download pdf
MAKALAH
ILMU NUTRISI DAN LINGKUNGAN TERNAK
‘Pengaruh Ketersediaan Air Terhadap Produktifitas Tanaman’
(Pengaruh Cekaman Air Terhadap Produksi serta Kualitas Rumput dan Legum)
padang rumput
NAMA :
I MADE ADI SUDARMA
NIM :
1211010006
SEMESTER :
II (DUA)
PRODI :
ILMU PETERNAKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
KATA
PENGANTAR
Segala
puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang,
karena atas berkat dan pertolongan-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
berjudul pengaruh ketersediaan air terhadap produktifitas tanaman hingga pada
tahap ini.
Makalah
ini disusun guna mengetahui pengaruh umum dari cekaman air tanah pada rumput
maupun legume sebagai pakan utama ternak ruminansia baik dari segi produksi
maupun kualitasnya.
Dengan segala kerendahan hati saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik dari berbagai pihak
sangat diharapkan demi penyempurnaan laporan ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terima
kasih.
Kupang, April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL, GAMBAR
DAN GRAFIK .................................................. iii
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang ...................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ................................................................................................ 2
Keadaan Umum NTT ........................................................................... 2
Peranan Air bagi Tanaman .................................................................... 3
Respon Tanaman Terhadap Cekaman Kekeringan ............................... 4
Ketersediaan Air Terhadap Produksi Rumput ...................................... 4
Ketersediaan Air Terhadap Produksi Legum ....................................... 9
Ketersediaan Air terhadap Kualitas HMT .......................................... 12
PENUTUP ......................................................................................................... 19
Simpulan ............................................................................................... 19
Saran ..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 20
DAFTAR TABEL, GAMBAR DAN GRAFIK
Halaman
Grafik 1.
Pengaruh curah hujan dan pola pemupukan terhadap produksi
rumput raja .......................................................................................................... 5
Tabel 2. data
produksi rumput raja segar dari pola pemupukan yang berbeda
selama musim
kemarau dan hujan (1 tahun) ........................................................ 5
Tabel 3. Hasil
rataan pengukuran tinggi rumput raja (cm) ................................... 5
Tabel 4. Hasil
rataan pengukuran panjang daun rumput raja (cm) ....................... 5
Tabel 5. Hasil
rataan pengukuran lebar daun rumput raja (cm) ............................ 6
Tabel 6. Hasil
rataan pengukuran diameter batang rumput raja (cm) ................... 6
Grafik 7.
Tanggap bobot kering tajuk rumput gajah (RG) dan rumput raja (RR)
akibat penurunan
ketersediaan air tanah .............................................................. 7
Grafik 8.
Tanggap bobot kering akar rumput gajah (RG) dan rumput raja (RR)
akibat penurunan
ketersediaan air tanah .............................................................. 7
Grafik 9.
Tanggap nisbah tajuk : akar rumput gajah (RG) dan rumput raja (RR)
akibat penurunan
ketersediaan air tanah .............................................................. 7
Grafik 10.
Efisiensi penggunaan air (EPA) rumput gajah (RG) dan rumput
raja (RR) akibat
penurunan ketersediaan air tanah .............................................. 7
Tabel 11. Kadar
air tanah media tanaman rumput hari ke-32 (%)........................ 8
Tabel 12. kadar
air relative daun rumput pada pengamatan hari ke-32 (%).......... 8
Tabel 13.
Produksi bobot kering tajuk (BKT) rumput (g/tajuk dalam pot) .......... 8
Tabel 14 dan 15.
Kadar air tanah (%) dan berat kering daun (g/pot) masing-
masing tanaman
leguminosa pada saat titik layu permanen ................................. 9
Tabel 16 dan 17.
berat kering batang dan akar (g/pot)
masing-masing
tanaman
leguminosa pada saat titik layu permanen ............................................. 9
Tabel 18.
Rata-rata produksi berat kering (gr/tanaman) dan tinggi beberapa
jenis leguminosa
herba dengan perlakuan cekaman air ...................................... 10
Tabel 19. Kadar
air tanah media tanaman legume pada pengamatan hari ke-32 10
Tabel 20. Kadar
air relative daun legume pada pengamatan hari ke-32 (%)....... 11
Tabel 21.
Produksi bobot kering tajuk (BKT) legume (g/tajuk pot tanaman) .... 11
Tabel 22. Berat
kering akar (BKA) tanaman legume (g/tanaman dalam pot) .... 11
Tabel 23.
Panjang akar tanaman legume (cm) .................................................... 11
Tabel 24.
Kecepatan menyerap air dan koefisien cerna dalam bahan kering ..... 12
Tabel 25.
Kandungan lignin dan kecepatan menyerap air dalam bahan kering . 14
Tabel 26.
Kandungan silica dan kecepatan menyerap air pada hijauan
dalam bahan kering
............................................................................................ 15
Tabel 27.
Kandungan lignin + silica dan kecepatan menyerap air
dalam bahan
kering ............................................................................................ 16
Tabel 28.
Kandungan ADF dan kecepatan menyerap air pada hijauan
dalam bahan
kering ............................................................................................ 17
Tabel 29.
Kandungan selulosa dan kecepatan menyerap air pada hijauan
dalam bahan
kering ............................................................................................ 18
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan
salah satu provinsi
di Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah terutama dalam
pengembangan ternak di daerah tersebut. Salah satu ternak potensial yang dapat
dikembangkan adalah ternak ruminansia terutama ternak sapi. Ternak sapi
merupakan salah satu ternak potensial yang sekarang ini sedang dalam tahap
pengembangan oleh pemerintah daerah yang mana cukup berkontribusi terhadap
Produk Domestik Bruto (PDRB) NTT yang mencapai Rp. 393 miliar pada tahun 2009
yang berasal dari 58.392 ekor sapi yang diekspor dan 54051 ekor ternak yang
dipotong untuk konsumsi lokal (Statistik
Peternakan 2009; dan 2010).
Sebagian besar ternak ruminansia yang
ada sekarang ini berada di berbagai lokasi di NTT terutama di padang
penggembalaan yang luasnya mencapai 800.000 ha lebih. Namun akibat pengaruh
iklim dan kurangnya manajemen dari peternak memberikan dampak yang kurang baik
bagi produktifitas ternak terutama karena akibat dari rendahnya produksi dan
kualitas rumput dan leguminosa sebagai pakan utama ternak ruminansia. Salah satu
faktor iklim yang mampu mempengaruhi produktivitas pakan ternak adalah curah
hujan yang ditandai dengan ketersediaan air tanah di tempat tumbuhan pakan
ternak tersebut tumbuh.
Menurut Kushartono (2001) dan Sinaga
(2008) menyatakan bahwa ketersediaan air tanah merupakan faktor yang paling
dominan dalam mempengaruhi produktivitas tumbuhan dibandingkan faktor lainnya
seperti kesuburan tanah maupun intensitas sinar matahari dimana ketersediaan
air yang cukup akan digunakan oleh tumbuhan yang pada fase pertumbuhan
vegetative akan melangsungkan proses pembelahan dan pembesaran sel yang dapat
dilihat pada pertambahan tinggi tumbuhan, diameter, perbanyakan daun dan
pertumbuhan akar. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya studi literature dalam membandingkan
pengaruh cekaman air terhadap produktivitas hijauan makanan ternak sebagai
pakan utama ternak ruminansia.
1.2.
Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh ketersediaan
air terhadap produksi dan kualitas tumbuhan rumput dan legume pakan ternak
ruminansia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Keadaan umum NTT
Nusa
Tenggara Timur (NTT) merupakan daerah yang potensial dan lebih cocok diarahkan
ke sistem ternak gembala karena memiliki sejumlah padang penggembalaan yang
sangat luas yakni 832.228 ha yang dipimpin oleh kabupaten Sumba Timur (215.799
ha) diikuti oleh kabupaten Kupang, TTS, dan TTU berturut-turut 159.526 ha,
114.396 ha dan 86.339 ha (Statistik Peternakan, 2010). Namun data tersebut masih belum
menjamin produksi ternak gembala karena menurut laporan Team Undana (2007) bahwa
kapasitas tampung padang penggembalaan di NTT sangat minim rata-rata 0,3 UT/ha
dimana kabupaten Kupang, Sumba Timur, dan TTU masing-masing memiliki kapastitas
tampung sebesar 0,26 UT/ha; 0,21 UT/ha; dan 0,46 UT/ha. Hal ini mengakibatkan
rendahnya produktifitas ternak terutama pada musim hujan yang memiliki kualitas
protein pakan yang sangat rendah bagi kebutuhan ternak gembala di padang
rumput. Menurut hasil penelitian Jelantik (2001) dalam Mullik dan Jelantik
(2009) menyatakan bahwa kandungan protein kasar hijauan cukup baik selama
periode November-April, namun menurun secara drastis dibawah kebutuhan minimum
untuk hidup pokok ternak selama periode Mei-Oktober dan ketersediaan bahan
kering juga ikut menjadi masalah utama selama bulan September hingga Desember.
Hal ini menandakan bahwa terdapat hubungan yang cukup nyata antara
produktivitas hijauan dan ketersediaan air tanah.
Nusa
Tenggara Timur memiliki curah hujan yang relatif tinggi intensitasnya namun
hanya berlangsung pada periode waktu yang pendek sehingga akan berpengaruh
terhadap fluktuasi ketersediaan pakan di padang penggembalaan. Menurut Hau dkk.
(2005) menyatakan
bahwa ketersediaan hijauan rumput alam di NTT pada musim hujan (3-4 bulan)
berada dalam jumlah cukup bahkan berlebihan dan sebaliknya pada musim kemarau
(8-9 bulan) ketersediaan rumput alam masih cukup namun kualitasnya menurun
drastis karena
tingginya kandungan dinding sel NDF (neutral detergent fiber). Menurut hasil
penelitian Jelantik (2001) dalam Hau
dkk.
(2005) menunjukkan bahwa rumput alam di NTT pada musim kemarau memiliki dinding
sel NDF sebesar 58%-80% dengan kandungan protein kasar sebesar 2-3% dan tingkat
kecernaan mendekati 42%. Menurut Van Soest (1982) dalam Hau dkk. (2005) menyatakan bahwa rumput
dengan kandungan NDF yang tinggi tersebut akan memnurunkan kecernaan dimana umumnya rumput di daerah tropis mengandung
kadar lignin yang cukup tinggi sehingga sulit terdegradasi oleh mikroba rumen.
Rumput dengan kecernaan yang rendah akan menggangu produksi ternak terutama
karena ketersediaan protein khususnya nitrogen bagi mikroba rumen menjadi
terbatas dan ketersediaan zat-zat gizi yang lain juga akan berkurang (Beberjee,
1982 dalam Hau dkk.,
2005).
Ketersediaan
kuantitas dan kualitas rumput di padang penggembalaan yang minim pada musim
kemarau juga diteliti oleh Mullik dan Jelantik (2009), yang menyatakan bahwa
fluktuasi curah hujan terutama pada bulan Mei hingga Oktober yang cukup riskan
menyebabkan fluktuasi kuantitas dan kualitas hijauan di padang menjadi cukup
besar sehingga performans produksi dan reproduksi ternak gembala tidak optimal
akibat defisiensi nutrisi. Menurut Mullik dan Jelantik (2009), dalam jangka
waktu 3 tahun ternak yang dipelihara secara intensif (pakan
diperhatikan oleh peternak) lebih baik dibandingkan dipelihara secara ekstensif yang
mana ternak memperoleh pakan dari ketersediaannya di alam bebas. Hal ini diperkirakan karena adanya penurunan bobot
badan ternak selama musim kemarau karena rendahnya
ketersediaan dan nutrisi hijauan sehingga
rata-rata pertambahan bobot badan ternak menjadi kecil setiap tahunnya.
2.2. Peranan air bagi tanaman
Air sangat penting bagi tanaman/tumbuhan
dimana tanaman sebagian besar terdiri dari air. Menurut Nofyangtri (2011)
menyatakan bahwa dalam fisiologi tumbuhan, air merupakan faktor utama yang
membentuk 80-90% bobot segar jaringan yang sedang tumbuh aktif. Menurut Noggle
dan Fritz (1983) dalam Nofyangtri (2011) menyatakan bahwa ada beberapa fungsi
air bagi tumbuhan yaitu sebagai (1) senyawa utama pembentuk protoplasma, (2) senyawa pelarut bagi masuknya mineral-mineral
dari larutan tanah ke tumbuhan dan sebagai pelarut mineral nutrisi yang akan
diangkut dari satu bagian sel ke bagian sel lain, (3) media terjadinya
reaksi-reaksi metabolik, (4) reaktan pada sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus
asam trikarboksilat, (5) penghasil hidrogen pada proses fotosintesis, (6) penjaga
turgiditas sel dan berperan sebagai tenaga mekanik dalam pembesaran sel, (7)
pengatur mekanisme gerakan tumbuhan
seperti membuka dan menutupnya stomata, membuka dan menutupnya bunga serta melipatnya daun-daun tumbuhan
tertentu, (8) berperan dalam perpanjangan sel, (9) bahan metabolisme dan produk
akhir respirasi, serta (10) digunakan
dalam proses respirasi. Lebih lanjut dikemukakan bahwa kebutuhan air
pada tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis dan umur tumbuhan, kadar air tanah
dan kondisi cuaca dimana ketersediaan air dalam tumbuhan diperoleh melalui
proses fisiologis dan hilangnya air dari permukaan bagian tumbuhan melalui
proses evaporasi dan transpirasi.
Menurut Taiz dan Zeiger (2002) dalam Nofyangtri (2011)
menyatakan bahwa setiap gram pembentukan
bahan organik penyusun tumbuhan, rata-rata membutuhkan 500 g air yang diabsorbsi oleh akar ditranportasikan ke seluruh
bagian tumbuhan dan selanjutnya air akan hilang ke atmosfir sehingga setiap tumbuhan
harus dapat menyeimbangkan antara proses
kehilangan air dan proses penyerapannya dimana bila proses kehilangan
air tidak diimbangi dengan penyerapan melalui akar maka akan terjadi kekurangan
air di dalam sel tumbuhan yang dapat menyebabkan
berbagai kerusakan pada banyak proses dalam sel tumbuhan tersebut.
2.3. Respon tanaman terhadap cekaman
kekeringan
Menurut Hamim (2004) dan Jaleel et
al. (2009) dalam Nofyangtri (2011) menyatakan bahwa cekaman kekeringan
merupakan pengaruh faktor lingkungan yang menyebabkan air tidak tersedia bagi tumbuhan, yang dapat
disebabkan antara lain oleh tidak tersedianya air di daerah perakaran tumbuhan
dan permintaan air yang besar di daerah daun akibat kondisi atmosfir yang panas
dimana laju evaporasi dan transpirasi melebihi laju absorbsi air oleh akar. Lebih lanjut dijelaskan bahwa cekaman
kekeringan ditandai dengan rendahnya kadar
air, penyusutan potensial air daun dan tekanan turgor, penutupan stomata
dan berkurangnya pembesaran dan
pertumbuhan sel. Penutupan stomata diperlukan oleh tumbuhan dimungkinkan untuk
mengatur kehilangan air dan pengambilan karbondioksida yang penting dalam
proses fotosintesis yang tentu saja penurunan proses fotosintesis ini juga akan
ikut menurunkan laju pertumbuhan tumbuhan selain akibat dari rendahnya
potensial air dan turgor tumbuhan.
2.4. Ketersediaan air terhadap produksi
rumput
Terdapat beberapa hasil penelitian
yang memperlihatkan pengaruh ketersediaan air terhadap produksi rumput. Menurut
hasil penelitian Kushartono (2001) memperlihatkan produksi rumput raja segar
pada perlakuan curah hujan dan pemupukan dimana berdasarkan curah hujannya,
dapat diperoleh bahwa semakin tinggi curah hujan akan semakin tinggi produksi
rumput gajah dan berdasarkan jenis pupuknya diperoleh bahwa jenis pupuk air
limbah memberikan pengaruh produksi yang lebih baik dibandingkan pupuk kandang,
pupuk urea maupun tanpa pemupukan. Dari total perlakuan diperoleh bahwa pupuk
air limbah menghasilkan rataan produksi rumput raja yang lebih besar (4,40
kg/m2), diikuti oleh pupuk kandang (3,26), pupuk urea (1,71) dan tanpa
pemupukan (1,05). Tingginya produksi dari penggunaan pupuk air limbah sepanjang
tahun dimungkinkan disebabkan oleh cukup tersedianya kandungan air tanah yang
diperoleh dari pupuk tersebut terutama dibutuhkan oleh tanaman untuk
berproduksi pada musim kemarau (curah hujan relative rendah). Menurut
Kushartono (2011) menyatakan bahwa curah hujan dan tingkat produksi sangat erat
hubungannya terutama pada tanaman yang membutuhkan air cukup banyak pada fase
pertumbuhan seperti rumput raja. Lebih lanjut dikemukakan bahwa, tingginya
produksi dari pupuk air limbah dikarenakan adanya pertumbuhan akar yang
konsisten dibandingkan perlakuan lainnya yang memberikan dapak pada perhentian
pertumbuhan akar untuk menyerap nutrisi/unsure hara tanah (dari pupuk) dengan
baik pada musim kemarau.
Grafik 1. Pengaruh curah hujan dan
pola pemupukan terhadap produksi rumput raja.
Menurut hasil penelitian Sinaga
(2008), memperlihatkan bahwa ketersediaan air tanah akan mempengaruhi produksi
tajuk, akar dan efisiensi penggunaan air (EPA), dimana semakin rendah
ketersediaan air maka produksi tajuk dan akar rumput raja dan rumput gajah akan
semakin menurun sedangkan nisbah tajuk : akar nya dan EPA semakin meningkat. Produksi
bahan kering tajuk dan akar yang semakin menurun adalah normal karena dipengaruhi
oleh ketersediaan air yang rendah untuk pertumbuhannya (pertumbuhan akar terhambat
sehingga penangkapan unsur hara dan air untuk pertumbuhan tajuk pun ikut
terhambat) sedangkan nisbah tajuk : akar semakin meningkat dimungkinkan karena
adanya penggunaan air untuk kebutuhan pada bagian tajuk sedangkan pertumbuhan
akar yang terhenti atau lambat.
Menurut Sinaga (2008) menyatakan
bahwa kondisi ketersediaan air tanah yang menurun mendorong kedua jenis rumput
untuk mendistribusikan hasil-hasil fotosintesis dan unsure hara lainnya
cenderung lebih banyak ditujukan ke bagian tajuk dimana dapat dilihat pada
persentase penurunan bobot kering akar yang lebih besar dibanding tajuk. Lebih
lanjut dikemukakan bahwa penurunan bobot kering tajuk justru meningkatkan kualitas
tajuk sebagai pakan ternak. Dimana menurut Guenni et.al. (2002), Wilson (1983),
Humpreys (1991) dan Baruch (1994) dalam Sinaga (2008) menyatakan bahwa pada
keadaan pertumbuhan daun menurun akibat kekeringan, konsentrasi N, P dan K pada
daun justru lebih tinggi dan konsentrasi komponen dinding sel mengalami
penurunan yang berhubungan dengan mekanisme penundaan ontogeny daun akibat
cekaman air yang berakibat terjadinya relokasi nutrisi ke daun dan berimbas
pada meningkatnya kualitas rumput dan daya kecernaan rumput sebagai pakan
ternak. Namun juga terdapat perbedaan hasil penelitian dengan pernyataan
tersebut dimana menurut Paez et al. (1995) pada Paspalum maximum dan Hochman
dan Helyar (1989) pada legume dalam Sinaga (2008), yakni cekaman air ternyata menurunkan
nisbah tajuk : akar yaitu ditandai dengan tingginya produksi akar (penetrasi
akar yang dalam dan tingginya densitas rambut akar). Sedangkan konsentrasi
nutrisi daun yang lebih rendah pada tanaman yang mengalami kekeringan juga
dipaparkan oleh bebarapa ahli seperti Rao et al. (1998) dan Skerman dan Riveros
(1992), (Sinaga, 2008).
Grafik 7.
Tanggap bobot kering tajuk rumput gajah (RG) dan rumput raja (RR) akibat
penurunan ketersediaan air tanah
|
Grafik 9.
Tanggap nisbah tajuk : akar rumput gajah (RG) dan rumput raja (RR) akibat
penurunan ketersediaan air tanah
|
Grafik 10.
Efisiensi penggunaan air (EPA) rumput gajah (RG) dan rumput raja (RR)
akibat penurunan ketersediaan air tanah
|
Grafik 8.
Tanggap bobot kering akar rumput gajah (RG) dan rumput raja (RR) akibat
penurunan ketersediaan air tanah.
|
Menurut hasil penelitian Nofyangtri
(2011) memperlihatkan bahwa kadar air tanah mempengaruhi tingkat cekaman air
dan produksi pada tanaman rumput dimana pada rumput yang dikeringkan (tanpa
pemberian air) akan memperlihatkan cekaman air yang ditandai oleh kadar air
relative daun dan produksi bahan kering tajuk yang rendah pada beberapa jenis
tanaman rumput dibandingkan dengan perlakuan yang mendapatkan penyiraman air.
Tabel 12.
kadar air relative daun rumput pada pengamatan hari ke-32 (%)
|
Tabel
11. Kadar air tanah media tanaman rumput hari ke-32 (%)
|
Keterangan
: AG=Andropogon gayanus, CC=Cenchrus ciliaris, CG=Chloris gayana, IT=Ischaemum
Timuriensis, PD=Paspalum dilatatum, PN=Paspalum notatum, W0M0=disiram, dan
W1M0=dikeringkan.
Tabel
13. Produksi bobot kering tajuk (BKT) rumput (g/tajuk dalam pot)
|
2.5. Ketersediaan air terhadap produksi legum
Terdapat beberapa hasil penelitian
yang memperlihatkan pengaruh ketersediaan air terhadap produksi legum. Menurut
hasil penelitian Wulandari (2011), memperlihatkan bahwa adanya perlakuan
cekaman air pada beberapa tanaman leguminosa rambat mengakibatkan adanya
penurunan produksi yang ditandai dengan rendahnya produksi berat kering daun,
batang dan akar.
Tabel
14 dan 15. Kadar air tanah (%) dan berat kering daun (g/pot) masing-masing
tanaman leguminosa pada saat titik layu permanen
|
Tabel
16 dan 17. berat kering batang dan
akar (g/pot) masing-masing tanaman leguminosa pada saat titik layu permanen
|
Keterangan
:M0W0=disiram, dan M0W1=dikeringkan.
Menurut hasil penelitian Sajimin
dkk. (2001) memperlihatkan adanya pengaruh cekaman air terhadap tinggi tanaman
dan produksi berat kering tanaman pada beberapa jenis leguminosa herba.
Tabel 18. Rata-rata
produksi berat kering (gr/tanaman) dan tinggi beberapa jenis leguminosa herba
dengan perlakuan cekaman air.
Species
|
Perlakuan
|
|||||||||||
100
cc/d
|
200
cc/d
|
300
cc/d
|
300
cc /3 d
|
600
cc/3 d
|
900
cc/3 d
|
|||||||
BK
|
T
|
BK
|
T
|
BK
|
T
|
BK
|
T
|
BK
|
T
|
BK
|
T
|
|
C.
pascuorum
|
5,67
|
117,0
|
0,19
|
123,3
|
7,03
|
113,0
|
4,70
|
98,3
|
0,78
|
101,0
|
7,00
|
128,7
|
C.
pubescens
|
4,22
|
139,0
|
0,82
|
171,0
|
5,38
|
191,0
|
3,30
|
154,3
|
0,56
|
143,3
|
4,46
|
169,0
|
C.
schotii
|
2,07
|
104,7
|
0,44
|
60,0
|
1,40
|
61,3
|
0,76
|
59,7
|
0,74
|
72,7
|
2,28
|
86,7
|
C.
ternate
|
3,99
|
93,3
|
0,69
|
149,0
|
6,93
|
115,7
|
3,85
|
146,7
|
0,86
|
116,7
|
8,77
|
187,3
|
S.
hamata
|
3,16
|
47,3
|
0,69
|
48,7
|
6,36
|
50,3
|
3,63
|
47,3
|
0,84
|
54,0
|
7,08
|
51,3
|
M.
atropurpureum
|
3,67
|
127,3
|
0,10
|
146,0
|
9,34
|
163,0
|
4,28
|
146,0
|
0,27
|
152,0
|
5,78
|
125,6
|
Aeshyomene
sp
|
3,72
|
82,7
|
0,70
|
97,7
|
6,06
|
105,0
|
3,49
|
79,0
|
0,83
|
89,7
|
4,20
|
104,3
|
Keterangan : BK=berat kering tanaman, T=tinggi
tanaman
Tabel
19. Kadar air tanah media tanaman legume pada pengamatan hari ke-32
|
Keterangan
: AG=Andropogon gayanus, CC=Cenchrus ciliaris, CG=Chloris gayana, IT=Ischaemum
Timuriensis, PD=Paspalum dilatatum, PN=Paspalum notatum, W0M0=disiram, dan
W1M0=dikeringkan.
Tabel
20. Kadar air relative daun legume pada pengamatan hari ke-32 (%)
|
Tabel
21. Produksi bobot kering tajuk (BKT) legume (g/tajuk pot tanaman)
|
Tabel
23. Panjang akar tanaman legume (cm)
|
Tabel
22. Berat kering akar (BKA) tanaman legume (g/tanaman dalam pot)
|
2.6.
Ketersediaan
air terhadap kualitas HMT
Ketersediaan air juga ikut
mempengaruhi kualitas hijauan makanan ternak ruminansia. Seperti yang sudah
dikemukakan sebelumnya diatas dalam penelitian Sinaga.
Tabel 24. Kecepatan menyerap air
dan koefisien cerna dalam bahan kering.
.
Menurut Guenni
et.al. (2002), Wilson (1983), Humpreys (1991) dan Baruch (1994) dalam Sinaga
(2008) tersebut dinyatakan bahwa pada keadaan pertumbuhan daun menurun akibat
kekeringan, konsentrasi N, P dan K pada daun justru lebih tinggi dan
konsentrasi komponen dinding sel mengalami penurunan yang berhubungan dengan
mekanisme penundaan ontogeny daun akibat cekaman air yang berakibat terjadinya
relokasi nutrisi ke daun dan berimbas pada meningkatnya kualitas rumput dan
daya kecernaan rumput sebagai pakan ternak. Dalam hasil penelitian Sinaga
tersebut dikemukakan bahwa adanya cekaman air akan mempengaruhi pertumbuhan
akar sehingga dapat mengakibatkan penurunan laju penyerapan air tanah oleh akar
Berdasarkan
hal tersebut, menurut hasil penelitian Gomariah (1986) memperlihatkan adanya
hubungan antara kecepatan menyerap air oleh akar dan koefisien cerna termasuk
didalamnya terdapat hubungan antara konsentrasi lignin, silica, ADF dan
selulosa. Dimana dapat terlihat bahwa semakin tinggi kecepatan menyerap air
akan semakin rendah koefisien cerna. Hal ini dimungkinkan karena dengan semakin
cepatnya laju penyerapan air akan memberikan kesempatan bagi tanaman untuk
bertumbuh dan lebih cepat mencapai fase generative yang mana nutrisi sebagian
besar dialihkan ke biji tanaman. Selain itu, dalam fase vegetative pun tanaman
akan berproduksi secara maksimal sehingga diperlukan dinding sel yang kuat dan
kokoh dalam hal ini berupa gabungan antara lignin, silica dan selulosa sehingga
kecernaan dari tanaman tersebut mulai berkurang dan menurunkan kualitas dari
tanaman tersebut
BAB III
PENUTUP
3.1.
Simpulan
Adapun simpulan
yang dapat diambil berdasarkan pembahasan diatas adalah bahwa
ketersediaan air tanah sangat memperngaruhi produktivitas tanaman baik produksi
maupun kualitasnya pada rumput dan legume pakan ternak ruminansia.
3.2. Saran
Dibutuhkan
lebih banyak data untuk menggali pengaruh cekaman air
terhadap kualitas tanaman baik kandungan proteinnya maupun kandungan dinding
selnya.
DAFTAR PUSTAKA
Gomariah Enggoy. 1986. Kecepatan
Penyerapan Air Sebagai Penduga Koefisien Cerna Hijauan Makanan Ternak
Ruminansia. Karya Ilmiah. Fapet. IPB. Bogor.
Hau Debora Kana, Mariana
Nenobais, Jacob Nulik, dan Nathan G. F. Katipana. 2005. Pengaruh Probiotik
Terhadap Kemampuan Cerna Mikroba Rumen Sapi Bali. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. pp.171-180.
Kushartono
Bambang. 2001. Pengaruh Curah Hujan dan Pola Pemupukan Terhadap Produksi Rumput
Raja. Temu Teknis Fungsional Non Peneliti. hal. 42-49.
Mulik Marthen dan I Gusti N.
Jelantik. 2009. Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Pada Sistem
Pemeliharaan Ekstensif di Daerah Lahan Kering : Pengalaman Nusa Tenggara Timur. Disampaikan pada Seminar Nasional
Pengembangan Sapi Bali Berkelanjutan Dalam Sistem Peternakan Rakyat. Mataram.
Nofyangtri Sahera. 2011. Pengaruh
Cekaman Kekeringan dan Aplikasi Mikoriza Terhadap Morfo-fisiologis dan Kualitas
Bahan Organik Rumput dan Legum Pakan. Tesis. Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor.
Sajimin, B. Risdiono, E. Sutedi dan
Oyo. 2001. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Produktivitas Hijauan Pakan Leguminosa
Herba. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. hal. 327-333.
Sinaga Riyanto. 2008. Keterkaitan
Nisbah Tajuk Akar dan Efisiensi Penggunaan Air pada Rumput Gajah dan Rumput
Raja Akibat Penurunan Ketersediaan Air tanah. Jurnal Biologi Sumatera. vol. 3
(1) : 29-35.
Statistik Peternakan. 2009. Dinas Peternakan
Provinsi Nusa
Tenggara Timur 2010. Kupang.
Statistik Peternakan. 2010. Dinas Peternakan
Provinsi Nusa
Tenggara Timur 2011. Kupang.
Team Undana. 2007. The Genetics Qulity of Bali Cattle In East Nusa Tenggara.
Report of Research and Development Center of Bali Cattle. Undana. Kupang.
Wulandari Aristya. 2011. Efek
Penambahan Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Tanaman Leguminosa Merambat Dalam
Kondisi Cekaman Kekeringan. Skripsi. Fapet. IPB. Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar