan abiotik yang berupa gas. Gas itu berbentuk atmosfer yang melingkupi makhluk hidup. Oksigen, karbon dioksida, dan nitrogen merupakan gas yang paling pentung bagi kehidupan makhluk hidup. Hewan dan manusia menggunakan oksigen yang terdapat di udara untuk bernapas dan mengeluarkan karbon dioksida ke udara. Sedangkan, tumbuhan mengambil karbon dioksida dari udara untuk proses fotosintesis dan menghasilkan oksigen sebagai produk sampingan. Oksigen ini dilepaskan ke udara untuk digunakan oleh semua makhluk hidup. Dengan demikian, terjadilah perputaran zat yang berlangsung terus menerus. Peristiwa ini menunjukkan adanya saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara makhluk hidup dan lingkungannya.
3.    Suhu
Suhu sangat mempengaruhi lingkungan dan kehidupan makhluk hidup di lingkungan tersebut. Setiap makhluk hidup memerlukan suhu optimum untuk kegiatan metabolisme dan perkembangbiakannya. Ada makhluk hidup yang mampu hidup di lingkungan dengan suhu rendah, ada pula makhluk hidup yang mampu hidup di lingkungan dengan suhu tinggi.
4.    Air
Air merupakan faktor abiotik yang sangat penting untuk menunjang suatu kehidupan. Semua sel dan jaringan terdiri atas air. Air merupakan media pelarut zat-zat yang dibutuhkan dan media pengangkut dalam tubuh hewan dan tumbuhan. Air juga merupakan suatu bentuk habitat bagi makhluk hidup, seperti: danau, sungai, dan laut. Air sangat mempengaruhi proses kehidupan. Hal-hal penting pada air yang mempengaruri kehidupan makhluk hidup adalah suhu air, kadar mineral air, salinitas, arus air, penguapan, dan kedalaman air.
5.    Tanah
Tanah berfungsi sebagai  tempat hidup berbagai makhluk hidup dalam suatu ekosistem. Di dalam tanah terdapat zat hara yang merupakan mineral penting untuk mempertahankan proses di dalam tubuh, terutama bagi tumbuhan. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup di dalamnya berbeda. Sifat-sifat fisik tanah yang berperan dalam ekosistem meliputi tekstur, kematangan, dan kemapuan menahan air.

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM
Komponen-komponen dalam ekosistem saling berinteraksi. Interaksi ini dibedakan menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
1.    Interaksi Antarorganisme
Setiap individu tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu berinteraksi dengan individu sejenis atau lain jenis, baik dalam satu komunitas atau dengan komunitas lain. Interaksi antarorganisme dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
a.    Parasitisme
Parasitisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda jenis, yang satu untung dan yang lain dirugikan. Contohnya benalu dengan inangnya. Benalu mampu berfotosintesis karena memiliki zat hijau daun, tetapi benalu menyerap air dari inangnya. Hal ini menyebabkan pertumbuhan inang yang ditumpangi menjadi terganggu karena kebutuhan air untuk fotosintesis berkurang sehingga makanan yang dihasilkan sedikit. Jika benalu makin tumbuh dan berkembang, maka inang dapat mengalami kematian.
b.    Komensalisme
Komensalisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda jenis, yang satu untung dan yang lain tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya. Anggrek hanya menempel pada pohon yang ditumpanginya untuk mendapatkan sinar matahari. Pohon yang ditumpangi anggrek tidak mengalami kerugian apapun.
c.    Mutualisme
Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda jenis yang saling menguntungkan. Contohnya bunga dan lebah. Bunga menghasilkan madu yang disukai lebah dan lebah membantu penyerbukan bunga. Oleh karena itu, keduanya memperoleh keuntungan.
d.   Predasi
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Bila mangsa tidak ada, maka pemangsa tidak dapat hidup. Sebaliknya, bila pemangsa tidak ada, maka populasi mangsa akan meningkat. Oleh karena itu, predator menjadi pengontrol populasi hewan yang dimangsa. Hubungan predasi ini sangat erat karena saling mempengaruhi. Predasi menyebabkan terjadinya peristiwa makan dan dimakan yang membentuk rantai makanan. Hal ini menyebabkan keseimbangan populasi makhluk hidup di alam.
2.    Interaksi Antarpopulasi
Interaksi antarpopulasi dapat  terjadi secara langsung atau tidak langsung. Contoh interaksi antarpopulasi adalah kompetisi. Kompetisi merupakan interaksi yang memiliki kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan antarpopulasi. Misalnya, persaingan antara populasi singa dengan harimau yang memperebutkan makanan.
3.    Interaksi antara Komponen Biotik dan Abiotik
Dalam suatu ekosistem, komponen abiotik berpengaruh atau menentukan jenis makhluk hidup yang sesuai dengan lingkungannya. Sebaliknya, komponen biotikpun berpengaruh pada komponen abiotik.
Keseimbangan ekosistem
Antara komponen-komponen suatu ekosistem selalu terjadi hubungan saling ketergantungan. Jika di dalam suatu ekosistem terjadi perubahan populasi suatu makhluk hidup, akan berpengaruh terhadap populasi mekhluk hidup lainnya. Demikian pula kalau terjadi perubahan lingkungan abiotiknya, komponen biotik yang ada di dalamnya akan berubah pula. Seandainya terjadi musim kemarau penjang sehingga banyak tumbuhan hijau yang mati, populasi konsumen pertama akan mengalami peenurunan. Penurunan itu akan diikuti oleh turunnya populasi konsumen kedua, ketiga, dan seterusnya. Apabila, musim hujan tiba, populasi tumbuhan hijau akan meningkat lagi. Hal itu akan merangsang meningkatnya hewan konsumen pertama, kedua dan seterusnya sehingga dapat terjadi keseimbangan.
Ekostem dikatakan seimbang apabila komposisi di antara komponen-komponen tersebut dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang, keberadaannya dapat bertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara. Perubahan ekosistem dapat mempengaruhi keseimbangannya. Perubahan ekosistem dapat terjadi secara alami serta dapat pula karena aktivitas dan tindakan manusia. Perubahan ekosistem secara alami dapat terjadi karena adanya gangguan alam. Misalnya gunung meletus, kebakaran hutan, dan perubahan musim. Perubahan ekosistem juga dapat terjadi karena tindakan manusia. Manusia merupakan salah satu komponen biotik dalam suatu ekosistem. Manusia mempunyai peranan dan tanggung jawab terhadap pengelolaan ekosistem. Akan tetapi, manusia juga dapat merusak ekosistem.
Semula manusia menggunakan DDT untuk membasmi hama wereng dan walang sangit yang menyerang tanaman padi. Ternyata yang terbunuh tidak hanya walang sangit, tetapi juga hewan pemakan walang sangit dan hewan pemakan wereng. Akibatnya populasi burung pemakan wereng menurun. Menurunnya populasi burung pemakan wereng menyebabkan naiknya populasi wereng. Karena pengontrolan tidak ada lagi maka populasinya meledak sehingga menimbulkan petaka bagi petani, yaitu ribuan hektar tanaman padi tidak dapat dipanen. Jelaslah bahwa antara komponen-komponen dalam ekosistem seperti produsen, konsumen, dan pengurai harus dijaga keseimbangannya. Hanya dengan cara itulah proses kehidupan berbagai komponen biotik di dalam suatu ekosistem akan berjalan secara wajar.
Untuk menjaga keseimbangan pada ekosistem, maka harus terjadi peristiwa makan dan dimakan. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan populasi suatu organisme. Peristiwa makan dan dimakan antar makhluk hidup dalam suatu ekosistem membentuk rantai makanan dan jarring-jaring makanan.
1.    Rantai Makanan
Proses makan dan dimakan terjadi dalam suatu ekosistem. Dalam suatu ekosistem terjadi peristiwa makan dan dimakan dalam suatu garis lurus yang disebut rantai makanan. Rantai makanan ini terjadi jika satu jenis produsen dimakan oleh satu jenis konsumen pertama, konsumen pertama dimakan oleh satu jenis konsumen kedua, dan seterusnya. Konsumen yang menjadi pemakan terakhir disebut konsumen puncak. Rantai makanan terjadi di berbagai ekosistem. Di antara rantai makanan tersebut terdapat pengurai, karena pada akhirnya semua makhluk hidup akan mati dan diuraikan oleh pengurai.
2.    Jaring-Jaring Makanan
Di alam ini satu produsen tidak hanya dimakan oleh satu jenis konsumen pertama. Tetapi, bisa dimakan oleh lebih dari satu jenis konsumen pertama, satu jenis konsumen pertama dapat dimakan lebih dari satu jenis konsumen kedua dan seterusnya.
3.    Piramida Makanan
Dalam ekosistem yang seimbang jumlah produsen lebih banyak daripada jumlah konsumen tingkat I, jumlah konsumen tingkat II lebih banyak daripada konsumen tingkat III, demikian seterusnya. Hal ini disebabkan oleh hilangnya energi pada setiap tingkatan makanan. Jika rantai makanan digambarkan dari produsen sampai konsumen tingkat tinggi, maka akan terbentuk suatu piramida makanan (gambar 1.)
Komponen – komponen yang terdapat dalam suatu sistem ekosistem tersebut harus dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan sumber daya ternak yang kita miliki. Misalnya ternak sapi yang merupakan ternak herbivora membutuhkan zat nutrisi yang baik bagi pertumbuhannya melalui tumbuhan-tumbuhan. Dengan memanjamenen lingkungan abiotik yang ideal bagi ekosistem ternak sapi maka bukan hal yang mustahil untuk mendapatkan output yang diinginkan. Hal ini dikarenakan sumber energi utama ternak sapi dapat diperolehnya dari rumput atau tanaman legume yang tumbuh subur dengan intensitas matahari yang cukup dan air serta kesuburan tanah yang memadai dan ternak akan menunjukkan performans yang terbaik apabila lingkungan seperti suhu dan kelembaban yang juga sesuai bagi pertumbuhan ternak tersebut. Selain manajemen lingkungan abiotik yang ideal bagi ekosistem ternak sapi, juga diperlukan integrasi tanaman pertanian atau tanaman lainnya yang dapat menunjang output yang diinginkan.
                          
PENGELOLAAN SUMBER DAYA TERNAK SECARA TERPADU
Pengelolaan sumber daya ternak secara terpadu dapat dilakukan dengan memanfaatkan komponen-komponen ekosistem ternak yang ada seperti rerumputan, ternak sapi, pengurai, dan lingkungannya. Didalam pengelolaan tersebut dibutuhkan adanya campur tangan manusia sehingga tidak terjadi interaksi antar komponen biotik yang tidak menguntungkan seperti adanya kekurangan rumput yang mengakibatkan menurunnya populasi ternak.
Pengelolaan sumber daya secara terpadu dapat berupa pengintegrasian tanaman pertanian didalam proses biologi ternak sebagai input untuk menghasilkan output yang maksimal. Selain itu, juga dapat dilakukan penanganan limbah ternak agar tidak terjadi polusi dengan jalan introduksi teknologi biogas dan efektif mikroorganime 4 (EM4) untuk pembuatan pupuk yang berguna bagi kesuburan lahan pertanian.
Sistem integrasi tanaman ternak terdiri dari komponen budidaya tanaman, budidaya ternak dan pengolahan limbah. Penerapan teknologi pada masing-masing komponen merupakan  faktor penentu keberhasilan sistem integrasi tersebut. Agar sistem integrasi berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan produktifitas pertanian maka petani harus menguasai dan  menerapkan  inovasi  teknologi (Pasandaran, et. All, 2005).
            Ada berbagai macam jenis integrasi ternak dengan tanaman pertanian atau perkebunan secara terpadu misalnya seperti yang dinyatakan oleh Suryanti (2011) bahwa ada pola integrasi yang saling menguntungkan antara ternak sapi dan tanaman kakao dimana limbah sapi yang sudah difermentasikan dapat dijadikan pupuk bagi tanaman kakao dan limbah kulit kakao yang dicincang dan difermentasikan menggunakan kapang dapat dijadikan sebagai pakan tambahan bagi ternak sapi di kecamatan Harau.
            Menurut Sunarso (2003) konsep zero waste dalam integrasi ternak – pertanian (crop livestock system; CLS) merupakan alternative terbaik dalam ekosistem pertanian guna menjamin kesinambungan ketersediaan pakan dimana program mixed farming merupakan contoh ekosistem yang sangat baik dengan adanya manusia yang mengelola lahan, tanaman dan ternak (soil-plant-animal) merupakan penyelenggaraan proses biologis alami terpadu dalam suatu sistem usaha tani. Selain itu, aspek tanaman pada ternak (pakan) sebagai bagian dari sub ekosistem darat dapat ditingkatkan potensi dan kegunaannya melalui beberapa teknologi manipulasi untuk tujuan produktif baik secara fisik, kimiaei, biologic maupun gabungan diantara ketiganya, misalnya secara tunggal melalui proses amoniasi, fermentasi, maupun amoniasi – fermentasi; sedangkan pada limbah industri pertanian sebagai pakan konsentrat maupun ransum lengkap. Model integrasi dapat menjamin kontinuitas, kuantitas, kualitas serta keseimbangan gizi pakan yang diperlukan. Pemanfaatan energi panas dalam bentul biogas, dan perbaikan kesuburan tanah malalui pemanfaatannya sebagai kompos/pupuk organik.
Menurut Atmodjo (2007) integrasi ternak dan tanaman tidak terbatas pada budidaya tanaman padi dengan sapi saja, namun juga dapat dikembangkan integrasi dalam sistem lahan kering dan perkebunan. Semuanya tergantung dari usaha pertanian yang dikembangkan setempat, sehingga limbah pertaniannya dapat bervariasi seperti misalnya limbah jerami padi dilahan sawah, limbah jerami jagung dilahan kering, bahkan di Brebes limbah tanaman bawang merahpun dapat digunakan untuk pengembangan ternak. Sistem tumpangsari tanaman dan ternak banyak juga dipraktekkan di daerah  perkebunan.  Tujuan sistem ini adalah untuk pemanfaatan lahan secara optimal.  Di dalam sistem tumpangsari ini tanaman perkebunan sebagai komponen utama dan tanaman rumput dan ternak yang merumput di atasnya merupakan komponen kedua.  Keuntungan-keuntungan dari sistem ini antara lain : (1) Dari tanaman perkebunannya dapat menjamin tersedianya tanaman peneduh bagi ternak, sehingga dapat mengurangi stress karena panas, (2) meningkatkan kesuburan tanah melalui proses kembaliya air seni dan kotoran padatan ke dalam tanah, (3) meningkatkan kualitas pakan ternak, serta membatasi pertumbuhan gulma, (5) meningkatkan hasil tanaman perkebunan dan (6) meningkatkan keuntungan ekonomis termasuk hasil ternaknya. Sebenarnya sistem pertanian terpadu ini juga dapat dintegrasikan antara ternak unggas dengan tanaman pangan, hotikultura. Kotoran unggas cukup potensial dimanfaatkan sebagai pupuk, misalnya kandungan hara dalam kotoran ayam hara N cukup tinggi sebesar 2,6 %, P 3,1 % dan K 2,4 %. Sistem pertanian terpadu ini dapat menjamin produksi pupuk organik, sehingga dapat menjamin pemeliharaan kesuburan tanah.
            Masih banyak paket integrasi ternak dan tanaman pertanian atau perkebunan lainnya seperti paket integrasi sapi – nenas, kambing – singkong, sapi – tebu, kambing – coklat, sapi – sawit, sapi – jerami, sapi – jagung, itik – sawah, dll yang semuanya juga bersinergi dengan program zero waste sehingga terjadi siklus daur ulang secara berkesinambungan yang selanjutnya hasil daur ulang tersebut dimanfaatkan untuk peningkatan efisiensi usaha dan nilai tambah ekonomi bagi usaha-usaha yang diintegrasikan (Sinar Tani, 2006)

PERTUMBUHAN TERNAK POTONG
Dalam hidupnya ternak mengalami pertumbuhan yang cukup penting dan menarik untuk diperhatikan dimana dengan memanajemen pertumbuhan ternak akan dapat diperoleh output yang maksimal karena dalam pertumbuhan itulah terdapat berbagai proses biologi yang akan dimanipulasi. Berikut hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan ternak potong yang diringkas dari sumber Darmarapeka, 2011.
Proses  Pertumbuhan
Proses pertumbuhan merupakan suatu proses pertambahan berat hidup pada seekor ternak yang dimulai sejak terjadinya fertilisasi, yaitu saat bersatunya sel telur dengan spermatozoa sehingga terbentuk zygote, kemudian tumbuh menjadi embrio, foetus, dan selanjutnya lahir sebagai anak serta berakhir pada saat mengalami kematian yang alami sebagai akibat  proses penuaan . Pada proses pertumbuhan dapat dibedakan dalam 2 (dua) pengertian, yaitu :
1.    Pertambahan (growth).
Pertumbuhan dalam arti pertambahan (growth) mempunyai pengertian sebagai pertambahan yang meliputi ukuran dan bobot dari suatu jaringan, misalnya jaringan daging, jaringan tulang dan jaringan syaraf. Dalam proses pertambahan ini gejala pertumbuhan dari suatu organ atau individu ditandai dengan sel-selnya bertambah banyak jumlahnya (proses perbanyakan sel) yang sering disebut dengan istilah hyperplasia dan bertambah besar sel-selnya atau proses prubahan bentuk sel, yang disebut dengan istilah hyperthropia.
2.    Perkembangan (development)
Pertumbuhan dalam arti perkembangan (development) mempunyai pengertian sebagai perubahan dari bentuk badan (body shape) atau konformasinya. Hal ini dapat terlihat jelas pada mahluk berderajad tinggi, misalnya perkembangan mental yang diikuti dengan perkembangan bentuk tubuhnya. Dengan kata lain, secara singkat proses perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan bentuk, struktur dam konformasinya.
Pola pertumbuhan secara keseluruhan, yaitu sejak fase embrional sampai dengan pertumbuhan yang maksimum yaitu pada saat dicapainya dewasa tubuh merupakan proses yang cepat dan mempunyai pola yang tetap dan apabila digambarkan dalam suatu diagram atau kurva maka akan berbentuk sigmoid ( letter S; S Shape Curve). Kurva sigmoid akan dapat terjadi apabila seekor ternak tumbuh dalam lingkungan yang optimal, namun apabila seekor ternak yang pada waktu masih muda pernah mengalami kekurangan makanan, maka pertumbuhannya akan terhambat dan pertambahan berat badannya rendah, sehingga kurva sigmoid tidak akan tercapai. Kurva sigmoid tersebut dapat digambarkan apabila dilakukan penimbangan berat badan dari seekor ternak pada selang waktu tertentu dan perubahan berat badan tersebut digambar dalam suatu diagram maka akan terlihat sebagai kurva yang berbentuk sigmoid.
Fase-Fase  Pertumbuhan
Pada proses pertumbuhan  yang berlangsung mulai dari saat fertilisasi sampai dengan ternak mengalami kematian sebagai akibat proses penuaan dapat terbagi dalam 3 (tiga) fase berdasarkan pada kecepatan pertumbuhannya, yaitu :
1.    Fase stasioner/ fase initial/ fase latent.
Pada fase ini dimulai dari masa embrional sampai dengan foetus berumur 2/3 masa kebuntingan, misalnya untuk sapi sampai foetus berumur 6 bulan dalam kandungan. Dalam fase ini belum terlihat dengan jelas pertumbuhannya apabila dibandingkan dengan pertumbuhan secara keseluruhan akan tetapi persentase kecepatan tumbuh  (persentage growth rate) adalah tinggi. Hal ini disebabkan bahwa walaupun rata-rata pertambahan berat harian (Average Daily Gain) relatif rendah tetapi berat hidupnya juga rendah sehingga perbandingan antara rata-rata pertambahan berat harian (Average Daily Gain) dengan berat hidupnya menjadi tinggi.
2.    Fase eksponensial/ fase logaritmis.
Fase ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu (a) bagian pertama, dimulai dari umur foetus 1/3 akhir masa kebuntingan sampai dengan dicapainya umur dewasa kelamin (pubertas), misalnya pada sapi dari umur 3 bulan menjelang lahir sampai dengan umur pubertas yaitu 7-8 bulan. Pada fase bagian ini merupakan fase pertumbuhan yang memiliki kecepatan tumbuh paling cepat sehingga dapat dilihat dengan jelas kecepatan pertumbuhannya. Pada umumnya rata-rata pertambahan berat badan harian (Average Daily Gain) maksimum dicapai pada saat menjelang pubertas yang disebut maximum growth rate, (b) bagian kedua, dimulai saat pubertas sampai tercapainya ukuran tubuh yang maksimal, yaitu pada sapi sampai umur 7-8 tahun. Pada fase bagian ini merupakan fase yang proses pertumbuhannya berangsur-angsur kecepatannya berkurang  sampai suatu saat tidak terjadi proses pertumbuhan.
Rata-rata pertambahan berat badan harian (Average Daily Gain) akan mencapai titik nol (ADG = 0) pada saat dewasa tubuh maksimum dan pada saat itulah ternak tidak mengalami kenaikan berat badan lagi bahkan dapat terjadi penyusutan berat badan. Pada fase eksponensial/logaritmis ini grafik persentase kecepatan tumbuh (persentage growth rate) menunjukan kecenderungan menurun dan hal ini disebabkan meskipun  rata-rata pertambahan berat badan harian (Average Daily Gain) besar tetapi berat hidupnya mempunyai kenaikan yang lebih besar dibandingkan dengan Rata-rata pertambahan berat badan harian (Average Daily Gain) itu sendiri.
3.    Fase regresi.
Fase ini merupakan kelanjutan dari fase sebelumnya dan berakhir sampai dengan terjadinya kematian yang alami. Pada fase ini tidak terjadi pertumbuhan, bahkan memungkinkan terjadi adanya suatu penyusutan berat atau ukuran sehingga dikatakan fase regresi. Setelah pertumbuhan maksimum dicapai, maka proses pertumbuhan dapat dikatakan berhenti tetapi dilanjutkan dengan proses lain dari kehidupan yang meliputi proses regenerasi, reparasi, reproduksi, dll. Pada saat berat maksimal dicapai, berat tersebut bertahan sampai kemudian berkurang dan apabila mulai berumur sangat tua terlihat mengalami penyusutan berat yang nyata dan saat itulah terjadi kecepatan pertumbuhan yang negatif.
Proses pertumbuhan apabila ditinjau dari ruang lingkup kehidupan ternak, maka  dapat dibagi dalam 2 (dua) periode waktu yaitu :
1.    Pertumbuhan pre-natal.
Pertumbuhan pre-natal merupakan pertumbuhan pada periode waktu selama masih embrio, yang kemudian tumbuh berkembang menjadi foetus. Dengan kata lain, pertumbuhan pre-natal merupakan pertumbuhan pada periode waktu hidup dalam kandungan.  Pada periode ini pertumbuhan foetus yang terbesar mulai dari 2/3 akhir masa kebuntingan, oleh karena itu hendaknya mulai saat itu pemberian makanan induk diusahakan sebaik mungkin karena pada pertumbuhan pre-natal ini banyak dipengaruhi oleh kondisi induk melalui fungsi dari placenta. Sebagai contoh pada induk ternak perah yang sedang bunting akan dilakukan suatu periode kering kandang (tidak diperah) mulai umur kebuntingan 7 bulan dengan maksud agar air susu tidak diperah lagi dan energi dari air susu dipergunakan untuk memulihkan kondisi serta untuk mensuplai makanan foetus yang relatif pertumbuhannya cepat.
2.    Pertumbuhan post-natal
Pertumbuhan post-natal dimulai dari saat dilahirkan sampai dengan terjadinya kematian secara alami. Pada saat lahir sampai dengan saat penyapihan terjadi pertumbuhan yang relatif cepat dan kemudian setelah umur sapih mengalami penurunan sedikit. Kecepatan pertumbuhan anak sejak dilahirkan sampai dengan disapih sangat bergantung kepada atau banyak ditentukan oleh produksi air susu induk, disamping adanya pengaruh dari  makanan dan lingkungan. Dengan kata lain, pertumbuhan selama periode laktasi banyak dipengaruhi oleh faktor induk (maternal factor). Pada saat menjelang dewasa kelamin (pubertas) terjadi pertumbuhan yang cepat kembali, sedang pada saat menjelang dewasa tubuh (mature), laju pertumbuhan relatif lambat dan sesudah itu pemeliharaan ternak potong pada umumnya sudah tidak menghasilkan kenaikan berat badan lagi. Pada ternak sapi dewasa kelamin (pubertas) dicapai pada umur lebih kurang 8 bulan, sedangkan dewasa tubuh (mature) dimana maksimum  ukuran tubuhnya tercapai yaitu kira-kira pada umur 6-8 tahun.
Indikator  Pertumbuhan.
Pertumbuhan selalu terjadi dalam setiap mahluk hidup dan dimulai dari saat pembuahan serta berakhir sampai dengan saat mahluk mengalami kematian yang alami. Ditinjau dari aspek produksi, maka terjadinya pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan terjadinya perubahan-perubahan, antara lain :
1.    Perubahan ukuran badan, yaitu apabila ternak terlihat semakin bertambah tinggi dan panjang. Misal seekor sapi pada saat dilahirkan tingginya 75 cm dan pada saat umur sapih tingginya mencapai 105 cm, maka terjadi pertambahan tinggi badan 30 cm.
2.    Perubahan berat badan, yaitu ternak akan selalu bertambah berat yang dapat diketahui apabila dilakukan penimbangan dalam periode waktu tertentu. Misalnya seekor sapi pada saat lahir berat badannya 25 kg dan saat mencapai umur sapih memiliki berat badan 90 kg, maka terjadi pertambahan berat badan 65 kg.
3.    Perubahan bentuk badan ternak, yang dapat diketahui apabila dilakukan pengamatan pertumbuhan pada seekor ternak dimana seekor ternak pada waktu masih kecil terlihat bahwa kakinya panjang, tetapi setelah dewasa terlihat kakinya lebih pendek, dsb.
Faktor Yang Berpengaruh Pada Pertumbuhan
Kecepatan  pertumbuhan untuk masing-masing ternak tidak akan selalu sama dan  hal ini disebabkan pengaruh dari beberapa faktor, antara lain :
1.    Aspek genetik
Bangsa ternak yang dikategorikan sebagai bangsa yang besar maka akan memiliki kecepatan  tumbuh yang lebih besar dibandingkan dengan bangsa ternak yang tergolong kecil. Perbedaan dalam tingkat sel antara embrio dari bangsa kecil (lokal) dengan bangsa besar (unggul) sudah terjadi 48 jam setelah fertilisasi. Beberapa contoh bangsa sapi yang dikategorikan sebagai bangsa sapi unggul yang terdapat diindonesia, antara lain sapi simmental, hereford, angus, limousin, dan brahman.
2.    Aspek makanan
Pertumbuhan ternak secara optimum dapat tercapai apabila faktor makanan  mengandung semua zat gizi (nutrisi; nutrient) yang diperlukan oleh tubuh (protein, energi, vitamin, mineral) serta diberikan dalam jumlah yang cukup dan seimbang sesuai dengan jenis ternak, periode pertumbuhannya (umur, berat) dan tujuan pemeliharaan. Perbedaan tingkat pemberian nutrisi pada semua umur sejak fase foetus bukan hanya mengubah pertumbuhan secara umum, tetapi juga mempengaruhi jaringan dan berbagai organ. Dengan demikian, ternak dengan tingkat pemberian nutrisi yang berbeda walaupun bangsa, umur dan beratnya sama akan sangat berbeda dalam bentuk dan konformasinya. Ternak yang diberi makanan dibawah tingkatan kebutuhan hidup pokoknya (submaintenance) maka berbagai jaringan dalam tubuh akan dipakai untuk mensuplai energi dan protein untuk hidup pokoknya.
3.    Aspek hormonal
Pertumbuhan diatur oleh hormon pertumbuhan yang mempunyai fungsi untuk memacu sel tubuh agar berkembang dan membesar. Hormon pertumbuhan dari pituitary akan merangsang pertumbuhan yang pengaruhnya melalui sejumlah peptida serum dan somatomedium, sedangkan hormon lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan misalnya androgen, estrogen, hormon tiroid dari glukokortikoid bekerjanya dengan mengubah produksi dan aktivitas somato medium.
4.    Jenis kelamin
Hormon kelamin dapat berfungsi sebagai hormon pertumbuhan dengan memacu sel tubuh agar berkembang dan membesar sebagaimana hormon pertumbuhan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan urat daging ternak jantan cenderung lebih besar daripada pertumbuhan urat daging ternak betina. Hal ini merupakan refleksi perbedaan dalam ukuran badan secara keseluruhan dipengaruhi oleh jenis kelamin.
5.    Aspek lingkungan
Suhu lingkungan yang secara normal dapat ditoleransi oleh organisme berkisar antara 0 – 40o C, tetapi kisaran suhu lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan ternak secara optimal adalah 18 – 22o C. Persoalan regulasi panas pada ternak mempunyai kepentingan ekonomis, dimana sapi dan domba cenderung mempertahankan suhu tubuhnya pada level konstan yang optimum untuk aktivitas biologisnya. Mengekpos ternak pada suhu panas atau dingin dalam waktu yang lama akan melibatkan perubahan hormon yang spesifik terhadap kedua stress tersebut, tetapi mengekpos ternak secara mendadak terhadap suhu panas dan dingin sangat berbahaya karena akan menimbulkan reaksi yang kompleks dari sistem endokrin yang disebut general adaptation syndrome. Ternak sapi yang tinggal di daerah beriklim dingin pada umumnya akan memiliki tubuh yang kompak dengan kaki dan leher yang pendek dan ditutupi oleh bulu yang panjang. Ternak sapi yang dipelihara di daerah beiklim sedang akan mempunyai kerangka yang relatif kurang kompak. Ternak sapi yang berasal dari daerah panas (tropis) akan mempunyai kerangka persegi, anggota badan yang lebih besar dan terdapat lipatan kulit yang menggantung antara kerongkongan dan dada serta memiliki bulu yang sangat pendek.
Kecepatan pertumbuhan ternak perlu diketahui karena dapat digunakan untuk menentukan produksi daging dan terutama sangat penting sebagai pedoman atau kriteria seleksi untuk ternak bakalan yang akan digemukkan. Sebagai contoh pada ternak sapi didapat keterangan dari kurva pertumbuhannya, yaitu bahwa agar memperoleh hasil yang baik untuk memproduksi daging maka hendaknya dipilih sapi yang setidaknya masih dalam proses pertumbuhan, yaitu sapi-sapi yang umurnya berkisar antara 1 – 3 tahun.
Hal ini sesuai dengan penelitian Kurniawan (2008) yang menyatakan bahwa pola  pertumbuhan  sapi  perah FH wilayah kerja bagian barat di KPSBU Lembang menunjukkan pola sigmoid yang sejak lahir atau umur kurang dari 1 bulan mengalami kenaikan kecepatan pertumbuhan yang besar, kemudian mencapai kecepatan pertumbuhan maksimum dan  percepatan pertumbuhan nol pada umur sekitar 9,58 bulan, lalu secara perlahan  mengalami kecepatan pertumbuhan yang makin melambat sampai mencapai pertumbuhan  hampir konstan pada umur sekitar lebih dari 52 bulan. Bobot badan mengalami    pertumbuhan yang lambat dibandingkan pertumbuhan ukuran tubuh dengan nilai  koefisien pertumbuhan relatif kurang dari satu (b<1). Nilai b<1 menunjukkan kecepatan pertumbuhan ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan bobot badan.
Pertumbuhan yang cepat tidak berarti selalu harus pada kondisi ternak sebelum pubertas, karena ternak dewasapun dalam keadaan sehat namun memiliki kondisi tubuh kurus yang diakibatkan mengalami stress karena pengaruh makanan, iklim dsb., dapat pula tumbuh dengan cepat setelah mendapatkan perbaikan. Hal ini dikenal dengan istilah pertumbuhan dipercepat atau pertumbuhan kompensasi (Compensatory growth).

SISTEM ENDOKRIN
Sistem endokrin adalah suatu sistem kelenjar dan struktur lain yang mengeluarkan sekresi internal atau hormone yang dilepaskan secara langsung kedalam sistem sirkulasi yang mempengaruhi metabolism dan proses tubuh lainnya. Signal yang dikirimkan oleh sistem endokrin menggunakan sistem amplitude-modulated yang menentukan kekuatan dari signal dan besarnya respon. Besarnya konsentrasi hormone akan menguatkan signal dan respon yang besar. Sedangkan sedikitnya konsentrasi hormone akan melemahkan signal dan respon yang kecil. Berikut beberapa hal yang berhubungan dengan sistem endokrin yang di rangkum dari sumber utama dalam http://id.scribd.com/doc/76836066/4-laporan-kasus.
Kelenjar-kelenjar endokrin di dalam tubuh manusia adalah : hipothalamus, pituitary / hipofisis, thyroid, parathyroid, adrenal, pancreatic islets, ovaries & testes, pineal gland, dan thymus.
Pada organisasi system endokrin, hypothalamus menempati posisi paling atas. Hipothalamus yang juga merupakan bagian dari system saraf ini akan mengeluarkan hormone yang merangsang (release) ataupun mencegah (inhibition) anterior pituitary – yang merupakan “master of glands” – mensekesikan hormone yang mempengaruhi kelenjar-kelenjar endokrin lainnya. Dimana kelenjar-kelenjar endocrine tersebut akan mensekresikan hormone yang direspon oleh sel-sel target sehingga mengatur aktivitas di dalam tubuh, baik itu metabolism, pertumbuhan, dan lain sebagainya. Adanya mekanisme “feedback” pada system endokrin dapat menambah stimulus ataupun menguranginya agar hormone dikeluarkan atau berhenti dikeluarkan. Feedback ini akan diterima oleh hipotalamus ataupun anterior pituitary dari trophic hormone (H2) ataupun dari hormone (H3), seperti berikut ini :

   
Struktur dan Fungsi Kelenjar Endokrin
Hipotalamus
Hipotalamus terletak pada dasar forebrain dibawah talamus dan berasal dari dinding lateral third ventricle. Hipotlamus merupakan penghubung utama antara sistem saraf dan sistem endokrin. Hipotalamus mensekresi GRH, TRH, CRH, MSH, MIF.
Kelenjar ini merupakan pengatur dari kelenjar pituitary. Hypothalamus mengatur aktivitas kelenjar pituitary dengan mensekresi 5 releasing hormone (berfungsi untuk menstimulasi sekresi hormon pada kelenjar anterior pituitary) dan 2 inhibiting hormone (berfungsi untuk menghambat sekresi hormon pada kelenjar anterior pituitary) (nama-nama releasing & inhibiting hormon tersebut terdapat pada tabel "hormones of the anterior pituitary")
Hipofisis / Pituitari
Hipofisis berasal dari kata hypo = di bawah dan physis = pertumbuhan atau disebut kelenjar pituitari, berbobot ± 0,5 gr, berdiameter 1-1,5 cm dan ukuran normalnya pada manusia ± 10 x 13 x 6 mm. Hipofisis terletak pada hypophyseal fossa di sela tursika dari tulang sfenoid. Hipofis terdiri atas 2 kelenjar yaitu, anterior (adenohipofisis) dan posterior (neurohipofisis) yang secara anatomis disatukan tetapi memiliki fungsi yang berbeda.
1.    Adenohipofisis
Berkembang dari atap mulut, terdiri atas pars distalis, pars tuberalis, dan pars intermedia. Komponen pars distalis adalah deretan sel epitel yang saling bersilangan dengan kapiler, terdiri dari 3 jenis sel : kromofob dan 2 jenis kromofil (basofil dan asidofil). Kromofob berwarna pucat yang berfungsi sebagai fagosit dan menghasilkan hormon prolactin, asidofil berwarna merah yang mengandung somatotrop (menghasilkan HGH) serta mamotrop, dan Basofil berwarna biru yang mengandung gonadotrop, (menghasilkan FSH dan LH) corticotrop (menghasilkan ACTH dan MSH), dan tirotrop(menghasilkan TSH)
2.    Neurohipofisis
Berkembang dari jaringan saraf, terdiri atas pars nervosa, infundibulum yang lebih kecil (tangkai neural). Mengandung neuro secretory cell yang mensekresi vaopresin dan oksitosin.
Fisiologi Kelenjar Hipofisis
Terdapat hypophyseal portal system, yaitu suatu sistem yang menghubungkan hormone hypothalamus ke anterior pituitary.  Mekanismenya :
-          Neurosecretory cell yang terdapat di hypothalamus mensintesis releasing & inhibiting hormone
-          Hormone tersebut kemudian disimpan dalam vesicle yang akan mengalami exocytosis jika distimulasi oleh nerve impuls
-          Setelah mengalami exocytosis, hormone yang telah keluar dari vesicle berdifusi ke primary plexus lalu mengalir bersama darah ke vena portal menuju secondary plexus.
Sekresi dari hormon anterior pituitary diatur melalui 2 cara :
1.    Releasing & inhibiting hormone --> Neurosecretory cell pada hypothalamus mensekresi releasing hormone yang berfungsi untuk menstimulasi sekresi hormon pada kelenjar anterior pituitary & inhibiting hormone yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormon pada kelenjar anterior pituitary
2.    Negative feedback --> adalah suatu proses dimana hormone yang dihasilkan oleh suatu kelenjar dapat menghambat sekresi dari kelenjar-kelenjar yang terdapat di atasnya.
Hormon-hormon yang dihasilkan kelenjar anterior pituitary :
1.    Human Growth Hormone (HGH, disebut juga somatotropin) & Insulinlike Growth Factors (IGFs, disebut juga somatomedin)
Hormon ini merupakan hormon kelenjar anterior pituitary terbanyak.Fungsi utamanya yaitu HGH meningkatkan sekresi IGFs, sedangkan IGFs akan menyebabkan perkembangan sel dengan meningkatkan pengambilan asam amino ke dalam sel dan mempercepat sintesis protein sehingga meningkatkan laju pertumbuhan tulang dan otot skelet pada masa anak-anak dan remaja. Pada orang dewasa, HGH dan IGFs berfungsi menjaga massa otot dan tulang dan meningkatkan penyembuhan cedera serta perbaikan jaringan.
2.    Thyroid Stimulating Hormone (TSH, disebut juga thyrotropin)
Berfungsi menstimulasi sintesis & sekresi dari dua thyroid hormone : triiodothyronine (T3) dan thyroxine (T4)
3.    Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Pada wanita berfungsi memulai perkembangan folikel ovarium di tiap bulan.FSH juga menstimulasi sel-sel folikel untuk mensekresi estrogen. Pada pria berfungsi untuk menstimulasi produksi sperma di testis.
4.    Luteinizing Hormone (LH)
Pada wanita berfungsi merangsang ovulasi, pelepasan oocyte sekunder, menstimulasi pembentukan corpus luteum, dan sekresi progesteron oleh corpus luteum.LH bersama FSH menstimulasi sekresi estrogen oleh sel-sel ovarium. Pada pria berfungsi menstimulasi sel di testis untuk mensekresi testosterone.


5.    Prolaktin (PRL)
Berfungsi bersama-sama dengan hormon lainnya untuk memulai dan menjaga sekresi ASI oleh kelenjar mammary.Pengeluaran ASI sendiri bergantung pada hormon oxytocin yang dikeluarkan kelenjar posterior pituitary.
6.    Adrenocorticotropic Hormone (ACTH, disebut juga corticotropin)
Berfungsi mengontrol sekresi & produksi hormon cortisol & glucocorticoid lainnya oleh kelenjar adrenal cortex.
7.    Melanosit Stimulating Hormone (MSH)
Pada amphibi berfungsi meningkatkan pigmentasi kulit, tetapi pada manusia fungsinya belum diketahui.
Posterior pituitary gland (neurohypophysis)
Kelenjar ini tidak mensintesis hormon, tetapi hanya menyimpan dan mengeluarkan 2 hormon. Mekanisme penyimpanan dan pengeluarannya :
-          Pada hypothalamus, terdapat sel neurosecretory yang berada dalam paraventricular nucleus dan supraoptic nucleus
-          Axon dari keduanya membentuk hypothalamohypophyseal tract
-          Paraventricular nucleus mensintesis hormon oxytocin dan supraoptic nucleus mensintesis Anti Diuretic Hormone (ADH, disebut juga vasopressin)
-          Setelah disintesis, hormon tersebut dikemas dalam vesicle yang akan bergerak ke axon terminal di posterior pituitary.Nerve impuls kemudian menstimulasi Vesicle sehingga vesicle tersebut mengalami exocytosis dan melepaskan hormon oxytocin dan hormon ADH
-          Hormon yang dilepaskan tersebut kemudian masuk ke capillary plexus of infundibular process untuk kemudian didistribusikan ke sel target.
Hormon-hormon pada posterior pituitary :
1.    Oxytocin
Pada wanita, hormon ini membantu ketika saat melahirkan yaitu dengan memperkuat kontraksi sel otot polos pada dinding uterus dan ketika setelah melahirkan, yaitu dengan menstimulasi pengeluaran ASI dari kelenjar mammary. Fungsi hormon oxytocin pada pria dan wanita yang tidak hamil belum diketahui.


2.    Anti Diuretic Hormone (ADH, disebut juga vasopressin)
Berfungsi mengurangi produksi urine.ADH menyebabkan ginjal mengembalikan lebih banyak air ke darah, sehingga mengurangi volume urine.ADH juga mengurangi hilangnya air melalui keringat dan menyebabkan vasokontriksi (berkerut)-nya arteriol sehingga meningkatkan tekanan darah.
Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terletak di daerah servikal, anterior terhadap laring, terdiri atas dua lobus yang dihubungkan oleh isthmus. Kelenjar tiroid meruakan kelenjar palin besar dan terletak paling permukaan. Disebut juga kelenjar gondok.
Jaringan tiroid terdiri atas ribuan folikel yang mengandung koloid. Koloid adalah suatu glikoprotein atau bulatan berepitel selapis dengan lumen berisikan suatu substansi gelatinosa. Terdiri dari folikel-folikel dan selnya berbentuk kuboid. Terdiri dari sel folikel yang berfungsi menghasilkan hormon T3 dan T4, serta sel parafolikular yang berfungsi sebagai penghasil kalsitonin dan ukurannya lebih besar serta intinya berpilas lebih pucat dibandingkan sel folikel.
Parathyroid gland menempel pada permukaan posterior dari lateral lobus pada kelenjar thyroid dan terpisah dalam ukuran yang kecil, berbentuk gumpalan dan terdiri atas 4 kelenjar. Kelenjar  parathyroid berukuran 3×6 mm dan berat ±40mg. biasanya, terdapat pada bagian superior dan inferior dari kelenjar parathyroid yang menempel pada setiap lateral lobus thyroid.
Secara histology kelenjar parathyroid memiliki 2 jenis sel yang tersusun secara berderet
1.      Sel principal (chief cells)
Sel yang mendominasi kelenjar parathyroid ini berbentuk polygonal kecil dengan inti vesicular. Terdapt granula-granula yang tidak teratur dengan diameter 200-400 nm didalam sitoplasmanya. Dimana glanula tersebut mensekresi hormone parathyroid yang berupa polipeptida dalam bentuk aslinya.
2.      Sel oxyphil
Sel oxyphil memiliki jumlah yang lebih sedikit dari sel principal. Memiliki jumlah yang lebih besar daripada sel principal. Dalam sitoplasmanya terdapat banyak mitokondria dengan Krista yang berlimpah. Fungsi dari sel oxyphil masih belum diketahui dengan jelas.
Fisiologi Kelenjar Parathiroid
Mengandung 2 jenis sel, yaitu chief cell (disebut juga principal cell) yang mensekresi hormon parathyroid (PTH, disebut juga parathormon) dan oxyphil cell yang fungsinya belum diketahui. Hormon parathyroid bersama dengan hormon calcitonin (hormon yang dihasilkan kelenjarthyroid) berfungsi mengatur kadar kalsium dalam darah.
Kelenjar Tymus
Kelenjar tymus terdapat di mediastinum, dibelakang sternum dan diantara paru-paru. Hormone yang diproduksi oleh tymus adalah thymosin, thymic humoral factor (THF), thymic factor (TF), dan thymopoietin. Dimana hormone-hormonnya membantu untuk pematangan dari T-cell (tipe dari sel darah putih yang berguna untuk menghancurkan microba dan substansi asing), juga memperlambat penuaan.
Tymus diselubingi oleh lapisan jaringan ikat yang menahan kedua lobus dengan sangat erat. Terdapat capsule connective tissue yang memisahkan kedua lobus juga trabeculae yang merupan perpanjangan dari capsule. Pada masing-masing lobus terdapat bagian luar yang berwarna gelap karena mengandung t-cell yang lebih banyak dan disebut outher cortex dan yang lebih cerah disebut central medulla.
Outher cortex terdiri dari t-cell yang berjumlah banyak, cell dendritic yang menyebar, epithelial cell,dan macrophages. Dimana t-cell yang belum matang akan migrasi dari bone marrow menuju outher cortex dan nantinya akan dimatangkan di kelenjar thymus selanjutnya dendritic cell juga membantu dalam proses pematangan. Dinamakan dendritic cell karena selnya panjang dan bercabang serta menyerupai dendrite dari cell neuron. Dendritic cell juga dapat ditemukan pada getah bening yang berguna untuk respon imun. Epithelial cell pada outher cortex memiliki inti berbentuk oval dan mempunyai proses yang sangat panjang dan menyediakan rangka untuk ±50 t-cell juga membantu pematangan t-cell dengan mengeluarkan tymic hormone. Tetapi hanya 2% saja t-cell yang dapat bertahan di outher coertex dan sisanya mati. Kemudian, macrophages berguna untuk membersihkan debris dari sel-sel yang mati dan t-cell yang masih bertahan masuk ke central medulla.
Central medulla memiliki komponen yang sama dengan outher cortex hanya saja t-cellnya lebih menyebar dan sudah matang. Beberapa dari epithelial cellnya tersusun menjadi concentric layer yang terdiri dari sel-sel epitel gepeng yang berdegenerasi dan terisi oleh keratohyalin granules dan keratin. Kelompok dari bagian ini dinamakan thymic (hassal’s) corpuscles. Walaupun perannya belum diketahui hassal corpuscles ini berguna untuk menyediakan tempat untuk t-cell yang sudah mati di medulla. Kemudian t-cell meninggalkan tymus melalui darah dan bermigrasi menuju jaringan limpatik lainnya.
Pada bayi ukuran tymus lebih besar ±70g. setelah pubertas adipose dan areolar connective tissue mulai menggantikan jaringan tymus. Ketika seseorang sudah dewasa, akan mulai mengecil dan pada usia lanjut beratnya hanya 3gr. Sebelum tymus atropi, tymus akan menempati secondary lymphatic organ dan jaringan bersama t-cell.
Tymus berperan pada imunitas. Kelenjar ini mensekresi hormon thymosin, thymic humoral factor (THF), thymic factor (TF), dan thymopoietin.Hormon-hormon ini berfungsi meningkatakan maturasi dari sel T (sel T merupakan tipe leukosit yang menghancurkan substansi asing).
Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal merupakan sepasang organ yang terletak pada bagian atas setiap ginjal dan membentuk piramida datar. Pada orang dewasa, suatu kelenjar adrenal memiliki tinggi 3-5 cm, lebar 2-3 cm, dan ketebalan hamper mencapai 1cm dengan berat 3,5-5 gr.
Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat kolagen dan dibedakan menjadi 2 bagian, cortex adrenal berada pada bagian perifer berwarna kuning dimana 80-90% darinya terdiri atas kelenjar. Bagian kecil yaitu medulla adrenal terdapat pada bagian tengah berwarna coklat kemerahan. Kelenjar adrenal layaknya kelenjar tyroid terdiri dari banyak pembuluh darah.
Cortex adrenal menghasilkan hormone steroid yang sangat penting bagi manusia dan memiliki 3 buah lapisan dimana masing-masing lapisan mensekresi hormone yang berbeda. Bagian luar yang tepat berada dibawah jaringan ikat merupakan zona glomerulosa. Sel-sel yang berada didalamnya merupakan sel silindris atau pyramidal yang berhimpitan, membentuk deretan buntar atau melengkung yang dikelilingi oleh kapiler dan mengsekresikan hormone mineralokortikoid terutama aldosteron yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit (magnesium, kalium dan air). Bagian tengah adalah zona fasikulata yang merupakan bagian terluas dan terdiri dari sel-sel lurus yang membentuk deretan setebal satu atau dua sel dan tegak lurus terhadap permukaan organ, berbentuk poliphedral dengan tetesan lipid disitoplasmanya. Sel-sel fasikulata juga tampak terdapat banyak vakuol sehingga disebut spongiosit dan pada umumnya mengsekresi glokokortikoid dan kortisol yang berfungsi untuk mengatur metabolism karbohidrat, protein, dan lemak. Sel-sel pada bagian dalam adalah zona retikularis yang merupakan cortex adrenal terdalam dan terdapat antara zona fasikulata dan medulla adrenal. Tersusun atas deretan sel yang tidak teratur dan membentuk seperti anyaman. Lapisan ini memiliki ukuran yang lebih kecil daripada lapisan lainnya dan mengsekresi sedikit hormone steroid sex yaitu endrogen terutama dehidroepiadrosteron dan estrogen.
Medulla adrenal merupakan regioa dalam pada kelenjar adrenal. Medulla adrenal terdiri atas sel-sel parenkim poliphedral tersusun berupa deretan yang ditunjang oleh serat reticular. Terdapat beberapa sel ganglion parasimpatis. Sel-sel perenkim medulla berasal dari sel Krista neuralis seperti halnya neuron pasca-ganglionok dari ganglion simpatis dan parasimpatis. Medulla adrenal menghasilkan tiga buah hormone catecholamine yaitu norepenephrine, epinephrine, dan sejumlah dopamine .
Fisiologi Kelenjar Adrenal
Kelenjar ini terbagi menjadi 2 region, yaitu adrenal cortex dan adrenal medulla.
adrenal cortex
Terbagi 3 zona :
1.    Zona glomerulosa (zona terluar)
Sel-sel pada zona ini mensekresi hormon mineralocorticoid (berfungsi mengatur keseimbangan mineral).Yang termasuk hormon mineralocorticoid yaitu hormon aldosteron.Sekresi hormon aldosteron ini dikendalikan oleh RAA pathway (Renin Angiotensin Aldosteron pathway), mekanismenya :
2.    Zona fasciculata (zona tangah)
Sel-sel pada zona ini mensekresi hormon glucocorticoid (berfungsi mengatur keseimbangan glukosa).Yang termasuk hormon glucocorticoid yaitu hormon cortisol, corticosterone, dan cortison. Mekanisme sekresi hormon glucocorticoid :
3.    Zona reticularis (zona terdalam)
Sel-sel pada zona ini mensekresi hormon androgen (sex hormon).
adrenal medulla
Sel yang menghasilkan hormon pada adrenal medulla disebut sel chromaffin.Hormon yang disekresi yaitu epineprin (disebut juga adrenaline) dan norepineprin (disebut juga noradrenaline). Hormon-hormon ini berfungsi dalam gerak simpatis.

Kelenjar Pankreas
Pankreas merupakan organ pipih yang panjangnya 12,5-15 cm, terletak di lengkungan dari duodenum, bagian pertama pada usus halus, dan terdiri dari kepala, body, dan ekor yang tersusun berkelompok yang disebut acini. Acini menghasilkan enzim digestive, yg mana mengalir ke GI tract melewati network saluran.
Tipe-tipe sel Pankreas islets:
-          Alpha atau sel A membentuk 17 % dari sel pankreatic islets dan mensekresi glukagon (meningkatkan kadar gula darah).
-          Beta atau sel B membnetuk 70% dari sel pankreatic islet vdan mensekresi insulin (menurunkan kadar gula darah).
-          Delta atau sel D membnetuk 7% dari sel panktreatic islet dan mensekresi somatostatin (identic terhadap hormon pertumbuhan yang menghambat sekresi hormon oleh hipothalamus). Somatostatin bertidakk sebagai cara paracrine untuk menghambat pelepasan insulin dan glukagon dari sel alfa dan beta yang berdekatan. Selain itu bertindak juga sebagai sirkulasi hormon untuk penyerapan nutrisi dari GI tract.
-          Sel F membentuk sisanya dari sel pankreatic islets dan mensekresi polipetida pankreatic (menghambat sekresi somatosin, kontraksi kantung empedu, dan sekresi enzim2 digestive oleh pankreas)
Histologi Kelenjar Pankeas
Pankreas adalah kelenjar campuran eksokrin-endokrin yang menghasilkan enzim pencernaan dan hormon. Enzim ditimbun dan dilepaskan oleh sel dari bagian eksokrin, yang tersusun dalam asini. Sedangkan hormon disintesis oleh kelompok sel epitel endokrin, yang dikenal sebagai pulau langerhan.
a.    Bagian Eksokrin
Pancreas dapat digolongkan sebagai kelenjar besar, berlobulus, tubuloasinosa kompleks.
Asinus
Asinus berbentuk tubular, dikelilingi lamina basal dan terdiri atas 5-8 sel berbentuk piramid yang tersusun mengelilingi lumen sempit. Tidak terdapat sel mioepitel. Di antara asini, terdapat jaringan ikat halus mengandung pembuluh darah, pembuluh limf, saraf dan saluran keluar. Sebuah asinus pancreas terdiri dari sel-sel zimogen (penghasil protein). Ductus ekskretorius meluas ke dalam setiap asinus dan tampak sebagai sel sentroasinar yang terpulas pucat di dalam lumennya. Produksi sekresi asini dikeluarkan melalui ductus interkalaris (intralobular) yang kemudian berlanjut sebagai ductus interlobular.
b.    Bagian Endokrin
Bagian endokrin pancreas, yaitu pulau langerhans, tersebar di seluruh pancreas dan tampak sebagai massa bundar, tidak teratur, terdiri atas sel pucat dengan banyak pembuluh darah. Pulau ini dipisahkan oleh jaringan retikular tipis dari jaringan eksokrin di sekitarnya dengan sedikit serat-serat retikulin di dalam pulau.
Dengan cara pulasan khusus dapat dibedakan menjadi:
1.     Sel A = penghasil glukagon
Terletak di tepi pulau. Mengandung gelembung sekretoris dengan ukuran 250nm. Batas inti kadang tidak teratur.
2.     Sel B = penghasil insulin
Terletak di bagian lebih dalam atau lebih di pusat pulau. Mengandung kristaloid romboid atau poligonal di tengah. Mitokondria kecil bundar dan banyak.
3.    Sel D = penghasil somatostatin
Terletak di bagian mana saja dari pulau, umumnya berdekatan dengan sel A. Mengandung gelembung sekretoris ukuran 300-350 nm dengan granula homogen.
4.    Sel F
Terlihat pucat, umumnya tidak bergranula dan terletak di tengah di antara sel B.

Pankreas juga memiliki jaringan kapiler luas, yang penting untuk sekresi. Sekresi pankreas terutama dikendalikan oleh 2 hormon, yaitu sekretin dan kalesistokinin (pankreoenzim), yang mana dihasilkan oleh sel-sel enteroendokrin mukosa duodenum. Sekretin merangsang produksi sekret yang banyak mengandung air, dengan aktivitas enzim yang rendah dan kaya akan bikarbonat. Kolesistokinin merangsang sekresi cairan yang berjumlah lebih sedikit namun kaya akan enzim
Kelenjar Testis dan Ovarium
Testis
o  Kelenjar yang berbentuk oval yang terletak di dalam skrotum, dengan panjangnya 5 cm dan diameter 2,5 cm. Setiap testis (tunggal) memiliki berat kurang lebih 10-15 gram. Testis berkembnag dari dekat ginjal, di bagian posterior abdomen, dan biasanya dscentnya (penurunannya) ke skrotum melewati kanal inguinal ketika pertengahan 7 bulan akhir dari perkembangan fetus. Bagian-bagiannya :
-     Tunika vaginalis yaitu membran serous, yang diperoleh dari peritoneum. Sekumpulan cairan serous di tunika ini disebut hydrocele.
-     Tunika albuginea, yaitu bagian internal dari tunika vaginalis yang merupakan serabut kapsul putih padat (dense white fibrous capsule) yang tersusun atas jarinagn ikat padat irregular. Tunika ini memanjang ke dalam membentuk septa yang emmbagi testis menjandi rangkaian kompartement internal, yang disebut lobules. Tiap 200-300 lobules mengandung 1-3 tubulus coiled yang disebut tubulus seminiferus (dimana sperma dihasilkan).
o  Hormon utama yang dihasilkan adalah testoteron, yaitu androgen atau hormon sex pria. Testoterons mengatur produksi sperma dan merangsang perkembangan dan pertahanan karakteristik sex sekunder pria. Testis juga menghasilkan inhibin, yaitu yang menghambat sekresi FSH.
Ovarium
Ovarium merupakan gonads wanita; sepasang kelenjar yang menyerupai kacang almonds yang tidak terbungkus. Terletak pada dinding samping rongga pelvis posterir dalam sebuah ceruk dangkal, yaitu fosa ovarian dan melekat pada mesovarium ligamentum latum uteri.
Permukaan ovarium ditutupi oleh epitel selapis gepeng atau selapis kuboid, yaitu epitel germinativum. Di bawah epitel germinativum terdapat selapis jaringan ikat padat yaitu tunika albuginea, yang mana menyebabkan warna ovarium menjadi keputihan. Di bawah tunika albuginea terdapat daerah korteks, yaitu daerah yang di tempati oleh folikel ovarium dengan oositnya. Bagian terdalam ovarium adalah daerah medula.Tidak ada batas yang tegas antara daerah korteks dan medula. Secara detail :
-          Germinal epithelium merupakan lapisan dari epitel selapis yang melapisi permukaan ovary.
-          Tunica albuginea merupakan whitish capsule dari jaringan ikat padat yang terletak pada bagian dalam dari GE
-          Ovarian cortex merupakan daerah yang lebih dalam ke tunica albuginea. Terdiri dari ovarian follicleyang dikelilingi oleh jaringan ikat irregular yang mengandung sel2 otot polos “scattered”.
-          Ovarian medulla terletak bagian dalam dari ovarian cortex. Batas antara OC dengan OM tidak jelas, tetapi OM tersusun atas jarinagn ikat longgar yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfa, dan saraf.
-          Ovarian Follicle terletak di cortex dan terdiri atas oocytes pada tahap2 perkembangan tertentu dan juga sel2 yang mengelilingi OF disebut sel folikuler.
-          Folikel matang (Grrafian) merupakan besar, folikel yang berisi cairan yang siap untuk pecah dan expels oosit sekundernya
-          Korpus luteum mengandung “remnants” folikel matan setelah ovulasi. Corpus luteum menghasilkan progesterons, estrogens, relaxin, dan inhibin hingga degenerasinya menjadi jaringan fibrous yang disebut korpus albikans.

Kelenjar Pineal
Kelenjar ini dikenal juga epifisis serebri atau badan pineal. Kelenjar ini terbentuk dari jaringan saraf dan terletak di ujung posterior ventrikel ketiga otak di atas langit-langit (atap) diensephalon. Kelenjar ini dilapisi oleh kapsula yang dibentuk oleh piameter. Kelenjar ini memeiliki kumpulan neuroglia dan sel-sel sekretory yang disebut pinealosit. Kelenjar pineal mensekresi melatonin, yaitu suatu hormon amine yang diperoleh dari serotonin, dan meletonin sebagian besar dilepaskan pada saat gelapa dan hanya sedikit yang dilepaskan pada saat terang (sunlight). Simpatetic postganglion axons dari superior cervikal ganglion memanajng ke kelenjar pineal dan membentuk hubungan sinaptic dengan pinealosit. Dalam gelap (darkness), norepinephrine dilepaskan oleh serabut2 simpatetic yang merangsang sintesis dan sekresi melatonin.
Pineal dilapisi ileh piameter.Dari piameter, terdapat septa (sekat) jaringan ikat, dengan pembuluh darah dan serabut saraf tak bermielin, dan akan menembus jaringan pineal. Kemudian septa tersebut bersama kapiler mengelilingi deretan sel dan folikel, yang nantinya akan membentuk lobulus yang tidak teratur.
Kelenjar pineal terdiri atas beberapa jenis sel terutama pinealosit dan astrosit.
a)      Pinealosit, memiliki sitoplasma yang sedikit basofilik dengan inti besar atk teratur atau berlobus dan anak inti yang jelas. Sel pinealosit akan menghasilkan melatonin.
b)      Astrosit, memiliki inti panjang yang terulas lebih gelap daripada sel-sel parenkim. Selain itu, memiliki cabang-cabang sitoplasma panjang yang mengandung banyak filamen intermediate. Astrosit terdapat di antara deretan pinealosit dan dan dalam daerah perivaskular.


BAB III
PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut :
-     Bionomika merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang proses biologi ternak yang diterapkan dalam ilmu ekonomi sehingga dapat memanfaatkan input seminimal dalam pengelolaan proses biologi untuk menghasilkan output yang maksimal.
-     Didalam mempelajari bionomika ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan seperti ekosistem, sumber daya ternak, pemanfaatan sumber daya yang ada secara terpadu, pertumbuhan ternak dan sistem endokrin yang ada dalam tubuh ternak yang kesemuanya saling bekerja sama dan mempengaruhi kehidupan ternak dalam menunjukkan performansnya.

Saran
Masih dibutuhkan pengkajian materi bionomika yang tepat dan terarah sehingga terdapat keterpaduan dan sinergis diantara materi yang ada.










DAFTAR PUSTAKA


Anonymous. 2012. Sistem Endokrin. Laporan kasus. dalam http://id.scribd.com/doc/ 76836066/4-laporan-kasus.
Atmojo Suntoro Wongso. 2007. Pertanian Organik, Integrasi Ternak Dan Tanaman. Dekan Fakultas Pertanian UNS. Solo. Publikasi Solo Pos, Rabu 07 Maret 2007.
http://afghanaus.com/komponen-biotik/
http://damarapeka.wordpress.com/2011/07/14/pertumbuhan-ternak-potong-2/
http://melisacahya.blogspot.com/2009/11/ekosistem-1.html
http://my.opera.com/agik47/blog/2011/12/04/komponen-ekosistem-peran-dan-interaksinya
http://zaifbio.wordpress.com/category/biologi-umum/
Soemarno. 2007. Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem Pertanian. Bahan Ajar MK Ekologi, Hal. 1-43.          
Kurniawan Nia. 2008. Pola Dan Estimasi Pertumbuhan Sapi Perah Friesian-Holstein Betina Di Wilayah Kerja  Bagian Barat Kpsbu Lembang. Skripsi. IPB. Bogor.
Pasandaran, Effendi. Djayanegara, Andi. Kariyasa, Ketut. Kasryno. Faisal. 2006. Integrasi Tanaman Ternak di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Sinar Tani. Paket-Paket Integrasi Usaha Tani Dan Ternak. Ed. 14-20.
Sunarso. 2003. Pakan Ruminansia Dalam Sistem Integrasi Ternak – Pertanian. Pidato Pengukuhan Peresmian Penerimaan Jabatan Guru Besar. Semarang. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Hal. 1-64.
Suryanti Reni. 2011. Artikel Penerapan Integrasi Usaha Tanaman dan Ternak serta Kebutuhan Penyuluhan Pertanian (Kasus Integrasi Usaha Kakao dan Sapi di Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota). Program Pasca Sarjana Universitas Andalas, Hal 1-36.

2 komentar: