AdiDharma17
Alkisah di suatu pulau kecil, tnggallah berbagai macam benda-benda abstrakk. ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan, dan sebagainya. mereka hidup berdampingan dengan baik.
Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu.
Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. sementara itu air makin naik membasahi kaki Cinta. tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu.
"Kekayaan! Kekayaan! tolong aku!" teriak Cinta.
"aduh maaf, Cinta!" kata Kekayaan, "perahuku telah penuh dengan harta bendaku. aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahu ini."
Lalu Kakayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya.
"Kegembiraan! tolong aku!", teriak Cinta
Namun kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.
Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang dan Cinta semakin panik. tak lama lewatlah kecantikan.
"Kecantikan! bawalah aku bersamamu!", teriak Cinta.
"wah, Cinta, kamu basah dan kotor. aku tak bisa membawamu ikut. nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini." sahut Kecantikan.
Cinta sedih sekali mendengarnya. ia mulai menangis terisak-isak. saat itu lewatlah Kesedihan.
"oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu," kata Cinta.
"maaf, Cinta. aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja ..." kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.
Cinta putus asa. ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya.
Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "Cinta! mari cepat naik ke perahuku!"
Cinta menoleh kearah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya.
Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu.
"oh, orang tua tadi? dia adalah Waktu," kata orang itu.
"tapi, mengapa ia menyelamatkanku? aku tak mengenalnya. bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku," tanya Cinta heran.
"sebab," kata orang tua itu, "hanya Waktu-lah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu ..." (Anonim)
by: Made Sudarma
source: Liturgi Joel Edisi 128: 10 Agustus 2014
Selamat datang di Bolavita Situs taruhan online
BalasHapusjudi sabung ayam
Daftarkan diri anda dan teman anda bersama BOLAVITA
Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
whatup : 08122222995